Melvin Prabu Wijaya terpaksa menikahi Hana Agista guna menggantikan Arya Kakaknya menikah dan itu terjadi atasan permintaan terakhir Arya Prabu Wijaya.
Seharusnya Arya lah yang menikahi Hana Agista hari itu tapi kecelakaan malah menimpa Arya hingga merenggut nyawanya.
Membangun bahtera rumah tangga tanpa ikatan cinta, membuat Melvin dan Hana cukup sulit menyesuaikan diri.
Mungkinkah Cinta akan hadir diantara keduanya meski ada orang ketiga di dalam pernikahan mereka?
Yuk Simak kisahnya hanya di
MENIKAHI ISTRI AMANAH KAKAK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sobri Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part_28 Berkorban
Hana mengembangkan senyum saat ada Dafa muncul disana.
"Dafa, tolongin aku," melas Hana diiringi lelehan air mata.
"Tenang, Nona. orang-orang macam mereka harus dikasih pelajaran matematika. Rupanya otak mereka los blong," jawab Dafa.
"Hahaha...." Mereka menertawakan Dafa.
"Sekuat apa kemampuan mu, sepertinya tenaga mu tidak ubahnya seperti batang talas, lemas. Sekali di injak melepes," ejek lelaki yang dianggap ketua mereka. Masih dengan posisi memegang kuat tangan Hana.
"Sialan lo, mau jajal kemampuan gue. Hayo sini." Dafa melambaikan tangan kearah tubuhnya agar mereka maju dan menjajal kemampuan bela dirinya. Dafa yakin Ia mampu mengalahkan ketiga anak buah dari ketua gank itu karena Ia pernah belajar Taek Wondo saat masih di bangku sekolahan.
"Hajar..."
Mereka menyerang Dafa, Dafa memainkan sebilah kayu yang masih kuat untuk memukul tubuh mereka. Mereka menikmati pukulan kayu yang dengan lihai Dafa mainkan. Salah satu bokong mereka yang dipilih Dafa menjadi korbannya.
"Aw.. aw.. ." mereka meringis mengusap pantat mereka meski tak menyerah menyerang Dafa.
Ketua gank tak ambil pusing Ia menarik Hana lagi kearah semak belukar.
"Tidak, lepasin. Kamu mau bawa saya kemana!" Dengan tenaga yang tersisa Hana tetap memberontak tapi tubuhnya terlalu lemah untuk menahan kaki yang terseret-seret oleh tarikan ketua gank tersebut.
"Dafa, tolong aku!" teriak Hana.
Dafa menoleh, tampa sadar punggungnya diterjang salah satu dari mereka hingga terbelalak dan jatuh.
Cukup melelahkan perkelahian mereka, Melvin muncul dari jalan besar dan masuk kehutan dimana titik sherlok yang dikirim Dafa berhenti. Melvin melihat Dafa terenggah-engah.
"Dafa, Hana dimana?"
Hos.. hos...
Dafa mengatur nafas sejenak.
"Itu, Bos," tunjuknya kearah Hana menghilang masih sambil cengap-cengap seperti ikan hias sedang minum air.
Melvin tak menunggu dan berlari kearah yang dimaksud oleh Dafa.
Melvin berhenti sejenak mengedarkan penglihatan bola matanya dan memasang dengan tajam kedua telinga miliknya.
"Tidak, lepasin. Aku tidak mau!" teriak perempuan dari dalam gubuk.
"Sial, alu habisi kau!" umpat Melvin.
Brak!
Melvin mendobrak pintu dan melihat ketua gank itu berusaha menindih tubuh Hana dan menarik paksa hendak melucuti baju Hana yang terlihat berantakan.
Melvin menggertakan rahangnya.
"Kurang ajar kau, berani nya menyentuh dia."
Melvin mencengkram kerah baju pria bertubuh besar itu dengan kasar.
Bug!
Bogeman mentah diterima lelaki itu dari Melvin.
Melvin menghalau Pria itu dan tidak membiarkan sedikit pun kesempatan untuk pria itu melawan.
"Aku akan menghabisi nyawamu pria bangsat. Sudah berani menyentuh istriku itu artinya kau tidak akan pernah selamat." Melvin mengumpat dengan emosi yang meledak-ledak.
Bug! satu kali
Bug! Dua kali
Bug! tiga kali
Wajah orang itu tak berbentuk mendapat pukulan beruntun dari tangan Melvin yang mengepal keras. Pelipisnya pecah oleh cincin pernikahan yang ada ditangan kanan Melvin.
Hana memperhatikan kemarahan Melvin yang begitu besar telah membela diri nya.
"Maaf, tolong lepaskan saya. Saya khilaf," mohon orang itu mengatupkan tangan tak berdaya. Nyatanya tubuh besarnya tak sekuat tenaganya.
"Tidak akan!" Wajah Melvin merah padam dengan nafas yang naik turun tidak karuan mengamuk pada lelaki bejat yang hampir menyentuh istrinya.
Bug!" Tinjuan terakhir masih mendarat hingga lelaki itu terkulai tak berdaya baru Melvin berhenti.
Melvin menoleh kearah Hana. Ia bergegas menghampiri dan melepasnya ikatan yang membelenggu tangan itu hingga memerah.
"Apa dia menyentuh dirimu?" selorohnya. Terlihat dari raut wajahnya kalau ia pasti tidak terima.
Hana menggeleng.
"Bagus, ayo kita pergi!" Melvin menggenggam tangan Hana dengan erat seolah-olah sangat mengkhawatirkan dirinya.
Rupanya si ketua gank belom kapok dia bangkit dan meraih sebilah balok yang tergeletak guna memukul Melvin yang sudah membuat dia babak belur.
Hana menyadari aksi penjahat itu.
"Melvin awas!" Hana memeluk Melvin dari belakang hingga akhirnya tengkuknya yang menerima pukulan sadis itu hingga pingsan.
Melvin baru sadar saat Hana jatuh tergeletak, Melvin melotot setelah berbalik dan melihat pria yang sudah berbuat kurang ajar itu memegang sebilah balok.
Melvin menggertakan gigi dan kembali memanas.
"Bangsat, akan ku habisi kau!"
Melvin menyambar balok itu dan memukul kan balik ketubuh pria itu berkali-kali hingga lelaki itu pun tidak sadar. Melvin tidak peduli apakah pria itu masih bernyawa atau tidak yang pasti Hana adalah prioritasnya.
Melvin menyadarkan Hana, Ia menepuk-nepuk pipi Hana tampa respon.
Melvin menggendong tubuh Hana keluar dan melihat Dafa telah menunggu dirinya setelah membuat ketiganya terkapar.
"Bos, Nona kenapa?"
"Dia dipukul," jawab Melvin sekenanya. Ia mempercepat langkah kakinya menuju mobil yang dibawa Dafa.
"Cari rumah sakit terdekat, Daf!" Perintah Melvin dengan posisi memangku kepala Hana di kursi belakang.
"Oke, Bos."
Dafa menaikkan kecepatan mobilnya agar segera sampai ketempat tujuan.
Dafa bisa melihat dari kaca spion belakang, Ada kecemasan besar yang tersaji dalam wajah seorang Melvin mengamati Hana sambil mengusap pucuk kepalanya. Dafa tidak tahu, mungkinkah Melvin menyadari tindakan dan perhatian yang sebenarnya Ia miliki pada Hana.
"Apa dia baik-baik saja? semoga dia tidak mengalami luka yang serius?" Melvin membenahi baju Hana yang tampak masih berantakan dan dengan ragu-ragu ingin memasukkan satu kancing yang terlepas. Melvin sudah mengangkat tanganya tapi Ia tarik lagi.
Dafa mengulum tawa melihat aksi si Bos yang sangat konyol menurutnya.
Membiarkan kancing terbuka didepan Dokter pasti tidak akan baik juga untuk dirinya. Melvin akhirnya memberanikan diri meraih kancing itu dan memasukkan kedalam lobang nya dengan jantung yang berpacu cepat.
"Ehem.. ehem...." Melvin berdehem untuk menetralkan detap jantung yang menderu di dalam dada.
"Percepat sedikit lagi, Daf!" titah Melvin mengalihkan perasaan.
Dafa tersenyum senang ada lampu hijau dari wajah Si Bos nya yang cuek itu.
"Siap, Bos."
Beberapa saat dalam perjalanan, Dafa memarkirkan mobil setelah memasuki halaman rumah sakit mini di daerah itu.
Melvin menggendong Hana menuju ke kasir.
"Sus, kami butuh bantuan secepatnya," tukas Melvin.
"Oh, iya. Ya ampun Mbaknya kenapa?" suster itu masih sempatnya bertanya sendiri sambil segera memencet tombol darurat dari telpon berkabel tersebut. Tidak jelas pertanyaan itu Ia tujukan pada siapa sebab Ia sepertinya tidak mengharap jawaban.
Beberapa orang mendorong ranjang beroda tersebut kearah mereka dan segera membawa Hana keruang pemeriksaan.
Dokter andalan rumah sakit itu yang menangani langsung kondisi Hana.
Melvin beranjak dari duduknya mondar mandir resah, belum ada kabar setelah Melvin dan Dafa menunggu cukup lama di kursi tunggu.
"Tenang, Bos. Nona pasti akan baik-baik saja," tutur Dafa. Lagi-lagi mengulum tawa antara percaya dan tidak dengan reaksi Melvin saat itu.
"Tutup mulut mu," sahut Melvin dingin melebihi bongkahan es balok.
"Tuan Melvin!" panggil Sang Dokter yang sudah berdiri diambang pintu tampa ada deritan suara yang ditimbulkan oleh pintu terbuka.
Keduanya menoleh bersamaan.
smga mba hana cpt puli dede bayi shat sll🥰🥰