Pengantin Pengganti CEO Arogan
Suasana rumah dengan dekorasi janur dan bunga krisan warna-warni menambahkan aksen megah kediaman Bu Ana. Tamu yang hadir nampak merapat ingin menjadi saksi bersejarah menyatunya dua insan dalam janji suci pernikahan.
Pengantin putri pun sudah dirias dengan anggun siang itu. Semua keluarga nampak antusias menyambut pernikahan Mbak Rara dan Kak Seno yang sebentar lagi akan berlangsung. Keduanya bahkan sudah berpacaran sejak lama. Walaupun mempelai pria terlihat dingin dan tidak dekat dengan keluarga calon mempelai wanita. Namun, nyatanya sejoli itu berhasil mematahkan pandangan orang dengan stigma yang ada. Mereka hari ini akan menikah dan kurang dari satu jam acara akan dimulai.
MC kenamaan yang membawa acara tersebut baru saja memulai seiring dengan pembuka doa, tetiba mempelai wanita tiba-tiba mengeluh pusing dan mual. Perempuan itu izin menepi ke belakang meminta waktunya untuk rehat sejenak sembari menunggu pak penghulu yang siang itu belum datang.
"Ning, tolong ambilkan obat pusing Kakak, kenapa kepalaku semakin berdenyut," titah perempuan itu dengan wajah yang mulai memucat.
"Mbak kenapa? Belum sarapan? Makanya pusing," tebak Wening sok tahu. Kakaknya mungkin lupa mengisi perutnya karena saking sibuknya menyambut acara pernikahan itu.
Wening menurut, gadis itu masuk ke kamarnya dan mencari-cari obat pereda sakit kepala.
"Apa ini?" gumam gadis itu pada diri sendiri. Mengamati dengan detail benda pipih kecil persegi panjang yang tidak sengaja ia temukan.
Wening menutup mulutnya begitu menyadari apa yang telah ditemukan. Tidak ingin menerka, tapi entah mengapa gadis itu kepikiran dan resah sendiri.
Tak berselang lama Rara dibantu Seno masuk ke kamar menyusul adiknya yang diperintah cukup lama. Perempuan itu dipapah calon suaminya sembari memegangi kepalanya yang semakin pening dan berkunang-kunang.
"Ning, diperintah kok lama amat, sih!" omel Rara begitu memasuki kamar.
Gadis itu kaget dan tanpa sengaja menjatuhkan benda pipih itu tepat di depan tubuhnya. Seketika mata Seno dan Rachel mengikuti benda yang tak sengaja dijatuhkan gadis itu.
"Ngapain kamu!" Rara terlihat marah di sisa tenaganya yang mulai limbung.
Gadis itu bingung, namun lebih tepatnya terpaku pada wajah kakaknya yang semakin memucat.
"Aku suruh ambil obat, kenapa malah bengong!" bentaknya kesal.
"Maaf, Mbak, ini lagi dicari," ujar Wening gelagapan sendiri. Sengaja menginjak alat pendeteksi kehamilan itu agar tak terlihat oleh Seno maupun Rara.
Sayang sekali tatapan Seno lebih jeli dan ia menangkap gelagat yang tak biasa pada dua wanita di depannya.
Pria itu mendekat, berjongkok, lalu menyingkirkan kaki wening yang terbalut heels, menggeser perlahan. Dengan cepat mengambilnya tanpa ragu.
"Punya siapa ini?" tanya Seno menatap kakak beradik itu secara bergantian.
Wening terdiam, sementara Kak Rara menggeleng. Namun, sesaat Seno menyadari saat ini tengah di kamar Rara yang ikut dirias menyambut malam pengantin keduanya setelah akad.
"Punya siapa?" tekan Seno serius menatap dua perempuan yang begitu mirip itu.
Tiba-tiba Rara merasa semakin pusing, dan sesaat menjadi gelap. Sementara Pak Tomo dan Bu Ana ikut panik memasuki ruangan tiga kali tiga itu karena putri dan calon menantunya tak kunjung keluar padahal penghulu sudah datang.
"Kak Rara!" pekik Wening sigap membantunya. Seno langsung menggendong calon istrinya dan membawa ke ranjang. Sementara Pak Tomo dan Bu Ana jelas panik.
"Rara kenapa? Kenapa bisa pingsan saat acara mau dimulai?" tanya Bu Ana cemas.
"Tadi Kak Rara ngeluh sakit kepala dan mual, Bu, aku disuruh ngambil obat, tapi ...." Wening terdiam saat Seno menyorotnya dingin.
"Bagaimana ini, acara akan segera dimulai. Seno, kamu bisa tetap ijab qabul, Nak, biarkan Rara di sini, kondisinya tidak memungkinkan."
"Tapi, Bu, apa tidak sebaiknya kita panggil dokter untuk memeriksa Rara? Kenapa bisa pingsan, atau kita tunda dulu beberapa jam, sampai Rara sadar. Saya nggak bisa ninggalin Rara dalam kondisi begini."
Kedua orang tua dan calon besan nampak berdiskusi. Sepakat memanggil dokter untuk memeriksa calon pengantin perempuan. Semua menanti dengan cemas. Namun, ada gadis yang begitu resah, ia tengah menimang penemuannya dengan pikirannya sendiri.
"Apa ini punya kamu?" tanya Seno dingin. Pria itu sedikit menepi menyusul Wening yang sengaja meninggalkan kamar.
Ia bingung sendiri dengan apa yang terjadi. Tak menjadi apa kalaupun memang Rara hamil, toh mereka akan segera menikah, terka Wening kembali santai.
Wening menggeleng beberapa kali untuk memastikan. Seno semakin resah dengan jawaban calon adik iparnya. Kalau bukan punya Wening, kemungkinannya punya perempuan yang lainnya.
"Katakan dengan jujur, aku tidak akan memberi tahu kedua orang tuamu, dan aku anggap itu bukan urusanku sama sekali," tekan pria itu dengan acuh. Seno akan merasa lega dengan gadis itu mengakuinya. Namun, lagi-lagi Wening menggeleng dengan jujur.
Sementara di sudut ruangan Rara masih diperiksa dokter.
"Bagaimana, Dok?" tanya Bu Ana merasa khawatir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Febby Fadila
wa pasti rara udah pernah tidur dg pria lain
2024-10-27
0
Fawaz Al ashy
kalau bukan anak calon suami nya jadi anak siape.. 🤔
2024-07-25
1
gia nasgia
Yg ke dua kalinya 🤭
2024-05-22
0