Punya tetangga tukang gosip sih sudah biasa bagi semua orang. Terus gimana ceritanya kalau punya tetangga duda ganteng mana tajir melintir lagi. Bukan cuma itu, duda yang satu ini punya seorang anak yang lucu dan gak kalah ganteng dari Bapaknya. Siapa sih yang gak merasa beruntung bisa bertetanggaan dengan duda yang satu ini?
Dan orang beruntung itu tak lain adalah Lisa. Anak kepala desa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Ibu Kota. Pas pulang ke rumah, eh malah ketemu duda ganteng yang teryata tetangga barunya di desa. Tentu saja jiwa kewanitaannya meronta untuk bisa memiliki si tampan.
Penasaran gak sih apa yang bakal Lisa lakuin buat narik perhatian si duda tampan? Kalau penasaran, yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Burung Tetangga Lebih Berkicau
"Kakak cantik." Teriakan Rayden menyambut kedatangan Lisa tentunya. Anak tampan itu langsung berhambur memeluk Lisa.
"Duh... ada yang kangen ya?"
"Iya, Ray kangen banget tahu sama Kakak. Omah gak bolehin Ray pulang. Padahal Ray pengen main sama Kakak. Tapi gak papa, sekarang kan Kakak udah ada di sini sama Ray." Oceh anak itu panjang lebar. Lisa tidak pernah menyangka jika Rayden bisa secerewet ini.
"Kakak juga kangen banget sama kamu tahu." Balas Lisa mengacak rambut Rayden.
"Nanti malam Kakak tidur di sini kan?"
Lisa mengangguk pelan. Sontak Rayden pun berteriak heboh dan melompat-lompat kegirangan. Lisa pun tertawa lucu melihatnya.
Erkan yang baru selesai mengeluarkan barang-barang di dalam mobil pun menghampiri keduanya.
"Ayok masuk, kamu harus istirahat. Ray juga harus bobok siang." Ajak Erkan masuk lebih dulu.
"Iya." Lisa pun mengikuti jejak Erkan bareng Rayden.
"Wah, mantu Mama udah datang rupanya."
Lisa tersenyum ramah dan langsung mencium tangan Mama Dinar.
"Yuk duduk dulu." Ajaknya.
Mama dan Lisa pun duduk di sofa mewah. Sedangkan Erkan membawa Rayden ke kamar.
"Oh iya, Tan. Itu tadi Mamah teh ada ngasih sesuatu. Tapi saya teh gak tahu isinya apa. Gak ada yang spesial memang, paling juga makanan orang kampung."
"Ck, itu yang Mama tunggu. Apa lagi masakan Mama kamu itu enak banget. Jadi pengen ke sana lagi dan makan bareng." Ujar Mama Dinar dengan semangat.
"Hayuk atuh, biar rame lagi di sana."
"Ck, mana bisa Mama ninggalin Papanya Erkan di sini. Kasian gak ada yang ngurus. Gak mungkin kan Bibik yang urusin." Tawa Mama Dinar pun memenuhi ruangan.
"Gimana tadi, udah beres kan?"
"Udah, Tan. Tadi juga pas beli cincin rupanya dapat cash back voucher hotel buat bulan madu."
"Wah... serius?"
Lisa mengangguk kuat.
"Duh... kalau gini mah mau nunggu apa lagi. Gas terus, biar cepet nambah cucu. Kangen juga denger suara bayi."
"Ih si Tante mah, orang nikahnya aja belum. Udah bahas cucu aja, kan butuh proses dulu."
"Ya... itulah maksudnya."
Lisa tertawa kecil. "Oh iya, Vio udah balik ke Jogja?"
"Udah kemaren, kuliahnya gak boleh lama-lama ditinggalin. Apa lagi nanti harus libur pas kalian nikah. Enak dia mah banyak liburnya." Jawab Mama panjang lebar.
"Iya sih."
Saat sedang asik bercengkrama, tiba-tiba saja seseorang datang. Dan mencuri perhatian keduanya. Lisa sempat terkejut melihat wanita itu, wanita yang hampir menyerang Rayden dulu. Si nenek lampir. Bukan cuma Lisa yang kaget, wanita itu pun tidak kalah kaget melihat keberadaan Lisa.
"Kamu! Kamu nagpain di sini?" Sentaknya membuat Lisa terlonjak kaget.
"Dia calon mantu saya, kenapa memangnya?" Tanya Mama Dinar ketus.
"Apa?" Kaget Wanita itu.
"Biasa aja kali." Sahut Mama Dinar menunjukkan ketidak sukaannya yang kental.
Lisa yang melihat itu terlihat bingung. "Tan, ini Tantenya Rayden?"
"Iya, anggap aja dia mantu tertua di sini. Tapi sikapnya kayak anak tk."
Wanita itu memutar bola matanya malas. Hubungan keduanya memang tidak baik sejak pertama kali wanita itu masuk ke rumah ini.
"Jadi beneran Erkan mau nikah?" Tanya wanita itu lagi tampak kecewa.
"Iya, Mbak. Saya calon istrinya Mas Erkan. Calon Mamah baru buat Rayden, biar gak ada lagi yang berani mukul dia." Sindir Lisa.
"Cih, jadi sekarang seleranya sama orang kampung ya? Duh... kasian banget Rayden." Balas wanita itu dengan nada sombong.
Lisa tertawa renyah. "Saya memang berasal dari kampung, tapi pikiran saya mah gak kampungan kok. Saya juga tahu etika dalam bicara, gak asal nyinggung orang. Apa lagi sampe berani nyakitin anak kecil."
Mama Dinar tersenyum geli mendengar perkataan Lisa yang sudah pasti menusuk jantung wanita sombong itu.
Memang benar, wajah wanita itu merah padam karena emosi.
"Ingat ya! Jangan harap kamu bisa tinggal di sini. Rumah ini atas nama suami saya. Jadi kamu jangan macam-macam." Kecam wanita itu.
Mama Dinar terkejut mendengarnya. "Eh, sejak kapan nama pemilik rumah ini jadi nama suami kamu? Rumah ini milik saya." Tegas Mama.
"Cih, sebentar lagi juga bakal jadi hak milik aku. Aku kan istri Mas Elkan, anak pertama Mama."
"Dih, percaya diri sekali Anda. Mendingan saya kasih buat Rayden dari pada kamu."
"Pokoknya aku gak akan sudi orang kampung tinggal di sini."
Lisa tersenyum ramah. "Mohon maaf nih ya, Mbak. Calon suami saya itu tajir melintir. Rumahnya banyak, duitnya juga banyak. Ngapain juga saya repot tinggal di sini yang ada nenek sihirnya. Kalau bisa ya nih, saya bakal bawa Mama sama Papa tinggal di sana. Biar situ bisa guling-guling di sini sampe puas. Jadi orang kok pelit banget sih. Pantes mukanya boros."
"Eh! Berani kamu ya?" Wanita itu hendak menyerang Lisa. Namun, bukan Lisa namanya kalau gak bisa menghindar. Karena sejak tadi ia sudah memasang ancang-ancang.
"Gak kena, woe... jangan remehin orang kampung atuh, Neng. Gesit nih, saya juara lari dari kecil." Sombong Lisa.
Mama Dinar yang melihat itu justru tersenyum geli alih-alih melerai pertengkaran mereka.
"Ih... Awas kamu ya! Aku pasti bisa jambak kamu suatu saat nanti." Geram wanita galak itu.
"Ada apa ini?" Tanya Erkan yang baru saja muncul dan melihat ada keributan.
"Er, kamu lihat deh dia. Masak iya dia mau nyerang aku. Dia juga ngatain aku Nenek sihir. Gak sopan banget calon istri kamu." Adu wanita itu bergelayut manja di lengan Erkan. Sontak mulut Lisa terbuka setengah melihat adegan itu
"Eh? Itu kenapa lengket-lengket sama calon suami saya? Lepas gak?" Seru Lisa yang langsung mendekti Erkan dan menariknya sekuat tenaga. Sontak wanita itu hampir terjerembab.
"Kamu!"
Dan tanpa rasa segan lagi Lisa menggandeng tangan Erkan seerat mungkin. "Mbak, saya teh tahu kalau burung tetangga itu lebih berkicau. Tapi jangan pernah mimpi bisa nyuri dia dari pemiliknya. Banyak ranjaunya, hati-hati aja."
Seketika tawa Mama Dinar menggelegar. "Aduh... ternyata kamu gak salah milih istri, Erkan. Lisa tuh lucunya gak ada tandingan. Udah, dipercepat aja nikahnya."
"Setuju." Sahut Lisa dengan enteng. Tentu saja jawaban gadis itu membuat Erkan kaget. "Saya teh gak mau kalau Pak Erkan di terkam orang."
"Tuh, yang punya badan aja udah setuju. Erkan, gimana?"
Lisa langsung menatap calon suaminya itu. Namun, Erkan tidak langsung menjawab. Membuat Lisa kesal setengah mati.
"Tante, saya teh izin buat bawa anak Tante sebentar." Tanpa menunggu persetujuan, Lisa langsung menarik Erkan. Dan itu membuat Mama dan si wanita galak terperangah.
"Di mana kamar Bapak?"
"Eh?" Erkan terlihat bingung.
Mau ngapain nanyain kamar? Udah gak tahan kali ya?
"Pak, saya teh tanya. Di mana kamar Bapak?"
Dengan bingung Erkan menunjuk kamarnya.
"Hayuk ikut saya. Gak bisa dibiarin ini mah." Dengan tergesa Lisa membawa Erkan masuk ke kamar. Lalu mengunci pintu.
Erkan kaget dong. Lelaki itu langsung mundur karena merasa terintimidasi. Apa lagi Lisa terus menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Buka bajunya."
Tbc...
****
Hayoo... kira-kira apa ya yang bakal Lisa lakuin? Bikin gemes aja Neng Lisa. Oh iya, makasih banyak ya atas dukungan kalian. Respon kalian buat novel baru aku yang ini luar biasa banget. Thank you so much karena udah selalu dukung karya-karya aku sampe detik ini. Love you all... 🥰🥰😘
^^^Cium jauh dari Author Kece 😘😘^^^
^^^DN^^^