Dibohongi, ditipu, direndahkan itulah Sascha Hardiansyah di mata calon suaminya. Hati Sascha sungguh hancur berantakan bagaikan butiran debu. Namun tak lama sang sahabat menawarkan untuk mengambil S2 di Amerika. Di Amerika Sascha mulai melupakan perlakuan terhadap keluarga mantan calon suaminya itu. Setelah mengambil S2, Sascha memutuskan untuk bekerja di pusat perusahaan itu di Tokyo. Beberapa tahun sudah Sascha menjadi manager keuangan. Ketika Sascha pulang ke Indonesia menjadi orang sukses mantan pacarnya kembali lagi dan meminta untuk menikahinya. Namun saat kembali Sascha sudah menikah dengan sang sahabatnya sendiri.
Apakah Sascha mau bercerai dengan sahabatnya untuk kembali ke mantannya? Atau sebaliknya Sascha akan selalu bahagia hidup dengan sang sahabatnya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sischa Daniasri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU DENGAN SANG PRESIDER.
"Ya aku sudah melihatnya," jawab Dewa.
"Apakah kamu cemburu?" tanya Sascha yang menanyakan hal konyol.
"Ya... Kamu sangat akrab sama Tuan Gerre," jawab Dewa dengan jujur.
"Kalau begitu aku tidak menemuinya," ucap Sascha.
"Hmmp... Itu ide yang buruk. Jangan lakukan itu," pinta Dewa.
Betapa bodohnya Dewa mengatakan kalau cemburu dengan Gerre. Dewa bingung harus mengatakan apa kepada Sascha. Seharusnya Dewa tidak mengatakan itu. Karena Dewa akan memberikan sebuah ruang cukup. Yang di mana Sascha bisa bertemu dengan klien kaum Adam itu. Lalu Dewa menarik Sascha dan menatap wajah sang calon istrinya itu dengan penuh penyesalan.
"Maaf. Seharusnya aku tidak menjawab pertanyaan ini. Aku tahu kamu marah sama aku," ucap Dewa.
"Lalu, apa masalahnya?" tanya Sascha yang tidak paham.
"Aku tidak seharusnya mengekang kamu untuk berdekatan dengan pria mana pun. Aku ingin kamu selalu nyaman di dalam arena pekerjaan," jawab Dewa.
"Hmmp... Ya aku paham. Kamu tidak ingin terbakar cemburu ketika aku bersama pria lain? Aku akan menjaga jarakku dengan setiap pria," ucap Sascha yang menatap wajah Dewa.
"Bukan... Bukan itu... Maksudnya... Aku ingin kamu tetap tenang bertemu klien pria. Aku ingin kamu mengerti batasan-batasan saat menemuinya," jawab Dewa.
"Itu namanya kamu sangat posesif sekali terhadapku," ketus Sascha.
"Kamu tahu kalau aku tipe pria pencemburu? Kamu pasti tahu kalau aku orangnya posesif?" tanya Dewa.
"Ya aku tahu. Kamu memang bergitu. Aku tidak marah sama kamu. Jarang ada seorang perempuan bangga kalau sang pria itu sangat posesif sekali terhadap wanitanya. Karena sang pria tersebut menjaga sang wanitanya dengan sungguh-sungguh," jelas Dewa.
Dewa tersenyum manis dan memandang wajah Sascha, "Ya kamu benar. Aku harap kamu tidak bosan kepadaku."
"Tidak... Aku tidak bosan kepadamu. Kamu adalah pria unik," jawab Sascha yang menatap wajah Dewa. Lalu matanya beralih pada jam di tangan.
"Sudah jam berapa?" tanya Dewa.
"Sebentar lagi akan ada meeting. Aku harap kamu tidak akan membahas ini hingga berlarut-larut," ucap Sascha.
Plakkkkkkkkkkk.
Sebuah pukulan yang mendarat di pundak Dewa. Dewa menoleh dan melihat Kakek Aoyama yang sangat marah sekali. Kakek menggelengkan kepalanya sambil berteriak, "Nikahi Sascha sekarang juga! Jika kamu tidak menikahinya! Akan aku tarik Sascha ke Tokyo untuk menjadi seorang asistenku! Apakah kamu paham Dewa!"
Glek.
Wajah Dewa menjadi pucat seketika. Bagaimana bisa sang kakek memberikan sebuah perintah yang menyakitkan itu. Itu hanya menurut Dewa saja. Yang lainnya malah santai mendapat perintah seperti itu.
"Apakah kakek akan menarik Saschaku ke Tokyo? Apakah kakek akan memisahkan aku dengan Sascha? Apakah kakek akan melihat aku menderita lagi?" tanya Dewa yang bertubi-tubi.
"Ya!" jawab kakek Aoyama dengan tegas.
Jederrrrrr.
Dunia Dewa seakan runtuh bagaikan langit. Rasa sesak di dada tidak bisa tertahankan lagi. Dewa menatap wajah sang kakek dengan sendu dan berkata, "Kakek... Kakek tahukan kalau hidupku bergantung pada Sascha. Kakek tahukan kalau hidupku sangat mencintai Sascha?"
"Aku tahu itu. Lalu?" tanya kakek Aoyama.
"Aku tidak ingin berpisah dari Sascha," jawab Dewa.
"Lalu?" tanya kakek Aoyama lagi.
"Aku sangat mencintainya kakek. Aku tidak ingin Sascha menjauh dariku," jawab Dewa.
"Taro!" panggil kakek Aoyama.
"Iya tuan," sahut Taro yang masih berdiri di samping kakek Aoyama.
"Setelah dari sini. Persiapkan semua berkas-berkas bocah tengil itu sama Sascha. Aku ingin bocah tengil itu memiliki istri!" titah kakek Aoyama.
"Siap tuan!" teriak Taro.
"Apakah itu benar kakek mengijinkanku mempunyai seorang istri?" tanya Dewa.
"Kamu pikir?" tanya Kakek Aoyama.
"Ya aku berharap kakek merestuiku," jawab Dewa dengan memasang wajah tengilnya.
"Jika kamu bukan cucu kesayanganku. Cepat atau lambat aku akan melemparkan kamu ke neraka. Camkan itu Dewa!" tegas kakek Aoyama.
"Baiklah. Terima kasih kakek. Aku semakin mencintai kakek!" ucap Dewa sambil merayu.
Uhuuuk... Uhuuuk...
Seluruh pengawal terbatuk-batuk mendengar rayuan yang dilontarkan oleh Dewa. Rasanya mereka ingin menghajarnya saat ini juga. Namun mengingat Dewa adalah ketua mafia Black Tiger dan cucu dari sang tuan. Niat mereka diurungkan begitu saja. Meskipun notabenenya mereka memiliki selera humor yang tinggi. Ya sudahlah balik lagi ke urusan Dewa yang tidak tahu juntrungannya itu.
"Bagaimana Sa? Apakah kamu ingin menikah dengan cucu tengilku itu?" tanya kakek Aoyama dengan lembut.
"Tapi kek?" tanya Sascha.
"Tapi apa?" tanya kakek Aoyama yang memegang tangan Sascha dengan lembut.
Melihat Kakek Aoyama memegang tangan Sascha, Dewa seakan tidak rela dengan itu. Kemudian Dewa menegurnya sambil berteriak, "Jangan pegang tangan calon istriku!"
Mata kakek Aoyama membulat sempurna. Bagaimana bisa sang cucu tengilnya malah melarangnya untuk menyentuh tangan Sascha. Rasanya ingin sekali melemparkan sang bocah tengilnya itu ke daerah konflik, "Taro... Lemparkan saja bocah tengilku ke daerah konflik! Beri waktu setahun untuk membuat mereka damai sejahtera."
"What!" pekik Dewa.
Author POV.
Bengek... Bengek... Dech lu Wa. Sengaja gue buat lu musuhan sama sang Kakek Sugiono... Eh... Salah ding kakek Aoyama yang sangat kharismatik itu. Lu sih selalu memasang wajah tengil setiap ketemu. Jadinya gue enggak bisa nolong dech sekarang!
Lalu Dewa membalas sang author, "Argh... Sialan lu Thor. Lu tahu kalau gue ketua mafia?"
"Gue kagak takut sama lu wa. Lha gue yang menentukan jalan hidup lu!" teriak sang Author.
Balik lagi ke Dewa.
Dewa tidak terima dengan apa yang dilihatnya itu. Dewa berharap sang kakek melepaskan tangan Sascha. Namun pegangannya semakin erat. Hingga membuat Dewa menjadi geram.
"Kakek... Lepaskan tangan calon istriku! Apakah kakek tidak lihat kalau wajah Sascha meringis," seru Dewa yang mencari alasan agar si kakek melepaskan Sascha.
"Biarkan saja cucu tengilku berteriak seperti kesetanan seperti itu. Apakah kamu menolak permintaanku?" tanya kakek Aoyama dengan mata sendu.
"Ah... Bukan itu kek. Aku ingin kuliah mengambil S2," jawab Sascha.
"Kamu bisa kuliah sambil mengurus bocah tengil itu," ucap Aoyama sambil memberikan saran kepada Sascha. "Pokoknya kamu harus menikah dengan bocah tengil itu. Kakek tidak mau benda pusakanya bocah tengil itu karatan."
Jederrrrrrrrr.
Bagai petir di pagi hari. Kenapa sang kakek mengatakan kalau benda pusakanya karatan? Lalu kemarin itu sang benda pusakanya bereaksi ketika Sascha mendekatinya. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dewa segera mendekati sang kakek dan mengatakan sebenarnya, "Kek... Benda pusakaku tidak berkarat. Aku memang belum pernah melakukannya. Karena aku ingin menjaga keperjakaanku."
"Benarkah itu?" tanya Kakek Aoyama yang sungguh terkejut dengan penuturan sang cucu.
Bagaimana bisa Dewa mengatakan kalau dirinya masih perjaka di depan sang kakek. Sascha sungguh malu dan ingin memendam wajahnya di dalam tanah. Kemudian kakek Aoyama menatap tajam ke arah Dewa dan bertanya sekali lagi, "Benarkah itu?"
Kopinya nih wat temen up malem2.
Anaknya nanti twins genius.
terima kasih sudah mampir di ceritaku.
sehat selalu dan tetap semangat
Semangat thor
Semangat thor.....