FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.
Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.
Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?
Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.
Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.
Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.
Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.
Tidak sa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Casanova Baru
°°°
"Pagi Lia..." Sapaan hangat Rara pada temannya.
"Lia... Li... kamu melamun." Rara mengguncang lengan temannya yang tidak kunjung menjawab sapaannya.
"Eh ... kamu sudah datang," jawabnya seraya tersenyum aneh.
"Kau kenapa, tidak biasanya pagi-pagi sudah melamun."
"Aku sepertinya harus mencari tempat tinggal baru." Dengan sebelah tangan Lia menopang kepalanya menghadap ke arah Rara.
"Kenapa dengan tempat tinggal yang saat ini kamu tinggali?"
"Tidak apa-apa, hehehe..." Lia menampilkan senyumnya seperti biasa.
"Benar kamu tidak sedang berbohong padaku?" tanya Rara penuh selidik.
"Aku belum membayar sewanya selama dua bulan, jadi ibu kos menggantinya dengan penghuni baru. Tidak apa-apa, aku bisa mencari tempat lain." Lia sangat santai saat mengatakannya, beban yang sedang ia tanggung seperti bukan hal yang berarti.
Sedikit demi sedikit Rara paham dengan temannya, meski dia dalam kesusahan Lia tidak akan memanfaatkan hubungan pertemanan mereka demi keuntungan pribadi. Bisa saja di meminjam uang atau minta dibayarkan uang kos nya tapi ia memilih untuk pindah saja tanpa merepotkan orang lain termasuk temannya.
"Jika ada apa-apa ceritakan padaku, siapa tau aku bisa membantumu," ujar Rara seraya menepuk pundak temannya.
"Iya Ra, kau tenang saja." Senyum Lia dengan ciri khasnya.
,,,
Di ruangan lain, terdapat seorang wanita yang terus menempel pada Revan. Sampai membuat pria itu tidak nyaman sendiri.
"Apa kau tidak ada kelas?" tanya Revan.
"Pagi ini tidak ada, mungkin nanti pukul 10," ujar Febby yang tidak berniat pergi dari ruangan khusus yang biasa Revan pakai untuk berdiskusi dengan mahasiswa lain. Sekarang Revan memakai ruangan itu untuk mengejar skripsinya dan menyiapkan untuk sidang besok.
Revan berandai-andai jika saja yang menemaninya saat ini adalah istrinya pasti menyenangkan. Pikiran Revan sepertinya tidak bisa jauh dari Rara.
Febby lebih banyak diam karena revan melarangnya berisik jika masih mau di sana. Bosan sekali dia harus menemani pria itu hanya dengan duduk bengong.
Wanita itu bermain dengan ponselnya, membuka sosial media miliknya. Tiba-tiba sebuah ide muncul dalam pikirannya. Dia menyalakan kamera dan mengarahkannya padanya dan Revan yang sibuk dengan laptopnya.
Klik.
Kenapa aku tidak kepikiran dari tadi.
Ia mengunggah foto yang barusan ia ambil dengan caption,
'Menemani pacar ngerjain skripsi, katanya kalau bukan aku yang menemani dia tidak semangat.'
Febby sangat puas melihat komentar teman-temannya di akun media sosial miliknya. Mereka semua iri padanya.
Tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk ke ponselnya, nomor yang tidak ia simpan tapi ia hapal siapa pemiliknya.
Untuk apa dia menelepon, untung tadi aku mode silent ponselku.
"Van aku beli minum dulu di luar, nanti aku balik lagi," ujar Febby, yang sebenarnya tidak kembali juga tidak apa-apa untuk Revan.
Revan hanya mengangguk.
"Hallo..." Febby mengangkat panggilan itu saat sudah sedikit jauh dari ruangan tadi.
"Hallo sayang, aku punya kejutan untukmu. Kamu pasti senang karena sekarang aku kuliah di tempat yang sama dengan mu."
"Apa kamu serius," Febby melotot tidak percaya.
"Serius dong, aku sudah ada di sini sekarang. Apa kamu tidak merindukanku, sudah lama kamu tidak datang mencariku."
Gawat untuk apa dia berkuliah di sini, bagaimana kalau dia berbicara yang tidak-tidak pada anak-anak lain. Gumam Febby dalam hatinya.
"Hallo... apa kau terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa. Aku tau kamu pasti sangat senang kan sekarang."
Febby memutar bola matanya jengah mendengar penuturan pria itu.
"Di mana kamu sekarang?"
"Waahh rupanya kamu sudah tidak sabar bertemu denganku baby..."
"Dengar aku tunggu kamu di atap, ada yang ingin aku bicarakan."
Febby berniat menemui pria itu sebelum dia mengatakan banyak hal tentang dirinya.
Aku harus menyuruhnya diam atau reputasiku di kampus ini hancur dan Revan pasti akan membenciku, Febby bersiap menyusun rencana.
,,,
Di atap kampus terdapat roof top yang biasa mahasiswa jadikan untuk tempat merokok atau ada juga yang menjadikan tempat itu sebagai tempat untuk berpacaran.
"Hay baby... aku sangat merindukanmu." Pria itu langsung berusaha menyambar bibir Febby, hal yang biasa mereka lakukan saat bertemu saling mendapat kepuasan.
"Stop! Ini di kampus, bagaimana jika ada yang melihat." Febby menghindar.
"Tenang saja di sini tidak ada orang, ayo sesekali kita coba di tempat terbuka."
Pria berkacamata hitam itu memang selalu haus akan pelepasan.
"Berhenti Sakka. Ada hal serius yang ingin aku katakan," pekik Febby karena pria yang barusan ia panggil Sakka itu terus memepetnya hingga punggungnya terbentur tembok.
"Kenapa dengan wajahmu, kau seperti anak gadis yang mau dinodai pacarnya. Hahaha..." Tawa Sakka menggelegar.
Wanita yang biasa merengek minta disentuh itu kini berubah seperti anak gadis yang baru berpacaran.
"Bisa kita bicara sekarang, aku tidak punya banyak waktu." Febby sudah sangat kesal sebenarnya.
"Ada apa?" Sakka melepaskan kacamatanya dan berdiri dengan pose coolnya. Kalau Febby tidak mengenal siapa pria itu sebenarnya pasti ia akan terpesona saat ini.
"Dengar, kamu tau kan di kampus ini aku tidak seperti Febby yang kamu kenal. Semua anak di sini taunya aku wanita baik-baik dan bersahaja."
Sakka menahan tawanya mendengar ucapan Febby.
"Pacarku juga ada disini, aku tidak mau semua yang sudah aku perjuangkan hancur begitu saja karena kamu. Sudah cukup kamu menghancurkan sesuatu yang berharga dalam hidupku, kali ini aku mohon jangan ikut campur dalam urusanku. Disini kita tidak saling kenal dan kamu tidak perlu menyapaku ketika kita bertemu nanti."
"Jadi maksudmu kau mau aku menutup mulutku rapat-rapat tentang dirimu yang sebenarnya?" Tebak Sakka yang sudah pasti benar.
"Iya, kamu mengerti kan."
"Semua itu tidak gratis..." Sakka tersenyum menyeringai.
Febby membulatkan matanya, pria pecinta wanita itu sudah tidak waras pikirnya. Kalau bukan demi apa yang sudah dicapainya saat ini, ia tidak akan mau melakukan perbuatan gila itu di tempat seperti itu.
"Kau sudah mendapatkan apa yang kamu mau, jadi pegang kata-katamu. Jangan sampai kau membuka mulutmu tentang kehidupanku."
Febby pergi dengan make-up dan pakaian yang sudah berantakan. Menyesal sudah tidak bisa, walaupun kadang ia ingin menangisi keadaan tapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Kini tugasnya bertambah, mengawasi gerak-gerik pria itu agar tidak mengatakan apa-apa tentang dirinya.
,,,
Sakka king Alvredo putra pemilik pengusaha properti terbesar di Indonesia. Pemain wanita atau Casanova yang suka bergonta-ganti pasangan. Ia seperti ayahnya yang suka berhubungan one night stand dengan wanita bayaran semenjak istrinya meninggal.
Pertemuannya dengan Febby saat di SMA dan menjalin cinta monyet yang berujung hilangnya kesucian gadis itu.
Sampai sekarang mereka masih berhubungan tapi hanya sebatas teman di ranjang.
Cinta bagi laki-laki seperti Sakka tidak pernah ada, baginya kesenangan dan kenikmatan bisa di beli dengan uang tanpa mengobral kata cinta.
Dia kembali memasang kacamata yang tadi ia pakai dan menginjak puntung rokok yang telah ia hisap.
Febby, kau mau menutupi keburukanmu di sini. Heh... lucu sekali.
Lelaki itu tersenyum sinis.
Dia tidak pernah meminta Febby untuk menjadi teman ranjangnya, wanita itu sendiri yang memohon-mohon datang padanya. Sakka tentu saja tidak menolak.
Dulu pun kejadian sebenarnya dia bukan sengaja merenggut kesuciannya. Saat itu dia terpaksa demi menyelamatkan Febby yang saat itu di jebak oleh orang yang menyukainya menggunakan obat perangsang. Gadis itu yang saat itu sudah meminum obat melebihi dosis dan tidak ada cara lain selain menuntaskan hasratnya, atau kemungkinan buruk bisa saja terjadi.
Sakka memang Casanova tapi dia tidak pernah merusak gadis baik-baik, dia hanya bermain dengan wanita penggoda.
to be continue...
°°°
...Yuk tinggalkan jejak. Jangan lupa favoritkan juga. Komenin author apa saja yang kalian mau....
...Salam goyang jempol dari author halu yang hobinya rebahan....
...Like, komen, bintang lima jangan lupa yaa.....
...Sehat selalu pembacaku tersayang....