Ini adalah novel ringan yang terkadang terjadi di kalangan anggota militer, soal kehidupan rumah tangga, percintaan dan pekerjaan dari seorang abdi negara.
Di dalamnya tidak hanya mengisahkan satu cerita rumah tangga, tapi ada beberapa percintaan beberapa orang anggota dan bagaimana penyelesaian pelik saat mereka harus bertatap muka dalam satu lingkungan kerja padahal mereka sedang memiliki masalah pribadi di luar pekerjaan.
Story 1. Tak bisa kita menolak datangnya cinta dan menjatuhkan pada siapa. Saat R. Ranggi Tanuja tiba di Batalyon baru.. hatinya tergerak pada wanita yang salah, tapi takdir Tuhan sungguh tak bisa di tebak. Perasaan sayang itu sungguh semakin besar dan tidak dapat di kendalikan.
Story 2. Berawal dari pertemuan di sebuah angkot.. mereka berkenalan dan Dinar salah menebak pria yang berkenalan dengannya.
Sang om tentara yang awalnya hanya ingin kenal.. akhirnya pun punya benih cinta untuk Dinar.
Tidak ada yang menyangka jalannya cinta om baju loreng.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Belum selesai perkara.
"Kamu dalam pengawasan Abang karena namamu dalam berkas nikah sudah sebagai istri Abang" ucap Bang Ranggi.
"Abang serius???" tanya Hana.
"Abang nggak akan bohong soal hal penting seperti ini" jawab Bang Ranggi.
"Tapi.. apa tidak akan bermasalah nantinya Bang?" Hana cemas dengan situasi saat ini.
"Abang yang akan tanggung jawab. Kamu nggak usah mikir berbelit-belit. Cukup jaga dirimu dan Cherry.. selebihnya biar Abang yang pikirkan" ucap tegas Bang Ranggi.
"Hmm.. kalau Abang minta kamu untuk check kesehatan di dokter kandungan.. apa kamu bersedia?" tanya Bang Ranggi berhati-hati.
Agaknya kali ini Hana lebih mengerti maksud Bang Ranggi. Ia pun tersenyum mengangguk.
"Iya Bang"
"Terima kasih cantik" jawab Bang Ranggi lembut.
"Sudah berapa orang yang Abang rayu?" ledek Hana.
"Banyak.. tapi hanya kamu yang Abang cinta" Bang Ranggi sangat serius dengan perkataannya.
"Gombal..!!"
"Ini cuma untuk istri Abang tersayang" Bang Ranggi gemas sudah ingin mencolek dagu Hana, tapi apa daya.. saat ini dirinya hanya sah di mata militer dan belum sah di mata hukum dan agama.
Hana kembali tersenyum geli melihat raut wajah Bang Ranggi.
"Kenapa Bang?"
"Ini jam nya bisa di putar sampai beberapa bulan kedepan nggak sih?"
"Terus Abang mau apa?" tanya Hana bingung.
"Abang sudah pengen cepat di mutasi ke daerah terlarang" jawab jujur Bang Ranggi.
Mata Hana berkedip-kedip bingung.
Bang Ranggi terbahak melihat Hana terdiam tak paham.
"Yang begini ini buat Abang tambah penasaran. Masa Abang kudu tembakin peluru sekarang?? Kalau goal.. Abang bisa di geprek Abangmu lah"
***
"Belum ada tanda kehamilan Rang. Hana ini istrimu?" tanya dokter yang sepertinya pernah melihat Hana tapi tidak begitu mengingat jelas.. Hana istri siapa.
"Siap Bang."
"Oohh sabar saja. Tetap berusaha dan berdo'a. Mudah-mudahan cepat jadi ya Ranggi" kata dokter senior.
"Siap Abang. Berdo'a sudah sebanyak-banyaknya. Usahanya saja yang belum total" jawab Bang Ranggi seenaknya.
"Yo sabar.." senior menepuk bahu Bang Ranggi.
Bang Ranggi hanya tersenyum penuh kelicikan melirik Hana.
"Saya minta tutorial ngadonin baby boy donk Bang" pinta Bang Ranggi.
"Oohh.. oke, ayo ke meja Abang. Kita bicara disana..!!" jawab dokter serius.
~
Hana malu setengah mati di ruangan itu tapi Bang Ranggi terlihat serius meskipun harus terlontar candaan khas laki-laki disana.
"Ya masa nggak paham Rang??" tanya dokter.
"Paham Bang, cuma saya khan belum nikah.. jadi belum bisa praktek. Kalau saya praktek sekarang.. ambyar buyar.. bulan depan saya di gulung di lapangan Bang" jawab Bang Ranggi akhirnya jujur.
"Woooo.. edaaan.. bocah gemblung kowe iki Rang..!!! Jangan macam-macam lho kamu. Ngawur..!!!" dokter sampai gemas karena merasa di kerjai Bang Ranggi.
***
Tak di sangka pagi itu Citra menemui Bang Ranggi di ruangan karena berkas pengajuan nikahnya hanya macet sampai perwira Intel saja bahkan kepala Intel tidak bisa berbuat apapun dengan apa yang di lakukan Bang Ranggi.
"Silakan duduk Bu Citra..!!" dengan sopan Bang Ranggi mempersilakan Citra untuk duduk.
"Maaf Pak, saya tidak mau basa basi. Kenapa pengajuan nikah saya dan Bang Hasdin di persulit?" tanya Citra.
"Baiklah Bu Citra.. saya jelaskan..!! Pratu Hasdin mengajukan berkas pernikahan, benar sudah saya terima.. tapi.. Bu Citra harus tau, menikah tanpa sepengetahuan kantor lebih dulu adalah sesuatu yang salah. Lagipula.. Pratu Hasdin mendapat pengaduan resmi dari pusat perlindungan anak bahwa beliau menelantarkan seorang wanita yang sudah di hamili beberapa tahun lalu dan di tinggalkan begitu saja." jawab Bang Ranggi.
Citra kaget bukan main, ia bersandar lemas di kursinya. Air mata tiba-tiba mengalir begitu saja. Ia mengambil surat keterangan yang di sodorkan Bang Ranggi di atas meja. Dengan teliti ia membaca satu persatu surat tersebut.
"Ya Allah.. benarkah Abang berbuat seperti ini?" gumam Citra.
"Itu kenyataannya." ucap Bang Ranggi santai.
"Tapi anda harus tau. Wanita itu sempat di nikahi dan akhirnya harus mengalami pembatalan pernikahan karena ulah Pratu Hasdin juga" imbuh Bang Ranggi.
"Karena apa Pak?" tanya Citra.
"Karena Pratu Hasdin menikah lagi. Itu juga sebuah kekerasan dalam rumah tangga meskipun mungkin saat itu.. tujuan Pratu Hasdin baik"
Citra tertegun meresapi ucapan Lettu Ranggi.
Saat masih berpikir keras.. ada suara ketukan pintu.
tok..tok..tok..
"Masuk..!!" perintah Bang Ranggi.
"Maaf mengganggu Pak" ucap Hana saat melihat ada seorang wanita di ruangan suaminya.
"Nggak ma, sini duduk dulu..!!" Bang Ranggi berdiri dan menyerahkan kursi kerjanya untuk Hana. Hana pun duduk karena Bang Ranggi memegang tangannya agar duduk disana.
"Ini Bu Hasdin ma, belum sempat bertemu dengan ibu perwira intel juga khan untuk pengajuan nikah. Jadi Mama selesaikan saja dulu. " Bang Ranggi menyenggol kaki Hana agar Hana bisa memposisikan diri sebagai istrinya saat ini.
Hana pun mengerti dan menyunggingkan senyumnya.
"Iya Pa, Mama belum sempat bertemu dengan Bu Hasdin" suara Hana terdengar bergetar, tapi tangan Bang Ranggi yang menyentuh bahunya, seakan memberikan kekuatan untuknya.
"Mohon ijin ibu. Saya kesini karena merasa pengajuan nikah saya terlalu lama" ucap Citra.
"Sebenarnya kalau masalah seperti ini, itu hanya intern bapak-bapaknya saja ya Bu Hasdin. Disini saya tidak mau melangkahi Pak Ranggi.. yang jelas, ibu bisa membahasnya berdua dengan suami tentang hal yang membuat pengajuan nikah Pak Hasdin jadi lama." Hana menahan kuat perasaannya.
"Siap ibu. Maaf saya mengganggu" jawab Citra merasa tidak enak.
:
"Apa Hana keterlaluan Bang?" tanya Hana, air matanya sudah akan meluncur.
"Nggak, kamu pantas mendapatkan hak mu. Jangan tangisi dia. Kamu itu istri Ranggi.. bukan Hasdin" ucap Bang Ranggi tegas.
"Baru mau Bang..!!" kata Hana mengingatkan.
"Waahh.. ini mau di sah kan sekarang juga?? Berani sekali kamu nantang Abang?"
.
.
.
.
