Niara yang sangat percaya dengan cinta dan kesetiaan kekasihnya Reino, sangat terkejut ketika mendapati kabar jika kekasihnya akan menikahi wanita lain. Kata putus yang selalu jadi ucapan Niara ketika keduanya bertengkar, menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Reino yang di paksa nikah, ternyata masih sangat mencintai Niara.
Sedangkan, Niara menerima lamaran seorang Pria yang sudah ia kenal sejak lama untuk melupakan Reino. Namun, sebuah tragedi terjadi ketika Reino datang ke acara pernikahan Niara. Reino menunjukkan beberapa video tak pantas saat menjalin hubungan bersama Niara di masa lalu. Bahkan, mengancam akan bunuh diri di tempat Pernikahan.
Akankah calon suami Niara masih mempertahankan pernikahan ini?
🍁jangan lupa like, coment, vote dan bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 ya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Pagi ini tidak seperti biasanya, tidak ada cahaya matahari menembus masuk kedalam kamarku. Semua terlihat masih gelap di ruangan yang sempit. Aku menyalakan ponselku.
“Hah!” aku terkejut, karena sudah pukul 11 siang. Mataku berkeliling, kelabakan takut terlambat bekerja.
“Ah, astaga,” Aku lupa jika hari ini mau bolos kerja. Tubuhku menggelesot, merebahkannya di lantai keramik yang dingin. Aku meraih ponselku lagi, melihat ada tiga panggilan tak terjawab dari Pak Ridwan. “mungkin dia mau bilang, hubungan ini berakhir,” gumamku. Aku mematikan ponselku lagi. Tidak ada semangat untuk menjalani hidup.
BAB 25 ( Prasangka )
Aku berniat akan kembali kerumah 5 hari lagi. Tepatnya setelah tanggal yang seharusnya dilaksanakan pernikahanku. Aku takut dimarahi Ibuku habis-habisan jika pulang sekarang. Lebih baik, sekalian dimarahi nanti. Aku sudah pasrah, kalau di kubur Ibuku hidup-hidup di liang lahat. Karena sudah merusak nama keluarga.
“Ah, mandi saja. Setelah itu, cari tempat Kos yang murah,” gumamku.
Menatap diriku di cermin, aku jadi kesal. Aku menepuk keras kedua pipiku. Menyalahkan diriku, atas segala kebodohan yang aku buat. “Sekarang, aku harus bagaimana?” mencoba berpikir jernih, di situasi yang buntu.
Setelah selesai mandi, aku ceck-out dari Penginapan. Naik bus, berkeliling Kota seperti orang yang tak punya tujuan. Kemudian, mataku tertuju di Pantai saat melihat keluar jendela. Aku memutuskan kesana, untuk menghilangkan perasaan sedihku.
Berjalan, menyusuri pinggir pantai. Melihat keramaian anak-anak berlari. Mengingatkanku pada Chika dan Nael. “Aku merindukannya,” gumamku.
Teriknya matahari, rasanya ingin aku sentuh. Hatiku terasa dingin dan kesepian.
Lelah berkeliling, aku pergi meninggalkan Pantai. Mencari tempat penginapan yang murah. Aku mendengus berulang kali, kakiku lelah. Akan tetapi, hatiku yang ingin beristirahat.
Setelah mendapatkan tempat kos, sekarang aku memikirkan pekerjaan. Aku tak mungkin masih bekerja di Pabrik, setelah Pernikahan itu batal. Apalagi bertemu dengan Pak Ridwan. Aku tak bisa, ini terlalu menyedihkan untukku. Ditinggal mantan menikah, dan gagal menikah. Sempurna sekali untuk dijadikan bahan gunjingan.
Hidup menjadi dewasa, ternyata tidak semudah itu. Bahkan pengalamanku dari remaja umur belasan, hingga sekarang hampir kepala tiga masih saja berkelana mencari kebahagiaan.
Tidak ada yang bisa kulakukan selain tiduran di tempat tidur, dan menatap dinding. “Aku lapar,” keluhku. Melihat tabunganku tinggal 1 juta setelah membayar penginapan untuk jangka waktu satu minggu.
Aku merasakan pusing setelah seharian berjalan mencari penginapan murah. Ingin bangkit dan mencari makan. Namun, aku merasakan nyeri di bagian perutku. Sebelumnya aku memang pernah operasi radang usus. Mungkin kali ini kambuh, karena terlalu stres.
Tubuhku mulai dingin dan berkeringat. Aku melihat jam di tanganku pukul 7 malam. Tidak tahu harus menghubungi siapa kali ini. Aku menuangkan semua isi di dalam tas. Mengambil ponselku. Berniat menelpon Vira. Tidak ada orang lain saat ini yang bisa aku hubungi.
Tanganku sudah gemetar, rasanya pandanganku berkunang-kunang menatap semua sudut ruangan.
“Hallo,” terdengar Vira menjawab teleponku.
“Vi – Vir, tolong kesini!” suaraku lirih, menahan kesakitan.
“Ra, kamu dimana?”
Mulutku sudah tidak mampu menjawab, Aku mengirim maps kepada Vira. Lalu perlahan pandangan mataku mulai kabur dan gelap.
Seperti nya aku sudah mati. Akhirnya …
Aku membuka mata perlahan, semua sinar terlihat remang-remang. Seseorang menyentuh tanganku, aku berusaha memastikan malaikat yang ingin mencabut nyawaku saat ini.
Seorang wanita tersenyum menatapku.
“Syukurlah, Ibu sudah sadar,” ucapnya.
Aku hanya diam, belum menangkap situasi ini dengan baik. Setelah aku perhatikan, itu seorang Perawat.
“Ah, aku di rumah sakit,” ucapku lirih.
“Benar Ibu, suaminya tadi yang membawa kesini. Dia sedang mengurus administrasi,” ucap Perawat itu. Aku terkejut dengan perkataan itu.
“Nanti, kalau ada apa-apa. Ibu bisa tekan tombol di sebelah. Selamat beristirahat.” ucap Perawat itu, lalu dia keluar dari ruangan.
Kemudian, pintu itu terbuka lagi.
“Kamu sudah sadar?”
Pak Ridwan, berdiri di sampingku. Mengenggam tanganku erat. Aku hanya bisa diam.
“Kamu pergi kemana saja? Semalaman tidak pulang kerumah. Di telpon nggak jawab!” Dia mulai memaki ku. Namun, rasanya hatiku lebih baik mendengarnya. Aku hanya bisa menangis.
“Aku sibuk mengurus ini itu, ke kantor polisi, mengurus gedung pernikahan. Kamu malah keluyuran nggak jelas!” Dia memakiku lagi, aku tersenyum dan air mataku tak berhenti jatuh.
Aku yang selama ini benci makiannya saat bekerja. Namun, kali ini aku melihat dia memaki ku karena kekhawatiran. Aku senang.
Pak Ridwan menarik kursi, dan duduk disampingku. Mengusap air mataku, dan mencium punggung tangan kiriku berulang kali. Aku ingin berkata “maafkan, aku.” Namun, lidahku kelu dan memilih air mata untuk menunjukkan rasa cintaku padanya.
“Aku pikir, kamu meninggalkanku,” ucapku lirih.
Huh, Pak Ridwan mendengus kesal.
“Kenapa harus meninggalkanmu?” tanyanya, menatapku lembut.
“Aku pikir – aku pikir, kamu marah,” ucapku, menangis lagi.
“Marah tentu, tapi untuk meninggalkanmu. Kamu pikir aku bisa!” ucapnya lantang, dia menunjukkan kekesalannya dengan mata basah. Air matanya tumpah di punggung tanganku. Hatiku lega, dia masih menginginkanku.
“Kamu tahu aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, mencarimu kemana-mana seperti orang bodoh!” “kamu tahu kan? Aku sangat mencintaimu. Kamu ingin buat aku tak waras!” makiannya, menjadi dongeng tidurku. Aku memejamkan mata perlahan, mungkin karena efek obat.
Hingga Pagi datang, Pak Ridwan masih menjagaku. Setelah itu dia berpamitan mau pulang kerumah. Dia harus mandi dan berangkat ke kantor. Aku mengangguk dan tersenyum.
“Nanti Ibumu datang,” ucapnya. “dia yang akan giliran menjagamu,” imbuhnya. Seketika ekspresi wajahku berubah cemberut. Aku pasti akan dimarahi habis-habisan karena tak pulang.
“Aku pergi dulu ya, jangan lupa makan,” ucapnya, lalu mencium keningku. Aku bisa mencium aroma tubuh dan rambutnya.
“Peluk aku sebentar,” ucapku lirih. Dia
tersenyum, kemudian memelukku.
“Sudah, aku mau cari uang dulu,” ucapnya, keluar dari ruangan.
“Kenapa jadi dia yang datang, bukannya aku menelepon Vira,” gumamku.
Aku meraih ponsel di meja, memastikannya. “Hah,” aku melihat memang benar aku menelepon Pak Ridwan, bukan Vira.
“Setidaknya aku lega, pernikahan ini akan tetap berlangsung,”
“Kamu ini!”
Baru saja, meneguk air. Aku mendengar suara Ibuku yang keras, masuk kedalam ruangan. Aku sampai tersedak.
Ayahku bergegas berlari ke arahku, lalu menepuk punggungku dengan perlahan.
“Kamu gila! Pergi keluyuran! Kamu melarikan diri dan pergi dengan mantanmu!” gertak Ibuku memekik. Aku langsung menarik selimut. Menutup wajahku.
“Sudah, sudah dia sakit. Kamu malah marah-marah.” Ayahku membela.
“Gimana nggak emosi, dia mau menikah malah kabur. Mau ditaruh mana muka kita di depan banyak orang!” Ibuku masih memaki.
“Sudah Bu, jangan berisik!” ucap Ayahku
Aku tersenyum tipis di balik selimut, sambil mendengarkan makian Ibuku.
“Awas saja kalau kabur lagi! Aku akan coret namamu dari kartu keluarga!”
mana main!!!!
tarik atuh!
nanti giliran di tinggal istri baru sesak nafas.
Kau yang lebih terluka.
gak bisa diginiin:(
bunga for you nael
btw bikin Reno mati atuh Thor
Thor...bawa reoni kesini!!
gak bisa gak bisa!
apaan baru baca udah ada yang mati:>
ihh pengen cubit ginjal nya
thor cerita mu tak bisa d tebak.
kerenn bangeettt 👍👍👍