Dijual oleh Ayah kandungnya sendiri sebagai pengganti taruhan berjudi, Zena gadis berusia 21 tahun yang pergi dari rumah, dia meminta pertolongan dari ibu kandungnya, tidak disangka, ditempat ibu kandungnya dia hampir dilecehkan oleh Ayah tirinya,
Depresi, trauma sempat mengguncang jiwa Zena, lalu tidak disengaja dewa penyelamat datang, Steven Fernando, pria berusia 35tahun yang sudah 3 tahun bertahan dengan statusnya yang Duda,
Setelah diselamatkan oleh Steven, siapa sangka hidup Zena semakin hancur, Steven meminta Zena menjadi partner ranjangnya,
Ancaman akan dikembalikan pada rentenir paruh baya itu dan keselamatan keluarga ibunya mengakibatkan Zena menurut patuh menyetujui semua syarat dan peraturan yang diberikan Steven
Hari demi hari Zena menjadi partner ranjang dari seorang Steven yang mempunyai libido akut,
Akankah Zena bisa bertahan dan mencintai Steven
Jika berjalan maju membuat Zena menelan kepahitan, dan jika berjalan mundur Zena akan membuat keluarga ibunya hancur.
Seperti apa kisahnya, ayok kita simak cerita Zena dan Steven
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28_Supermarket
Setelah menunggu beberapa menit di lantai dasar, Steven berjalan masuk lift menuju kamarnya, kali ini kesabarannya benar-benar habis
"Hei! Kau benar-benar membuatku marah! " Pekik Steven sambil membuka pintu kamarnya
"Kemana dia? " Tanyanya lagi saat tak melihat istrinya
Mendengar suara suaminya, Zena langsung membuka pintu, dia menyembulkan sebagian kepalanya membuat Steven tercengang
"Ya Tuhan! " Pekik Steven sambil mengelus dadanya,
"Cepat keluar!! " Pekik Steven lagi
"Emm sa-sayang, aku boleh minta tolong? " Zena berbicara dengan ragu
"Atas dasar apa kau berani memerintahku! "
"Cepat keluar!! " Ucap Steven menghampiri istrinya, dia berniat menyeret paksa Zena
"Eh---, jangan masuk! Tolong panggilkan bi sari sayang, aku mohon, aww" Ucap Zena lalu tiba-tiba perut Zena terasa nyeri
"Ada apa! " Tanya Steven dengan nada yang terdengar lembut dan cemas, tapi semenit kemudian wajahnya sudah berubah menjadi garang lagi
"Em- aku sedang kedatangan tamu bulanan tapi aku lupa membeli persediaan roti, tolong bilang pada bi sari, belikan aku roti tamu bulanan, dan kau bisa ambil uangku di dompet yang aku letakan di dalam tas"
"Aku mohon please, tolong aku" Zena memohon sambil mengedipkan matanya berulangkali dengan tatapan memelasnya
"Tamu bulanan? Roti?? " Ulang Steven bingung
"Biar aku aja yang belikan, bi sari sedang pergi dan pelayan rumah sedang sibuk, memangnya roti seperti apa? Dan siapa tamu itu? "
"Tunggu disini, jangan kemana-mana! Aku segera kembali" Ucap Steven langsung pergi tanpa mendengar penjelasan dari Zena
"Huft singaku sedang baik hati,"
"Eh-- sayang!!!! " Teriak Zena tapi Steven sudah pergi
"Matilah aku, " Keluh Zena
Setelah sampai dilantai dasar, Steven menyuruh sekertaris Nanda ikut dengannya
"Tuan, kita mau kemana? " Tanya sekertaris Nanda sambil menyetir mobil
"Kita beli roti untuk tamu bulanan, Zena membutuhkannya" Ucap Steven sambil memainkan ponselnya
"Oh roti, untuk apa? Tamu bulanan?" Gumam sekertaris Nanda lalu mengerem mendadak membuat Steven terjungkal kedepan
"Hei kau mau mati yah! " Dengus Steven sambil mengusap keningnya karna terbentur kursi depan
"Tuan yakin ingin membelikan itu pada Nyonya? " Tanya sekertaris Nanda sekali lagi
"Yakin! Cepat sedikit, aku tidak mau istriku menunggu terlalu lama"
"Baik Tuan"
Sekertaris Nanda memarkirkan mobilnya di depan supermarket dekat rumah Tuan mudanya, lalu membuka pintu mobil untuk Steven
"Apa barang yang dicari istriku ada disini? " Tanya Steven saat melihat supermarket mini didepan,
"Iya Tuan, silahkan masuk"
Steven berjalan memasuki supermarket itu lalu mencari roti yang dimaksud Nesa, tapi dia bingung roti yang dimaksud istrinya itu roti seperti apa
"Hei, menurutmu istriku meminta roti seperti apa? " Tanya Steven saat berada di bagian makanan
"Tuan, anda salah, barang yang dicari Nyonya bukan disini"
"Statusnya saja yang duda, tapi untuk hal seperti ini saja tidak tahu" Gumam sekertaris Nanda dalam hati
Steven mengkerutkan keningnya "Apa maksudmu? "
Tak disengaja pegawai supermarket datang saat Steven dan sekertarisnya berdebat "Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu, saya lihat dari kejauhan anda sedang bingung" Ucap pegawai wanita itu
"Oh bagus, saya ingin membelikan roti untuk tamu bulanan istriku, tapi saya bingung karna ada banyak macam roti" Ucap Steven dengan polosnya
Pegawai wanita itu tersenyum tipis "Maaf Pak, mungkin yang dimaksud roti oleh istri anda itu pembalut"
"Mari saya antarkan menuju tempat pembalut" Ucap pegawai sambil mempersilahkan Steven berjalan di depan
Mata Steven menatap tajam sekertarisnya, Nanda yang ditatap tajam oleh Tuan mudanya pun memalingkan wajahnya sambil mengikuti pegawai wanita itu, di sepanjang langkahnya sekertaris Nanda terkikik, melihat wajah merah Steven yang malu adalah pemandangan yang paling langka dalam. hidupnya
"Apa dia sedang mengerjai aku? " Gumam Steven yang mengikuti pegawai wanita itu
"Silahkan, biasanya istri anda menggunakan merek apa? " Tanya pegawai wanita itu dengan lembut
"Merek? "
"Iya Tuan, disini banyak berbagai merek, apa Tuan tidak bertanya sebelumnya kepada Nyonya dan mengapa tidak menyuruh bi sari untuk membelikannya?" Tanya sekertaris Nanda sambil tersenyum dan berbisik
"Aku jait mulutmu! Jangan tersenyum!"
"Ekhemm
"Saya ambil yang termahal disini" Ucap Steven pada pegawai wanita yang mendampingi Steven memilih roti untuk Zena
"Baik Pak, oh iya yang bersayap atau tidak? " Tanya pegawai wanita itu lagi sambil memilih beberapa merek
"Sayap? "
"Memangnya ada yang bersayap? " Tanya Steven dan sekertaris Nanda bersamaan membuat pegawai wanita itu tersenyum
"Ini Pak, ini yang bersayap dan ini yang tidak," Pegawai wanita itu memperlihatkan pembalut yang bersayap dan tidak bersayap
Melihat supermarket semakin ramai, sekertaris Nanda langsung menjauh dari barang terkutuk itu, wajahnya sangat malu, melihat sekertaris Nanda mengambil jarak jauh membuat Steven menatap semua orang, semua orang sedang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan, wajah Steven memerah dia menyuruh pegawai supermarket membungkus semua pembalut yang ada di hadapannya lalu langsung membayarnya dikasir
"Wah, suami idaman, tidak malu membeli barang seperti itu" Ucap salah satu ibu-ibu yang sedang mengantri dikasir membuat wajah Steven tersenyum senang karna dipuji
"Terimakasih, saya akan membayar belanjaan anda" Ucap Steven membuat ibu itu tersenyum senang
"Oh iya?? beruntungnya istrimu memiliki suami sepertimu, terimakasih, " Ucap ibu-ibu yang belanjanya dibayar oleh Steven
Dari kejauhan sekertaris Nanda menghembuskan nafasnya kasar "Oh Tuhan, apa dia sudah gila, seharusnya dia malu mendapat pujian seperti itu, bukannya tersenyum bahagia, dan bangga
Nyonya kau membawa pengaruh baik untuk Tuan kita"
"Baru kali ini aku melihat ketua geng mafia kelas kakap di dunia ini membeli pembalut untuk istrinya" Gumam sekertaris Nanda sambil menggelengkan kepalanya
Setelah sampai dirumah, Steven langsung masuk kedalam kamarnya sambil menenteng belanjaannya
"Sayang" Panggil Zena saat melihat suaminya membawa beberapa kantong plastik besar lalu meletakkan diatas kasur
"Apa kau tahu! Karnamu aku dipuji banyak orang" Ucap Steven berjalan mendekat pada istrinya
Melihat Zena sudah rapih Steven mengernyitkan keningnya "Cepat pakai! Aku sudah telat ke kantor! " Titah Steven
"Emmm bi sari tadi sudah membawakan roti untukku, biar ini aku pakai nanti, tapi kenapa belanjaanmu sangat banyak sayang" Tanya Zena melindungi beberapa kantong plastik
Mata Steven membulat "Kau gila ya!!Apa kau sedang mempermainkanku hah! " Bentak Steven yang melempar semua kantong plastik berisi pembalut membuat Zena terasa ketakutan, bayangan Steven memberikannya pada rentenir tua itu tiba-tiba terlintas di otaknya
Melihat wajah istrinya yang ketakutan Steven menghembuskan nafasnya kasar, dia berusaha menghampiri istrinya "Jangan dipikirkan ucapanku, ayo kita pergi" Steven berkata dengan lembut, dia tidak mau istrinya kembali depresi karna ulahnya
"Apa kau sudah meminum obat? Dan apa dokter Riyan sudah memeriksamu? " Tanya Steven
"A-aku meminum obat secara rutin, dan aku pernah menyuruh dokter Riyan untuk pergi, aku sudah sembuh" Jawab Zena lirih
Bersambung😘