Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Rian menatap pintu keluar yang baru saja dilewati Nadia. Gadis itu pergi begitu saja setelah kejadian tadi, meninggalkannya dalam keadaan bingung.
Namun, Rian bukan tipe orang yang terlalu memikirkan hal-hal seperti itu.
"Udahlah, nggak penting." gumamnya pelan.
Ia menarik napas dalam dan membuangnya perlahan. Kejadian tadi mungkin membuat Nadia canggung, tapi bagi Rian, itu hanya kecelakaan. Sekarang, yang lebih penting adalah pekerjaannya di toko ini.
Ia menoleh ke arah salah satu staf yang sedari tadi memperhatikannya. Seorang pria berusia sekitar 30-an dengan seragam rapi tersenyum kepadanya.
"Sepertinya kau cukup akrab dengan nona muda," ujarnya sambil terkekeh.
Rian hanya mengangkat bahu. "Nggak juga. Aku cuma karyawan baru di sini. Pak, Bisa bantu ajarin mesin yang ada di kasir?"
Staf itu mengangguk. "Tentu saja. Aku akan mengajarimu cara mengatur stok barang dan sistem pembayaran di kasir."
Tanpa membuang waktu lagi, Rian mulai fokus bekerja. Ia belajar bagaimana mencatat barang yang masuk dan keluar, memahami cara menggunakan sistem barcode dengan lebih teliti, serta memastikan pelanggan mendapatkan pelayanan terbaik.
Beberapa jam berlalu tanpa terasa. Rian cukup cepat memahami pekerjaannya.
Saat di rasa sepi, ia duduk di belakang meja kasir sambil meminum air mineral.
"Kerja di sini ternyata nggak seburuk yang di kira," pikirnya.
Namun, entah kenapa, bayangan wajah Nadia yang memerah tadi masih sesekali muncul di pikirannya.
Ia cepat-cepat menggelengkan kepala. "Nggak, gue nggak boleh mikirin itu, mungkin saja nadia hanya demam"
Setelah beristirahat sebentar, Rian kembali bekerja dengan semangat 45.
Ia mulai terbiasa dengan ritme pekerjaan di toko keluarga Nadia, sebenarnya bisa dibilang ini minimarket sih tapi lebih besar.
Rian belajar mengatur stok barang, melayani pelanggan, dan menjaga kebersihan area kasir sudah menjadi rutinitasnya hari ini.
Namun, tidak semua pelanggan yang datang selalu ramah.
"Hei, ini harganya kok mahal banget?! Diskon nggak ada, ya?!" suara seorang pria paruh baya terdengar kasar di depan kasir.
Rian tetap tersenyum ramah. "Maaf, Pak. Harga di sini sudah sesuai dengan kebijakan toko. Tapi, kalau Bapak punya kartu member, ada potongan harga 12%."
Pria itu mendengus. "Ah, ribet amat! Udah, cepet hitung aja!"
Rian tetap tenang dan menyelesaikan transaksi dengan cepat.
Tak lama kemudian, datang seorang ibu-ibu dengan ekspresi tidak sabar.
"Mas, ini barangnya bisa ditukar nggak? Saya baru sadar salah beli." katanya sambil meletakkan sebuah kotak susu di meja kasir.
Rian melihat struknya dan tersenyum. "Maaf, Bu. Sesuai kebijakan toko, barang hanya bisa ditukar dalam waktu 24 jam dan dengan kondisi masih tersegel. Tapi ini sudah dibuka, jadi kami nggak bisa menukarnya."
"Loh, kok gitu? Masa nggak bisa sih? Saya kan pelanggan tetap di sini!" Ibu itu mulai meninggikan suara.
Namun, Rian tetap mempertahankan senyumannya. "Saya paham, Bu. Tapi ini aturan dari toko. Kalau saya langgar, saya bisa kena tegur dari atasan."
Ibu itu masih menggerutu, tapi akhirnya pergi setelah melihat Rian tetap sabar.
Rian menghela napas lega setelah ibu itu pergi.
Seorang staf yang melihatnya terkekeh. "Kau hebat juga ya rian. Biasanya kalau ada pelanggan seperti itu, banyak pegawai baru disini yang panik, bahkan ada yang terpancing emosi."
Rian hanya tersenyum santai. "Udah biasa, bang, sempet kerja jadi pelayan restoran." Ucap Rian.
"Oh.." Jawab Staff
Hari semakin sore, dan Rian terus bekerja tanpa mengeluh.
Meskipun banyak pelanggan yang mengesalkan, ia tetap menjawab semuanya dengan senyuman.
Kepala toko memberikan gaji Rian karena memang ia meminta harian bukan bulanan dan kepala toko mengiyakan.
Rian menerima uang dan notifikasi Sistem terdengar.
Ding! [Pendapatan Terdeteksi]
Ding! [Pendapatan Rp.100.000 × 2 \= Rp.200.000]
[Total penggandaan yang bisa digunakan: Rp100.000 x 2 \= Rp200.000]
Ding! [Batas Penggandaan harian : 9]
"Gila… Jadi sekarang aku bisa langsung gandain seratus ribu jadi dua ratus ribu?"
Ia hampir tak percaya. Kemarin, batas penggandaannya masih kecil hanya maksimal Rp.100.000.
Tapi sekarang, setelah sehari bekerja, pendapatannya sudah naik drastis dua kali lipatnya.
Tangan Rian sedikit gemetar saat melihat angka itu.
"Kalau aku terus kerja dan naik gaji, berarti batas penggandaanku juga naik, kan?" pikirnya.
Tiba-tiba, sistem berbunyi lagi.
Ding! [Ya. Semakin besar pendapatan yang diperoleh secara sah, semakin besar jumlah yang bisa digandakan.]
Ding! [Peringatan: Penggandaan hanya berlaku untuk uang yang didapatkan secara langsung dari pekerjaan atau usaha. Tidak berlaku untuk hadiah, hutang, atau hasil penggandaan sebelumnya.]
"Sistem berarti jika pendapatan ku sekaligus atau bukan harian berarti bisa meningkatkan limit total penggandaan?" Tanya Rian kepada sistem
Ding! [Benar! Pendapatan Terdeteksi apabila uang telah diserahkan baik itu secara fisik maupun digital, untuk menaikkan batas bisa menggabungkan pendapatan harian menjadi pendapatan bulanan]
Jantungnya berdebar kencang. Jika dia terus meningkatkan penghasilannya, batas penggandaan juga akan meningkat!
Wah! Mata Rian berbinar. Ini bukan sekadar kemampuan biasa. Ini adalah jalan pintas menuju kekayaan!
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Rian akhirnya bersiap pulang. Hari ini cukup melelahkan, tapi ia merasa puas karena bisa menjalani pekerjaannya dengan baik.
Saat keluar dari toko, angin malam berhembus sejuk. Ia berjalan menuju halte untuk menunggu angkot. Namun, sebelum ia sempat sampai, sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di sampingnya.
Kaca jendela perlahan turun, memperlihatkan wajah Sasha yang tersenyum tipis.
"Naik. Gue anter pulang," ucapnya santai.
Rian menghela napas. "Gue bisa pulang sendiri."
Sasha memutar bola matanya. "Udah capek kerja, masih mau repot naik angkot? Udah naik aja, gue nggak bakal nerima penolakan."
Rian ragu sejenak, tapi melihat Sasha yang terlihat tidak mau berdebat, akhirnya ia menyerah dan masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju dengan tenang di jalanan kota Adana.
"Gimana kerjaan kamu? Capek?" tanya Sasha sambil melirik sekilas.
"Lumayan," jawab Rian singkat. "Ada beberapa pelanggan ngeselin, tapi nggak masalah."
Sasha terkekeh. "Haha, kamu tuh emang sabar banget. Kalau gue yang jadi kasir, mungkin toko itu udah gue tutup gara-gara ngusir pelanggan yang nyebelin."
Rian hanya tersenyum kecil mendengar ucapan sasha itu.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Hanya suara musik dari radio mobil yang terdengar.
Tiba-tiba, Sasha membuka suara. "kamu udah makan rian?"
Rian meliriknya sekilas. "Belum, kenapa?" Tanya Rian
"Hm.. Kamu ini jangan telat makan dong, yaudah nanti aku beliin makanan ya kita ke restoran dulu" Jawab Sasha
"Jangan sha, ga enak ngerepotin kamu terus.." Ucap Rian nolak ajakan sasha namun sasha menjawab dengan santai "udah, santai aja toh uangnya pakai punya gue.
Rian ingin menolak namun dibantah oleh Sasha "gak, gak boleh nolak".
Rian hanya menggeleng kepala dan menerima ajakan sasha untuk mampir ke restoran terkenal di kota Adana itu.