Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERJODOHAN
"Gila mereka sekarang," ucap Kristy.
"Lo lagi ngomongin siapa?" tanya Lady.
"Tuh, lo nggak lihat kelakuan mereka," sambil menunjuk ke arah William dan Viera yang kini berani mengumbar kemesraan yang cukup intim di hadapan orang banyak.
"Gila, mereka berani ******* ampe lama begitu?"
"Makanya."
Kimberly yang melihat itu pun segera memalingkan wajahnya, "Kris, dy, gue ke perpus dulu ya. Gue mau nyari bahan buat bikin makalahnya Pak Dodo."
"Nggak jadi makan kita, Kim?" tanya Lady.
"Aku masih kenyang sih. Kamu makan berdua aja ya sama Kristy. Aku ke perpus dulu. Nanti susul aku ke sana kalau kalian udah selesai makan," Kimberly langsung berbalik dan pergi dari kantin.
Pemandangan yang ia lihat sungguh menyakitkannya. Meskipun ia sudah berusaha melupakan William, tapi tetap saja hatinya tidak bisa diajak bekerja sama.
Kimberly berlari ke arah salah satu sudut rak buku yang agak jauh, yang jarang dijangkau oleh para mahasiswa di sana. Ia berjongkok sambil memegang tas dan buku miliknya. Sedikit isak tangis mulai ia keluarkan.
"Ini sudah 3 tahun lebih sejak kamu tidak mempedulikanku, kenapa rasanya masih sesakit ini?" Kimberly memegang dadanya, sambil menangis, tapi ia tetap berusaha menahan agar suaranya yang tidak keluar.
Sebuah sentuhan ia rasakan di pipinya, begitu hangat. Kimberly mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang berada di hadapannya.
"Kakak ...," tanpa pikir panjang, Kimberly langsung memeluk dan menumpahkan perasaannya yang saat ini begitu sakit.
Anthony balas memeluknya, bahkan ia mengepalkan tangannya, "Kenapa kamu selalu membuat Kimberly menangis, hanya karena ia mencintaimu," batin Anthony.
"Kim, ayo. Aku antar kamu pulang."
Kimberly akhirnya bangkit dan mengikuti Anthony. Di dalam mobil,
"Kak, aku nggak mau pulang. Nanti Mami ngeliat wajahku seperti ini," Kimberly masih sedikit sesengukan.
"Kamu mau makan es krim, hmm?" seketika raut wajah Kimberly berubah, ia tersenyum meskipun matanya masih sembab.
Di dalam kedai es krim,
"Kakak kapan pulang?"
"2 hari yang lalu," jawab Anthony.
"Aku kira kakak tidak akan pernah kembali lagi ke sini," ucap Kimberly.
"Aku tidak mungkin tak kembali," batin Anthony.
"Maaf Kim, aku harus membantu Daddy dulu di sana."
"Kenapa kakak tidak langsung menemuiku?"
Anthony tersenyum, "Aku pergi menemui sahabatku dulu. Ada hal yang harus kubicarakan."
"Kak Hansel? atau Kak Hanna?" tanya Kimberly ingin tahu.
"Aku menemui Hansel justru untuk mencari tahu keberadaan Hanna."
"Maksud kakak? Kak Hanna menghilang?"
Anthony mengangguk, "Aku baru tahu 1 bulan yang lalu kalau Mama Hanna sudah meninggal 2 tahun yang lalu."
"2 tahun yang lalu?" tiba tiba ingatan Kimberly kembali ke saat dimana terakhir kali ia bertemu dengan Hanna.
"Ya, setelah itu, aku dan Hansel tidak pernah mendengar kabar tentangnya lagi. Hansel sudah mecari ke rumahnya, tapi ternyata kosong, dan ia juga baru bertanya kepada tetangga Hanna bahwa rumah itu sudah dijual."
"Kakak sedih?" tanya Kimberly.
"Aku tidak apa apa. Aku hanya mengkhawatirkannya saja," ada sedikit nada getir dalam ucapan Anthony, Kimberly pun bisa merasakannya.
Kimberly memegang tangan Anthony dan menggenggamnya, "Kak, aku pasti akan membantu kakak untuk mencari Kak Hanna."
"Terima kasih, Kim. Tapi saat ini kamu harus fokus menyelesaikan kuliahmu dulu. Biar masalah Hanna, aku dan Hansel yang akan memikirkannya."
Kimberly mulai menyuapi dirinya sendiri dengan es krim yang mulai mencair. Ia memandang ke arah wajah Anthony yang memancarkan kekhawatiran.
*****
"Kim," panggil Alan.
"Iya, Pi," jawab Kimberly.
"Kemarilah. Ada hal yang perlu Papi bicarakan denganmu."
"Ada apa, Pi? Sepertinya Papi ingin mengatakan hal yang penting."
"Kakek akan kemari."
"Kakek? Kakek akan datang? Bukankah biasanya Mami dan Papi yang mengunjungi kakek?"
"Iya, tapi kali ini kedatangan kakek berbeda. Ia ingin menjodohkanmu dengan cucu sahabatnya."
"Apa? Perjodohan? Tidak Pi, Kim tidak mau. Kim ini masih kuliah, Pi. Lagipula, Kim mau menentukan sendiri pasangan hidup Kim," tolak Kimberly.
"Tapi, sayang. Kakek melakukan ini karena permintaan terakhir dari istri sahabatnya yang sudah berjanji dengan nenek," ucap Alan.
"Tapi ini kehidupan Kim, Pi. Kim tidak mau masa depan Kim ditentukan oleh orang lain. Lagipula, Kim masih ingin menyelesaikan kuliah dan berkarir. Bahkan Kim masih ingin melanjutkan ke S2."
"Maaf Pi, Kim mau ke kamar dulu," baru kali ini Kimberly menentang keinginan orang tuanya.
Ia masuk ke dalam kamar lalu merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Kimberly mengambil ponsel miliknya dan menekan beberapa tombol digital di sana, menghubungi seseorang.
"Kenapa selalu tidak diangkat? Kamu sebenarnya kemana sih, Kak?" gerutu Kimberly sambil melemparkan ponselnya di atas tempat tidur.
Ia memejamkan matanya dan akhirnya terlelap.
*****