Rate. 21+ 🔥
Darren Alviansyah, anak konglomerat yang terkenal dengan sifatnya yang sombong dan juga hidupnya ingin selalu bebas, serta tidak mau di atur oleh siapapun. Darren juga tidak mau terikat dengan yang namanya wanita, apalagi pernikahan.
Setiap harinya Darren selalu menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang dan akan selalu pulang dalam keadaan mabuk, membuat kedua orang tuanya kesal. Darren juga tidak bisa memimpin perusahaan Papinya dan hal itu semakin membuat orang tuanya murka. Pada akhirnya orang tuanya mengirimkannya ke kampung halaman supir pribadinya.
Dira Auliyana, gadis yang sederhana juga mandiri. Dia di tugaskan untuk merubah sifat sombongnya Darren, hingga dirinya harus terjebak pernikahan dengan Darren.
Mampukah Dira menaklukkan sifat Darren yang selalu membuatnya kesal dan pernikahan seperti apa yang mereka jalani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Mateo
"Apa...!!!" pekik Darren.
"Maaf, aku nggak tau kalau aku akan datang bulan," ucap Dira dengan rasa bersalah karena sudah menggagalkan hasrat Darren yang begitu menggelora.
Darren menghela nafasnya, mencoba meredam rasa yang sudah menggebu di dalam tubuhnya. Darren tidak bisa menyalahkan Dira, karena memang sudah kodratnya seorang perempuan setiap bulan pasti akan mengalami menstruasi. Tapi masalahnya, kenapa harus di saat dirinya tengah menginginkan Dira seutuhnya.
"Ya sudah... mau gimana lagi, mungkin memang belum waktunya untuk kita melakukan itu," ucap Darren dengan nada lemas dan menatap Dira dengan lesu seolah tak punya daya untuk menjalankan hidupnya.
"Lebih baik aku mandi lagi," lanjut Darren yang kini melangkah meninggalkan Dira ke kamar mandi. Karena menurut Darren mandi adalah pilihan yang tepat, karena akan mendinginkan sesuatu yang sudah bangun.
Dira menatap punggung Darren dengan rasa bersalah, tapi mau gimana lagi. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
Dira, menghela nafasnya pelan, kemudian Dira segera mengenakan pakaian dan juga menyiapkan pakaian untuk Darren.
***
Beberapa hari kemudian, sebuah mobil SUV berhenti di depan rumah Bu Kokom. Seorang lelaki keluar dari dalam mobil dan membuka kaca mata hitamnya seraya mengedarkan tatapan matanya.
Seril yang tengah bermain game di teras rumahnya, terperangah melihat sosok pria ganteng dan macho tengah melangkah ke arah rumahnya.
"Ya Alloh Gusti... cakep banget ini cowok," seru Seril sambil terus menatap lelaki ganteng yang kini sudah berdiri di hadapannya.
Apa dia jodoh yang di kirim Tuhan untuk aku. Batin Seril berseru.
Seril terus menatap lelaki itu seraya memegang dadanya dan tersenyum manis memandanginya.
Oh... Tuhan, tampan sekali lelaki ini.
"Permisi, mau tanya? apa anda tau yang namanya Darren Alviansyah?" tanya lelaki itu.
Tapi Seril tak menyahutinya, karena terlalu fokus pandangannya. Lelaki itu, melambaikan tangannya di depan wajah Seril.
"Hai... apa kamu mendengarkan saya?" ucapnya seraya terus mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Seril.
"Eh... iya, kenapa kang?"
"Apa kamu kenal dengan yang namanya Darren Alviansyah?" tanyanya lagi.
"Oh... kang Darren, kenal. Memang akang ini siapanya kang Darren?" tanya Seril.
"Saya temannya Darren. Kamu tau dimana Darren tinggal?" tanyanya lagi.
"Tau-tau! ayo, saya antar ke rumahnya kang Darren."
"Kalau begitu, kita naik mobil saja."
"Oh, baiklah."
Seril dan lelaki itu naik ke mobilnya, hingga tiba di depan rumah Darren. Seril dan lelaki itu turun dari mobil.
"Ini rumahnya, kang," tunjuk seraya melangkah ke rumah Darren dan Dira.
Lelaki itu menatap rumah yang di tempati oleh Darren, dengan tatapan tak percaya. Sebab, dia tau seorang Darren Alviansyah selalu yang ingin terlihat Wah.
Tapi sekarang, Darren tinggal di rumah sederhana bahkan jauh dari kata bagus. Lelaki itu kini mulai melangkah ke rumah yang di tempati oleh Darren.
"Teh Dira!" Panggil Seril seraya mengetuk pintunya.
"Sebentar," sahut Dira sembari membuka pintunya.
"Seril...!!" seru Dira yang langsung melebarkan pintunya.
"Siapa, Ra,'" tanya Darren yang saat ini tengah ngopi sembari menonton televisi.
"Seril," Jawab Dira.
Dira kemudian menatap lelaki itu dan lelaki itu tersenyum kepada Dira sembari mengangguk kecil. Dira yang di tatap, hanya membalas senyuman.
"Ini teh, Seril kesini mau mengantar akang ini. Katanya akang ini temannya kang Darren." Tunjuk Seril kepada lelaki itu yang kini berdiri di samping Seril.
Darren yang merasa namanya di sebut, segera menghampiri Dira yang masih berdiri di ambang pintu. Darren tertegun menatap lelaki itu yang kini tengah tersenyum menatapnya.
"Mateo!!" seru darren tak percaya kalau temannya ada di kampung ini.
"Apa kabar bro. Gue pikir elo bakal lupa sama gue." Kata Mateo.
Darren langsung meninju lengan Mateo, dan juga tertawa pelan. Darren benar-benar tak menyangka kalau temannya ada di kampung ini.