NovelToon NovelToon
Shan Tand Dan Tahu Ajaib

Shan Tand Dan Tahu Ajaib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern
Popularitas:304
Nilai: 5
Nama Author: Fauzy Husain Bsb

Apa yang terjadi jika Seorang Pendekar Nomer satu ber-Reinkarnasi dalam bentuk Tahu Putih?

padahal rekan Pendekar lainnya ber-Reinkarnasi dalam berbagai bentuk hewan yang Sakti.

Apakah posisi sebagai Pendekar Nomer Satu masih bisa dipertahankan dalam bentuk Tahu Putih?

ikuti petualangan serunya dengan berbagai Aksi menarik dan konyol dari Shantand dan Tahu Ajaib nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzy Husain Bsb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kultivasi Tahu

Keluarga Shan-Tand

Di sebuah rumah sederhana di tepi desa, aroma ikan bakar samar-samar tercium dari dapur. Malam itu, Shan-Tand duduk di depan rumah, menatap bintang-bintang dengan ekspresi penuh pikiran.

Di tangannya, tahu Bhaskara bergetar halus. “Hei, bocah. Jadi, kapan kamu bakal bantu aku kembali jadi manusia?”

Shan-Tand menghela napas. “Bantu gimana? Aku aja nggak ngerti kenapa kamu bisa jadi tahu.”

Bhaskara mendesah. “Yah, minimal jangan dimakan dulu.”

“Belum tentu juga sih,” kata Shan-Tand santai. “Kalau kamu nggak bisa ngapa-ngapain, mungkin aku goreng aja biar nggak sia-sia.”

“TIDAAAKK!!”

Belum sempat Bhaskara protes lebih lanjut, terdengar suara dari dalam rumah.

“Shan-Tand! Makan dulu, Nak!”

Shan-Tand berdiri. “Ayo, aku kenalin kamu ke keluarga aku.”

Bhaskara langsung tegang. “Tunggu, serius nih? Jangan-jangan keluargamu aneh juga?”

Shan-Tand nyengir. “Liat aja nanti.”

Mereka masuk ke dalam rumah, dan di meja kayu sederhana sudah ada seorang perempuan paruh baya dengan wajah lelah tapi penuh kasih sayang—Keram Biel, emak Shan-Tand. Ia sedang menyajikan ikan bakar yang baru matang, sementara seorang pria bertubuh kekar dengan kumis tebal—DIPA RUTomo, bapaknya—sedang menuangkan air ke cangkirnya.

Shan-Tand duduk dengan santai. “Mak, Bapak, aku nemu tahu ajaib.”

Keram Biel memandang anaknya dengan ekspresi skeptis. “Tahu ajaib?”

Dipa Rutomo si Bapak menyesap airnya. “Tahu itu bisa nyuci piring sendiri?”

Shan-Tand tertawa. “Nggak, tahu ini bisa ngomong!”

Hening.

Si Emak dan Bapaknya saling berpandangan.

Bhaskara, yang sejak tadi gemetar di tangan Shan-Tand, langsung panik. Kalau mereka tahu aku bisa ngomong, bisa-bisa mereka anggap aku makhluk aneh!

Bapaknya berdehem. “Shan-Tand… kamu lapar, Nak?”

Shan-Tand mengerutkan dahi. “Ya, jelas lah.”

Bapaknya mengangguk. “Nah, itu mungkin efek kelaparan. Udah, makan dulu.”

Shan-Tand cemberut. “Beneran, Pak! Ini tahu bisa ngomong!”

Emaknya menepuk dahi. “Anakku makin aneh aja…”

Shan-Tand langsung mendekatkan tahu Bhaskara ke wajah emaknya. “Coba aja dengerin baik-baik. Pasti Mak bisa denger dia ngomong.”

Bhaskara ketakutan. Ia harus berpikir cepat.

Tiba-tiba, Bapaknya menyahut. “Kalau tahu itu bisa ngomong, suruh dia baca doa makan dulu.”

Emaknya mendelik. “Pak! Jangan bercanda! Ini pasti anak kita ngarang-ngarang lagi!”

Shan-Tand berseru, “Aku serius, Mak! Tahu ini hidup!”

Bapaknya menghela napas, lalu menatap anaknya dengan ekspresi tegas. “Shan-Tand, kalau kamu nggak makan dengan benar, bisa-bisa kamu mulai lihat benda lain juga ngomong. Besok-besok jangan-jangan sendal jepit kita bakal cerita soal kehidupan di luar rumah.”

Emaknya tertawa terkikik. “Iya, nanti dia bilang panci kita bisa nyanyi.”

Shan-Tand mendesah. “Aduh… ya udah, kalau kalian nggak percaya.”

Bhaskara langsung lega. Untung mereka nggak denger…

Emaknya kemudian menyodorkan sepiring nasi. “Udah, makan dulu. Jangan kebanyakan ngayal.”

Shan-Tand mengambil piringnya, lalu menatap tahu Bhaskara dengan tatapan penuh arti.

Bhaskara gemetar. Jangan bilang dia mau makan aku sekarang?!

Shan-Tand menyeringai.

Bhaskara menjerit dalam hati. AKU HARUS KABUUURR!!

*****

Setelah menyadari bahwa hanya Shan-Tand yang bisa mendengar suaranya, Bhaskara akhirnya menerima kenyataan dan berkata, "Cuma kamu yang bisa berbicara denganku, jadi berhentilah memberitahu orang lain tentang kita. Daripada kamu dianggap gila oleh semua orang, lebih baik diam. Aku akan mulai menurunkan ilmu kesaktianku padamu, maka bersiaplah."

Shan-Tand melotot, "Lebih gila mana, aku yang bisa ngobrol sama tahu atau ada tahu bisa ngomong dan ngakunya pendekar nomor satu?"

Keduanya saling pandang dan tiba-tiba tertawa geli sendiri. Namun, meskipun terdengar absurd, Shan-Tand tetap mencoba mengikuti petunjuk dasar-dasar kesaktian yang diajarkan oleh si tahu.

"Baiklah, aku akan mengajarkanmu teknik pernapasan pertama," kata Bhaskara dengan penuh wibawa.

Shan-Tand duduk bersila, mencoba fokus.

"Teknik ini adalah rahasia para pendekar yang sudah aku modifikasi agar sesuai dengan tubuh manusia modern sepertimu. Namanya… Teknik Pernapasan Kultivasi Tahu!" Bhaskara mengumumkan dengan suara penuh semangat.

Shan-Tand menahan tawa, "Kultivasi… tahu? Ini serius?"

"Jangan meremehkan! Teknik ini sudah aku sempurnakan setelah ribuan tahun!" Bhaskara mendengus. "Sekarang, tarik napas perlahan… tahan… rasakan energi tahu mengalir di tubuhmu…"

Shan-Tand mencoba mengikuti instruksi Bhaskara. Namun, baru beberapa detik, perutnya berbunyi keras.

"Uh… kayaknya energinya malah turun ke perut, tahu… Aku lapar!"

Bhaskara hampir pingsan mendengar itu. "Bocah! Ini kultivasi tenaga dalam, bukan teknik mempercepat rasa lapar!"

*****

Shan-Tand dan Keajaiban Kultivasi Tahu

Sejak kecil, Shan-Tand selalu menjadi sasaran empuk anak-anak nakal di desanya. Mereka sering meremehkannya karena tubuhnya kurus dan lemah. Tak jarang, ia dipukuli hanya karena hal sepele.

Namun, hari ini berbeda.

Saat Shan-Tand berjalan pulang setelah membantu ibunya di pasar, ia dihadang oleh sekelompok bocah iseng yang biasa merundungnya. Pimpinan mereka, Hardjo, menatap Shan-Tand dengan senyum mengejek.

“Wah, si anak nelayan pulang dari pasar! pasti kita bakal dapat ikan asin gratis, ya?” Hardjo tertawa, diikuti teman-temannya.

Shan-Tand diam saja, mengingat wejangan Bhaskara. Tapi sayangnya, diamnya justru dianggap sebagai tanda ketakutan.

“Kalau begitu, aku kasih tanda biar kau ingat siapa yang berkuasa di sini!” Hardjo mengangkat tangannya, siap meninju.

Duk!

Bukannya Shan-Tand yang terhuyung, justru Hardjo yang tiba-tiba berteriak kesakitan!

“Aduh! Tanganku!” Hardjo mundur sambil mengusap kepalan tangannya yang merah membengkak.

Shan-Tand menatapnya dengan bingung. Ia bahkan tidak merasa apa-apa.

Anak-anak lain melongo, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Biasanya, sekali pukulan saja sudah cukup untuk membuat Shan-Tand jatuh tersungkur. Tapi sekarang? Bukannya terluka, Shan-Tand malah berdiri tegak seolah tidak merasakan apapun.

Bhaskara tertawa dalam pikirannya. Hahaha! Itu baru permulaan! Kulitmu mungkin terlihat biasa, tapi berkat kultivasi tahu, tubuhmu telah menyerap kelembutan sekaligus ketahanan tahu putih yang sempurna!

Hardjo yang merasa dipermalukan mencoba sekali lagi. Kali ini, ia menendang perut Shan-Tand dengan sekuat tenaga.

buk!!!

“AARGH! ADUH!”

Hardjo kembali meringis. Kakinya terasa seperti menendang sesuatu yang aneh—bukan keras seperti batu, tapi juga tidak lunak seperti daging biasa.

Shan-Tand masih berdiri tegak, matanya terbelalak. Apa ini benar-benar karena kultivasi tahu?

Teman-teman Hardjo mulai mundur. Mereka berpikir Shan-Tand telah belajar ilmu sihir atau semacamnya.

“Hardjo, sudahlah! Ayo pergi!” Salah satu anak menarik Hardjo yang masih kesakitan.

Hardjo hanya bisa menatap Shan-Tand dengan ngeri sebelum lari terbirit-birit bersama gengnya.

Shan-Tand menghela napas, lalu tersenyum. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak perlu lari dari mereka.

Bhaskara berdehem. “Itu baru langkah awal, muridku. Dengan latihan yang lebih serius, kau bisa melakukan lebih dari sekadar bertahan.”

Shan-Tand mengepalkan tangannya. Baiklah! Aku akan berlatih lebih keras!

Namun, ada satu hal lain yang telah ia persiapkan.

Selama ini, ia merasa kasihan melihat gurunya, si tahu Bhaskara, yang selalu tergeletak di piring atau mangkuk seadanya. Maka, ia mencari cara agar gurunya bisa tinggal dengan lebih layak.

Akhirnya, ia menemukan sebuah labu tuak kosong yang cukup besar. Ia membersihkannya, mengisinya dengan sedikit air sesuai petunjuk Bhaskara, dan membuat lubang kecil agar tahu itu bisa masuk dan keluar dengan mudah.

“Aku sudah membuatkan tempat khusus untukmu, Guru!” kata Shan-Tand sambil menunjukkan labu itu.

Bhaskara, yang kini tinggal di dalam labu tuak, merasa nyaman. Ia mengangguk puas. “Bagus, muridku. Dengan ini, aku bisa ikut ke mana pun kau pergi tanpa khawatir kering atau hancur. Kau memang murid yang perhatian.”

Shan-Tand tersenyum. Sekarang aku punya guru sakti... dalam labu tuak!

Latihan pun berlanjut!

Dan petualangan seru pun dimulai!

*****

1
Guchuko
Cerita yang menarik dan bikin geregetan. Semangat terus thor!
Fauzy Husain Bsb: ashiap.. thanks 😊
total 1 replies
L3xi♡
Jatuh cinta sama plot twistnya, bikin penasaran terus 🤯
Fauzy Husain Bsb: trima kasih kk/Grin//Smile/
total 1 replies
Fauzy Husain Bsb
ini adalah kisah konyol ttg reinkarnasi yg absurd, yok di coret 2 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!