NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUTIK YUKI

Sekolah berlangsung seperti biasa, berjalan sebagaimana mestinya. Hana menjalani harinya dengan lebih baik dibanding malam sebelumnya yang begitu berat dan dipenuhi emosi yang menguras perasaannya.

Ketika bel istirahat kembali berbunyi, Hana memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Amina dan teman-teman lainnya. Suasana terasa lebih ringan, bahkan Hana terlihat begitu bersemangat.

"Ayo, ayo!" serunya sambil berlari-lari kecil, mengejar Darren dengan ceria. Mereka saling berkejaran, tertawa-tawa seolah tidak ada beban.

Sementara itu, dari kejauhan, Rei memperhatikan tingkah mereka. Ia mengernyit heran. Semalam Hana marah-marah penuh emosi, tapi kini gadis itu malah berlari ke sana kemari dengan langkah ringan dan penuh semangat. “Aneh sekali wanita itu,” pikirnya dalam hati, tak habis pikir dengan perubahan suasana hati Hana yang begitu cepat.

Rei kembali melirik ke arah meja Hana, namun pandangannya justru jatuh pada Livy yang tampak sibuk memainkan ponselnya. Ada rasa yang belum tuntas, membuat Rei merasa belum puas dengan percakapan mereka semalam. Penjelasan Livy terasa menggantung, dan ada sesuatu yang masih mengganjal di benaknya.

Tanpa banyak berpikir, Rei bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju meja Livy dengan langkah tenang namun penuh ketegasan. Tatapannya tajam, menyiratkan bahwa ia masih menyimpan rasa penasaran yang belum terjawab.

"Tulis biodata dirimu. Wali kelas membutuhkannya," ujar Rei singkat, matanya menatap Livy meski gadis itu belum juga mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Livy akhirnya menoleh, menatap Rei sekilas dengan ekspresi datar, lalu menghela napas pelan tanpa berkata apa-apa. Ia mengambil selembar kertas kosong dan mulai menuliskan biodatanya dengan tenang, seolah ingin menyelesaikan tugas itu secepat mungkin tanpa memperpanjang interaksi.

Begitu selesai, Livy menyerahkan kertas itu kepada Rei tanpa sepatah kata pun. Rei menerimanya dan langsung memeriksa isi tulisan tersebut. Namun matanya segera menangkap sesuatu yang kurang.

"Nomor telepon perlu dicantumkan," ucap Rei lagi, suaranya tetap datar dan tenang, lalu ia mengembalikan kertas itu ke tangan Livy.

Livy sempat terdiam, menatap kosong sejenak, lalu mengambil pena dan menambahkan nomor teleponnya di bagian bawah biodata. Setelah selesai, ia kembali menyerahkan kertas itu kepada Rei tanpa komentar apa pun.

Tanpa membalas dengan kata-kata, Rei mengambil kertas tersebut dan langsung berbalik pergi, meninggalkan meja Livy begitu saja. Suasana terasa hening, namun penuh makna yang tak terucapkan di antara keduanya.

Saat waktu pulang sekolah tiba, suasana mulai lengang. Para siswa satu per satu meninggalkan gerbang sekolah, termasuk Rei dan Hana yang akhirnya ikut pulang bersama. Dalam perjalanan, mobil melaju tenang melewati jalanan yang mulai dipadati kendaraan lain. Hana duduk di samping Rei, namun sejak awal ia hanya diam, menikmati pemandangan sepanjang jalan. Tatapannya tertuju keluar jendela, seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Melihat Hana yang terlalu asyik dengan lamunannya, Rei akhirnya memecah keheningan di antara mereka. Suaranya terdengar datar namun cukup jelas di tengah suara mesin mobil.

“Nanti malam, kita ada acara keluarga,” ucap Rei tanpa menoleh, tetap fokus mengemudi, namun kebetulan mobil mereka sedang berhenti di lampu merah.

Hana tersentak pelan dari lamunannya. Ia menoleh, memandang wajah Rei dengan sedikit heran. “Acara keluarga?” tanyanya, nada suaranya memuat rasa penasaran yang tidak disembunyikan. Rei tidak langsung menjawab. Ia hanya berdehem singkat.

“Semuanya?” tanya Hana dengan nada ragu, menatap Rei penuh tanya. Rei hanya merespons dengan deheman pelan, seperti biasa—tidak menjawab secara langsung, namun cukup menjadi isyarat bahwa apa yang ia katakan sebelumnya memang benar adanya.

Hana mendesah kecil, ekspresinya berubah lebih hidup, seakan energi barunya kembali muncul. “Benarkan? Kenapa kau tidak memberitahuku jauh-jauh hari? Aku tidak punya baju yang pantas untuk acara seperti itu. Aku... aku harus membeli baju baru. Kau harus menemaniku,” ucapnya dengan cepat dan penuh ekspresi, nyaris panik namun juga terlihat antusias.

Nada bicaranya berubah ceria dan riang, seolah melupakan seluruh emosi dingin yang ia tunjukkan malam sebelumnya. Wajahnya kembali bersinar, dan Rei melirik ke arahnya dengan alis terangkat tinggi. Ia sempat menghela napas dalam hati, heran dengan perubahan suasana hati gadis itu yang begitu drastis.

Mood Hana memang benar-benar sulit ditebak—pagi bisa diam, malam bisa marah, dan sekarang tiba-tiba berbicara penuh semangat. Sungguh teka-teki yang tak pernah selesai.

Akhirnya, Rei hanya bisa pasrah. Ia mengangguk pelan, membiarkan permintaan itu berjalan seolah memang bagian dari rutinitasnya. Dalam hati, ia menganggapnya sebagai bentuk permintaan maaf tak langsung dari Hana atas sikapnya semalam.

Mobil mereka mulai melaju kembali setelah lampu lalu lintas berubah hijau. Suasana kembali hening sejenak, hanya diiringi deru kendaraan di jalanan.

Namun, beberapa menit sebelum mereka tiba di toko pakaian milik keluarganya, Rei tiba-tiba kembali membuka suara, suaranya terdengar datar namun terasa lebih dalam.

“Sebenarnya… ada apa denganmu semalam?” tanyanya perlahan, tanpa menoleh, namun cukup untuk membuat suasana kembali terasa berbeda.

Pertanyaan itu menggantung di udara, membuat Hana sejenak terdiam. Tatapan matanya yang semula ceria mulai meredup perlahan.

Hana menoleh pelan ke arah Rei, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. Tatapannya seolah menyimpan banyak hal, namun tak satu pun terucap. Beberapa detik ia hanya diam, lalu mendadak tersenyum lebar, seolah tak ada yang terjadi.

“Ah, tidak ada apa-apa. Biasa saja… mood tamu bulanan,” jawabnya santai, disertai gerakan tangan yang menekankan bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa tak ada satu pun yang perlu dipikirkan lebih dalam.

Rei hanya menatapnya sekilas, tak membalas. Ia tetap diam, tak memberi komentar, karena memang tak tahu harus menyimpulkan seperti apa. Apakah Hana benar-benar tak ingin membahas apa yang terjadi semalam, atau itu hanya bentuk penyangkalan halus—Rei tidak tahu pasti.

Beberapa menit kemudian, mobil mereka akhirnya berhenti di sebuah bangunan yang elegan. Di hadapan mereka berdiri sebuah toko pakaian bergaya modern dengan nuansa mewah, kaca-kaca besar dan etalase yang ditata rapi menampilkan berbagai koleksi busana elegan.

“Wah… cantik ya,” ucap Hana takjub, matanya menyapu seluruh tampilan butik dari luar. Senyum kagum terukir di wajahnya.

Rei mengangguk singkat. “Ini butik tanteku… mamanya Nathan,” jelasnya dengan nada ringan, meski tetap tanpa banyak ekspresi.

Hana mengangguk mengerti, lalu segera turun dari mobil tanpa banyak bicara. Matanya masih terpaku pada desain butik yang tampak menawan.

Begitu mereka melangkah masuk ke dalam butik, suasana hangat langsung menyambut mereka. Interior ruangan dipenuhi nuansa soft pastel, aroma parfum lembut menyebar di udara, dan setiap sudut toko tertata dengan estetika yang memanjakan mata.

“Rei? Hmm… ini Hana, kan?” suara lembut seorang wanita terdengar dari arah dalam.

Seseorang menghampiri mereka dengan langkah anggun. Seorang wanita cantik dengan senyum ramah, mengenakan dress elegan yang pas di tubuhnya. Dialah Yuki—istri dari Davin dan juga ibu dari Nathan.

Wajahnya bersinar dengan keramahan, dan kedatangannya langsung memberi kesan hangat yang berbeda.

1
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!