Istriku Mahasiswiku

Skala duduk di sofa memperhatikan Devia yang meringis memegangi pinggangnya ,karna tidak biasa tidur di tenda yang beralaskan terpal.

"Kamu kenapa hmm? " tanya Skala.

"Pinggang aku sakit gara-gara tidur di tenda tadi malam " ujar Devia, memijiti pinggangnya sendiri.

"Aku pijitin ya " ujar Skala, dia mendekati Devia dan menyingkap baju belakang istrinya. Skala mengolesi minyak angin dan mulai mengurutnya.

"Mas, sakit pelan-pelan jangan kuat-kuat ngurut nya " ringis Devia.

"Coba kamu berbaring di sofa, supaya aku lebih mudah ngurutnya" ujar Skala. Devia membaringkan tubuhnya di sofa, suaminya mulai mengurutnya kembali dengan pelan.

"Iya, kaya gitu pelan -pelan ,enak banget urutannya " puji Devia, dengan mata terpenjam menikmati urutan Skala.

"Tapi setelah ngurut kamu, aku minta upah ya " bisik Skala dengan suara seraknya yang membuat Devia membuka matanya , dia merinding mendengar suara Skala, dan tau maksud upah yang di sebut suaminya.

Devia langsung bangun dari sofa dan menutup pinggangnya dengan baju yang di singkap Skala. Dia tidak mau melayani Skala, sudah badannya sakit tambah remuk lagi melayani suaminya tak pernah puas menjamahnya. Devia berfikir Skala memiliki penyakit hyper s*x yang tak pernah puas melakukan hubungan intim, dia jadi ngeri sendiri bahkan setiap malam Skala melakukan hubungan intim padanya, apa tidak gila! Setiap malam selalu memuaskan hasrat Skala.

"Aku gak mau layani kamu, puasa satu minggu untuk tidak menyentuh ku " gerutu Devia.

"Maksud kamu apa hmm? Ooh kamu ngira aku minta upahnya yang itu.Bukan upah itu maksud aku jadi upahnya itu kamu pijitin aku juga ,iih ternyata kamu mesum juga " ujar Skala tertawa sedikit keras. Devia memalingkan wajahnya , pipinya memerah karna malu, kenapa otaknya jadi berpikiran kotor terus?

"Aku mau ke kamar mau ambil ponsel dulu " ujar Skala bangkit dari sofa meniggalkan Devia.

Suara bel membuat Devia menatap ke asal suara, gadis itu berjalan ke pintu dan membuka pintu tersebut.

Seorang pria dengan rambut berwarna merah, wajah tampan, gagah dan tinggi yang di perkirakan Devia umurnya 19-20 tahunan.

"Mau cari siapa? " tanya Devia. Azka menghentikan menyisir rambutnya dan menatap ke arah Devia dari atas sampai bawah.

"Wah, cantik juga pembantu bang Skala " ujar Azka yang mengira Devia pembantu Skala karna sebelumnya dia tidak menghadiri pernikahan abangnya jadi belum tau rupa kakak iparnya.

"Eh jamet! Jaga mulut kamu aku bukan pembantu! " ujar Devia sedikit ketus.

"Slow dong gak usah ngegas" ujar Azka.

"Aku mau cari bang Skala " ujar Azka tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya.

"Kamu siapanya mas Skala? " tanya Devia.

"Seharusnya aku yang nanya kamu siapanya abang Skala? Kalau aku adiknya yang ke tampannya menyaingi Kim Namjoo, anggotanya BTS" ujar Azka mengedipkan matanya genit pada Devia.

"Kenapa tuh mata kedip-kedip cacingan" celetuk Devia.

"Siapa sayang? " tanya Skala yang baru datang dari kamar.

"Gak tau, tampilannya kaya jamet yang di pondok indah " celetuk Devia blak-blakan.Azka geram dengan Devia yang mengatai dirinya jamet.

Skala melihat ke pintu keluar, dia tersenyum ternyata adiknya yang baru datang dari London.

"Azka, kenapa gak langsung masuk aja" ujar Skala memeluk adiknya erat sudah hampir 3 tahun tak bertemu dengan Azka.

"Gimana mau masuk kalau ada penunggunya" sindir Azka pada Devia.

"Jangan ngomong gitu, dia istri abang dan kakak ipar kamu " ujar Skala.

"Iya-iya, tapi mukanya judes banget " celetuk Azka.

"Sekali lagi ngomong aku lempar kamu pakai sandal! " Devia melepaskan sandalnya hendak melempar ke Azka namun di tahan Skala.

"Sayang gak boleh gitu" ujar Skala lembut.

"Dengerin kata suami jangan kaya gitu, seharusnya kakak sambut aku dengan ramah bukan lemparan sandal " ujar Azka mengeluarkan sisirnya dan menyisir rambutnya dengan rapi, Azka begitu memperhatikan ke rapian rambutnya karna ini yang membuat dia makin tampan bukan hanya rupa wajah tapi rambutnya juga.

"Kalau tamunya kaya kamu gak pantas di sambut dengan ramah jamet! " celetuk Devia.

"Abang kakak Devia panggil aku jamet " rengek Azka pada Skala. Devia menatap malas pada Azka yang kelakuannya masih kaya bocah.

"Sudah-sudah jangan bertengkar, sayang kita ke kamar ya " ujar Skala meraih tangan istrinya lembut.

"Terus aku gimana? Masa di tinggal sendirian di ruang tamu, abang " ujar Azka.

"Kamu ngajak Devia bertengkar terus jadi harus di pisah kalau di gabung bertengkar lagi " ujar Skala. Devia menjulurkan lidahnya mengejek pada Azka, karna Skala lebih memilih dirinya .

Bersambung...