Naifa, gadis berusia 18 tahun terjebak di sebuah pernikahan yang seharusnya diatur untuk sang kakak. Namun, ternyata sang suami adalah orang yang pernah menolongnya. Apakah Naifa bisa melewati kehidupan pernikahan di usia mudanya dan menjadi istri yang baik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejujuran Bian
Dani dan Bian berjalan menghampiri dua gadis cantik nan jelita yang sedang berdiri di depan lobi bioskop. Bian begitu terkejut saat melihat Sofia dan istrinya yang memiliki janji dengan sahabatnya.
"Bagaimana kalau kita ke tempat makan, biar enak ngobrolnya," ajak Dani pada ketiga orang di hadapannya. Sofia hanya tersenyum dan menurut, sedangkan Bian dan Naifa masih belum mengerti dengan yang terjadi.
"Maafin kakak yah, ga bilang kalau kita kesini ketemu sama atasan kakak."
Naifa hanya menganggukan kepalanya, apa mungkin jika kakaknya sedang pendekatan dengan teman suaminya.
"Naifa, kamu pasti lagi nunggu pengumuman kelulusan yah?" Tanya Dani pada gadis cantik itu.
Naifa menganggukan kepalanya, sementara Bian menatap Dani seolah ingin melahapnya.
"Wah, berarti sebentar lagi kuliah dong. Ambil jurusan apa?" Tanya Dani yang terus mengajak ngobrol Naifa.
"Sastra Inggris."
"Hebat, kalau ambil Sastra Inggris biasanya gampang dapat kerja."
Dani yang terus mengajak ngobrol istrinya membuat Bian curiga jika sahabatnya sedang mendekati Naifa.
"Saya gak nyangka kalau Pak Fabian juga ikut kemari. Setidaknya saya ada teman karena Pak Dani pasti lebih sering mengajak bicara Naifa."
Tepat sasaran, perkataan Sofia memvalidasi kecurigaannya.
"Sebentar, saya mau ke toilet dulu."
Bian segera beranjak menuju toilet, dia pun mengirim pesan pada sahabatnya mempertanyakan apa yang terjadi.
Saat membaca balasan dari Dani, emosi Bian memuncak. Tangannya mengepal, ingin meninju wajah sahabatnya.
Bian pun segera mengirimkan pesan pada istrinya dan menunjukan isi pesan dari Dani. Seketika Naifa memijat kepalanya yang merasa sakit karena kakaknya mencoba menjodohkannya dengan Dani.
'Saya akan beritahu pada mereka kalau kita sudah menikah, hal ini tidak boleh ditutupi lagi. Kedepannya hanya akan menimbulkan masalah jika tetap di rahasiakan.'
Tak ada jalan lain, Naifa dengan terpaksa menyetujui pendapat suaminya. Walaupun dia tak siap menghadapi wajah kecewa kakaknya.
"Lama banget di toilet, habis ngapain?" Tanya Dani saat melihat sahabatnya yang baru sampai.
"Saya mau jujur sama kalian semua. Sebenarnya, saya sudah menikah."
Ucapan Bian membuat Dani dan Sofia terkejut, tentu saja karena selama ini tak ada kabar apapun tentang pernikahan bosnya.
"Yang benar lu ah, gak undang kita juga. Gak mungkin lu lupa sama sahabat sendiri kan," ucap Dani tak percaya dengan wajah kesalnya.
"Gue serius, dan istri gue... " Bian pun segera pindah tempat duduk tepat di samping Naifa.
"Naifa Humaira Wahid."
Dani semakin terkejut mendengar pengakuan sahabatnya, apalagi Sofia yang tak kuasa menahan patah hati karena pria yang di sukainya adalah suami sang adik.
"Jangan bilang lu nikah sama Naifa setelah bertemu di lobi kantor," ucap Dani dengan wajah terkejut dan tak percaya.
"Kita sudah nikah lebih dari satu bulan, hari Minggu sebelum Naifa melaksanakan Ujian Nasional."
Deg!
Sofia pun tahu jika Fabian ternyata calon suaminya yang sempat akan di jodohkan padanya, namun dia tak menyangka jika Naifa bersedia menggantikan dirinya.
"Jadi, Pak Fabian putranya Pak Sidiq. Teman abi saya?" Tanya Sofia mencoba meyakinkan dirinya.
Fabian menganggukan kepalanya, sementara Naifa hanya menundukan wajahnya. Dia tak tega melihat wajah kakaknya terlebih matanya yang berkaca-kaca.
"Saya pulang duluan." Sofia segera meninggalkan mereka bertiga, sementara Dani merasa malu dan meminta maaf pada sahabatnya.
"Susul Sofia sana, anter pulang. Gue juga mau pulang sama istri gue."
Dani pun mengikuti perintah atasannya. Dia berlari mengejar Sofia yang belum jauh dari tempat itu, pria itu segera mengambil mobilnya dan mengajaknya pulang.
"Ayo masuk, saya paling tak tenang kalau melihat seorang perempuan pulang sendirian." Ucap Dani sembari membukakan pintu mobil untuk Sofia. Melihat kebaikannya, Sofia pun bersedia menerima ajakan atasannya.
***
"Sayang, kenapa diam terus? Jangan murung gitu dong. Kan saya bingung mau hibur dengan cara apalagi."
Bian sedari tadi melihat Naifa murung, bahkan setelah sampai ke rumah mertuanya dia tetap diam seribu bahasa.
"Aku tuh kasihan sama Kak Sofia, dia ternyata suka sama Kak Bian. Dia cuma gak tahu kalau Kak Bian dan Pak Fabian itu orang yang sama."
Bian pun menghela nafas panjang, merasa yang di katakan istrinya ada benarnya. Namun, yang terjadi biarlah terjadi. Kini Naifa yang jadi istrinya dan dia sangat mencintainya.
"Yang jelas sekarang istri saya itu kamu, yang menerima apa adanya, dan juga lebih mementingkan reputasi keluarga. Hmm tapi, niat kamu juga mau semua mainan saya kan. Ada maunya juga ternyata."
"Iya dong, semua yang ada di kamar ini harus jadi milik aku. Tinggal bikin surat perpindahan pemilik," canda Naifa dengan wajah imutnya.
"Dasar bocah licik. Tapi ini semua kan memang buat istri, dan akan di wariskan untuk anak kita nanti."
Wajah Naifa berubah setelah mendengar kata anak. Dia membayangkan jika dirinya yang masih kekanakan memiliki anak.
"Aku udah ngantuk Kak Bian. Mau tidur duluan yah," Naifa yang salah tingkah berpura-pura mengantuk. Padahal matanya sama sekali tak mampu untuk terlelap. Begitu juga Bian, dia memeluk istrinya yang memunggunginya.
"Naifa, saya janji gak akan memaksa kamu untuk melakukan hal itu. Saya sendiri tak akan memaksa, tapi yang jelas saya sangat mencintai kamu. Saya harap kamu juga bisa mencintai saya."
Bian mengecup bahu istrinya, aliran darah Naifa berdesir membuatnya tak bisa berpura-pura lagi untuk tertidur.
"Kak Bian," ucap gadis itu sambil membalikkan tubuhnya menghadap sang suami.
"Kamu belum tidur? Katanya tadi sudah ngantuk."
Naifa memeluk tubuh suaminya begitu erat, dia takut jika suaminya tak ingin lagi bersamanya. Apalagi saat Sofia tahu jika Fabian adalah mantan calon suaminya, bisa saja jika kakaknya meminta Bian menikahinya dan meninggalkan Naifa.
"Kenapa pikiran aku jelek banget sama Kak Sofia, tapi aku takut kalau dia minta pernikahannya di ulang dan malah Kak Sofia yang jadi istri suami aku." Gumamnya dalam hati.
Pikiran jelek Naifa terus berkecamuk, dia memikirkan cara bagaimana bisa membuat Fabian terikat dengan dirinya sepenuhnya.
"Kalau Kak Sofia minta pernikahan ini di ulang, apa Kak Bian bakalan ninggalin aku dan milih Kak Sofia?"
Bian terkejut mendengar kekhawatiran Naifa, bisa-bisanya dia berpikiran jelek setelah suaminya menyatakan cinta padanya.
"Sayang, bukankah kamu tadi mendengar bahwa saya sangat mencintai kamu. Bagaimana bisa pikiranmu sejelek itu pada suami kamu sendiri."
"Tapi Kak Bian juga sering cemburu tanpa alasan kan, berarti kita impas." Timpal Naifa membalas perkataan suaminya.
"Kalau kamu takut, berarti kamu juga cinta sama saya kan."
Perkataan Bian membuat wajah Naifa memerah, dia kebingungan dengan perasaannya. Dia juga tak mengerti cinta itu seperti apa, yang jelas Naifa tak ingin kehilangan suaminya. Gadis itu pun menepati janjinya dengan memberikan hadiah spesial yang dia rencanakan tadi pagi.
Bina gelisa karna 2 buaya ganguin Naifa
sedangkan Naifa gelisah karna sofia belum tau kalo Naif sudah memikah sama Bian...
piye iki... makin seru
kira2 apa yang akn di lakukan sofia ya kalo tau Naifa yang menggnatikan posisi dia jadi istrinya Bian....
masa pelakornya kaka kandung sediri
gimana jadinya yah...
maklum sih masih bocil....