Zareena, wanita cantik nan sempurna menikah dengan pria yang sangat dicintainya hingga pernikahannya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Elvano. Lima tahun pernikahannya terasa begitu sangat indah, hingga kenyataan menghantam relung hatinya. Suaminya berselingkuh dengan adik angkatnya, bahkan keluarganya begitu memihak pengkhianat.
Di khianati dan disingkirkan, Zareena tiada dalam kesedihannya. Namun kepergiannya bukan akhir dari segalanya. Dalam gelapnya alam baka, Zareena bersumpah.
“Jika diberikan kesempatan kedua, aku akan memilih mengubah takdirku, melindungi putraku dari pengkhianat”.
Dan ketika ia membuka mata, ia kembali bukan sebagai Zareena, tapi sebagai ancaman yang tak mereka duga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan dua ibu hamil
Siang harinya, saat semuanya makan siang bersama. Kali ini suasana makan siang terlihat sangat sunyi hanya ada suara dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring.
Elvano yang biasanya banyak berbicara mendadak kalem. Suasana seperti itu membuat Zahra canggung, apalagi Marissa selalu menanyakan kapan mereka kembali ke rumah.
“Oh ya, Ica. Setelah makan siang ini aku dan Linda pamit pulang karena ada urusan..” jelas Zahra mengangkat pembicaraan setelah lama diam.
“Oh begitu. Baguslah..” sahut Marissa tenang.
“Ma, mama ngomong apaan sih !” bisik Belinda tak senang.
“Kali ini dengerin, mama.” balas Zahra pelan. Keduanya berbisik, namun tak memperhatikan jika Zareena terlihat mencurigai keduanya.
‘Apa hubungan mama dengan Linda sebenarnya ? Keduanya tampak terlihat ibu dan anak yang asli..’ ucap Zareena curiga. Kedua tangannya mengerat pegangan garpu dan sendok seolah dia mencurigai sesuatu.
“Ada apa sayang ?” tanya Andra yang menyadari istrinya tidak makan. Zareena menoleh dan menggelengkan kepalanya.
“Nggak papa,” jawab Zareena tersenyum.
Setelah selesai makan, Zahra membawa Belinda ke kamar tamu. Keduanya mengambil koper dan tas masing-masing. Kemudian membawanya keluar. Marissa yang melihat Belinda menarik koper dibuat heran.
“Kamu habis darimana, kok bawa koper ?” tanya Marissa curiga.
“Oh, ini tante habis dari luar. Ya, dari luar !” ujarnya gugup. Marissa menganggukkan kepalanya.
“Besan, kami pulang dulu ya ! Kapan-kapan mampir lagi ke sini,” ucap Zahra ramah.
“Hm…”
Tanpa berpamitan dengan Zareena, Zahra mengajak Belinda pergi. Ketika tubuh mereka berbalik senyum ramah itu menjadi senyuman kesal.
Zareena menatap kepergian ibunya. Tidak ada kesedihan dimata wanita hamil itu hanya terlihat datar seolah dia menginginkan kedua orang itu pergi.
“ Zaree..” panggil Marissa dengan lembut.
“Mami….”
“Sore ini ikut mami,yuk ! Ketemu opa Araska dan oma Alana !” ajak Marissa kepada menantunya.
“Mi, opa dan oma ikut kembali ke indo ?” tanya Andra bingung.
“Tentu, mereka merindukan Zaree. Ditambah lagi kakak ipar kamu, besok siang ikut pulang kesini !” seru Marissa membuat Andra menghela nafas.
“ Bang Reon, juga ikut mi ?”.
“Jelas, abangmu itu ikut. Mana mau dia pisah lama dengan istrinya..” sahut Marissa.
“Terus sih buntet ijo, ikut juga ?” tanya Andra memastikan bahwa keponakannya ikut atau tidak.
“Kamu tahu sendiri aja, bapak dan anak gimana kalau pawangnya nggak ada di rumah. Gitu aja repot !” seru Marissa dan membawa menantu serta cucunya pergi ke taman belakang. Baru saja berjalan beberapa langkah Zareena mendengar suara Sandra yang sedikit keras itu.
“Bang, ada hubungan apa abang sama Linda ?” tanya Sandra.
Andra memicingkan kedua matanya, lalu melirik sekitarnya. Merasa cukup aman, Andra menghela nafasnya.
“Linda hamil dan abang diminta untuk bertanggungjawab..”
“Apa ?! Hamil ?!!! “ pekik Sandra yang mana membuat Andra langsung menutup mulut kembarannya.
“Stttttt !!! Jangan keras-keras, nanti mami denger abang diomelin lagi !” bisik Andra dengan suara pelan.
“Bang bagaimana bisa !! “.
“ Abang nggak tahu,” desah Andra.
“Terus sekarang gimana ?” tanya Sandra dengan tatapan khawatir.
Andra mengusap wajahnya frustasi. Sandra yang melihat itu sangat kasihan dengan abangnya. Tapi jika kedua orang tua dan abang tertua mereka tahu, apa yang akan terjadi dengan saudara kembarnya nanti.
“Abang sudah pastikan Linda hamil sama siapa ?”. Andra menggelengkan kepalanya. “ Belum, abang harus gimana ?”.
Sandra diam sejenak hingga sebuah saran tercetus di otaknya. “ Aku ada saran. Semoga ini membantu abang…”.
Sandra langsung membisikan sesuatu ditelinga abangnya. Awalnya Andra tak setuju, namun karena keadaan terpaksa dia harus mengikuti saran adiknya.
*
*
*
*
*
Seluruh keluarga tengah berkumpul menyambut kedatangan Zareena yang tengah berbadan dua. Tampak istri Reon langsung menghampiri Zareena yang tengah dipeluk oleh oma dari suaminya.
“Omaaaa gantian dong… Iren juga mau peluk adik ipar Irennnnn..” rengek Maureen manja.
Alana terkekeh melihat cucu menantunya merengek. Kebiasaan Maureen tidak berubah dari kecil sehingga Alana tak mempermasalahkan cucunya menikah dengan keluarga Maverley.
“Uhhh adik Zareee…” seru Maureen senang, setelah lama akhirnya dia kembali bertemu dengan Zareena.
“Nonton drakor, yuk ! Aku ada rekomendasi drakor yang uhhh banyak cowok tampannya..” bisik Maureen diakhir kalimat.
Mendengar cowok tampan, wajah Zareena langsung berseri. Keduanya tampak pecicilan membuat Alana harus menegurnya. “ Kalian berduaaaa. Astaga, oma ngilu. Kalian nggak liat perut bulat kalian itu, jangan sampai bergesek perut. Oma ngeri !!” kata Alana bergidik ngeri.
“Hehe, aman oma !”. Maureen langsung membawa Zareena keruangan khusus nonton drakoran. Araska membuat sebuah ruangan khusus para wanita untuk me time. Semua perlengkapan sangat lengkap membuat siapa saja betah berada diruangan itu.
“Unkel Lemon, dimana unkel Temon ?” tanya Elvano kepada putra sulung Dario.
“Ada di kamarnya,” jawab Raimon datar.
“El mau ke cana lah, nda celu cama unkel Lemon !!” seru Elvano bergegas menghindari tatapan Raimon.
“Lemon, Lemon.. Dasar bocil, nama sekeren Raimon jadi Lemon..” katanya sedikit kesal. Dia dan saudara kembarnya hanya dapat menahan rasa kesal.
Raimon berjalan menjauh dari keramaian menuju taman samping dimana taman itu sudah banyak peliharaan buyutnya.
Sesampainnya dikamar seseorang yang dicarinya, Elvano langsung membuka pintu namun pergerakannya terhenti karena bocah seumurannya memanggil Elvano.
“El, kamu mau ketemu cama unkel Bai ?” tanya seorang gadis kecil memeluk bonekanya.
“Iya mau ke kamalna unkel Temon..” sahutnya dan kembali membuka pintu dengan susah payah.
“Oh,”
“Oli motol mau gabung nda ?”
“ Oli motol, oli motol !! Olianna !! O-L-I-A-N nya dua balu A !! OLIANNA BUKAN OLI MOTOL !! TAU NDAAA !!” .
Gadis bernama Orianna itu memekik kesal. Sepupunya itu selalu memanggil namanya dengan sebutan Oli.
“Cama aja, Olianna. Depan na Oli belakang na motol…”
“Nda ucah ganti nama olang cecuka hatimu, Elpanoooo !!”.
“Ahh, cudahlah ! Lia mau ke kamal na Onti Pelin !!”. Orianna pergi meninggalkan Elvano yang melongo.
“Dia cendili juga ubah nama Onti Pelen jadi Onti Pelin. Nda walas kali Oli motol..”.
*
*
*
*
Dua wanita hamil sibuk mengeluarkan ingus mereka masing-masing. Mata sembab dengan isakkan tangis yang menyayat hati.
“Hiks, nggak expect banget dramanya.. Kasian itu di tinggalin sama pacarnya gara-gara pela.kor hiks..” isak Maureen.
“Bener banget hiks… kalau aku jadi dia ku sikat sampe bersih hiks…” sahut Maureen dengan suara isak nya.
Reon dan Andra saling pandang. Kedua kakak beradik itu bingung dengan kehidupan wanita. Melihat adegan menyentuh hati menangis, kadang ada beberapa adegan yang membuat mereka histeris dan mengamuk.
“ Apa, Kak Iren sering menangis karena drama itu bang ?” bisik Andra.
“Tiap hari…” balas Reon pelan.
“Bahkan, abang harus ikut nangis. Katanya baby mau abang ikutan nangis…” adu Reon kepada adiknya.
“Terus abang nangis ?” tanya Andra tak percaya
Reon menggelengkan kepalanya,” Abang mana bisa nangis. Jadi abang ambil jalan pintas. “
“Jalan pintas ?”.
“ Iya, abang selalu bawa ini. Nanti kalau kakak iparmu suruh abang nangis. Abang menangis dengan air mata meleleh..” jelas Reon memperlihatkan botol kecil yang biasa digunakan untuk mata.
“Simple kan !” lanjutnya.
“Ayanggggg…” panggil Maureen. Reon yang mendengar itu tersenyum kecil ke arah adiknya. Dia sudah mengkode dengan obat tetes mata.
“Ya sayang..”
“Ayangggg, aku sedih nih…” rengek Maureen menatap suaminya puppy eyes.
“Iya sayang. Sayang mau abang gimana ?” tanya Reon dengan percaya diri.
“Iren mau liat abang hibur Iren..”
“Hibur gimana ? Nangis lagi biar dedek bayinya senang ?” tanya Reon memastikan. Tangannya sudah siap membuka tutup botol.
“Dedeknya minta abang niruin goyangan gorila…” cicit Maureen membuat Andra kelepasan tertawa keras mengejek nasib abangnya.
Melihat suaminya tertawa, Zareena pun turut meminta hal yang sama ,” kamu juga, mas !” Hal itu membuat Reon membalas adiknya dengan lebih keras.
“Nasibbbb kali…”