Cerita cinta seorang duda dewasa dengan seorang gadis polos hingga ke akar-akarnya. Yang dibumbui dengan cerita komedi romantis yang siap memanjakan para pembaca semua 😘😘😘
Nismara Dewani Hayati, gadis berusia 20 tahun itu selalu mengalami hal-hal pelik dalam hidupnya. Setelah kepergian sang bunda, membuat kehidupannya semakin terasa seperti berada di dalam kerak neraka akibat sang ayah yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Tidak hanya di situ, lilitan hutang sang ayah yang sejak dulu memiliki hobi berjudi membuatnya semakin terpuruk dalam penderitaan itu.
Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan Mara dengan seorang duda tampan berusia 37 tahun yang membuat hari-harinya terasa jauh berwarna. Mungkinkah duda itu merupakan kebahagiaan yang selama ini Mara cari? Ataukah hanya sepenggal kisah yang bisa membuat Mara merasakan kebahagiaan meski hanya sesaat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCSD 28 : Berpayung Langit
"Lihatlah bintang-bintang yang ada di atas sana!"
Mara dan Dewa membaringkan tubuh mereka di atas hamparan pasir pantai laksana permadani alam yang terbentang luas. Kepala mereka sama-sama mendongak, terpaku pada sebuah kanvas alam yang dihiasi oleh ribuan kerlip bintang yang bersinar terang dan juga cahaya lembut sang rembulan.
Usai melakukan ritual tiup lilin dan memotong kue, kedua manusia itu tidak bersegera untuk beranjak dari tempat ini. Keduanya justru memilih berbaring, beralaskan pasir putih sembari menikmati suasana malam serta suasana langit yang memayungi laut lepas di hadapan mereka ini.
"Ada apa dengan bintang-bintang itu Tuan?"
Masih dengan menatap lekat bintang-bintang yang ada di langit dan seolah tidak begitu perduli dengan belaian angin yang terasa dingin hingga merasuk ke dalam tulang, gadis belia itu mencoba menanggapi apa yang diucapkn oleh Dewa. Ia menggulirkan kedua manik matanya untuk melihat bintang-bintang yang ditunjuk oleh Dewa.
"Diantara ribuan bintang itu pasti ada satu yang membuatmu terkesima bukan? Mungkin yang bersinar terang seolah begitu bersemangat untuk menunjukkan keberadaannya. Atau malah mungkin yang sinarnya meredup, seakan ia malu jika keindahannya dinikmati oleh para penduduk bumi."
Mara menganggukkan kepalanya. "Ya, saya melihatnya, Tuan. Lalu?"
"Coba kamu tunjuk satu diantara ribuan bintang-bintang itu!"
Mara menunjuk sebuah bintang yang terlihat tidak begitu terang namun tidak juga redup sinarnya dengan jari telunjuknya. "Itu Tuan. Bintang itu yang saya pilih."
"Sekarang simpan rapat-rapat bintang itu di dalam mata dan juga hatimu. Anggaplah bintang yang kamu tunjuk itu sebagai salah satu mimpi, cita dan juga asa yang suatu saat nanti harus kamu wujudkan."
Mara terkekeh kecil. "Apakah masih ada mimpi, cita dan asa untuk perempuan seperti saya ini, Tuan? Untuk mewujudkan itu semua tidak hanya dibutuhkan oleh tekad yang besar, namun juga modal. Sedangkan saya hanya memiliki lutut, yang biasa disebut dengan modal dengkul."
Dewa tergelak mendengarkan celotehan gadis belia di sampingnya ini. Ia teringat dengan salah satu peribahasa Jawa yang mengatakan jer basuki mawa bea, bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang berharga itu diperlukan biaya jua. Namun ada satu hal yang belum dipahami oleh gadis ini.
"Sekarang coba jawab pertanyaanku. Satu dengkul yang kamu miliki itu jika dijual laku berapa?"
Mara terkesiap. Keningnya mengerut dan kedua alisnya seakan bertaut. "Saya tidak tahu Tuan, karena saya memang tidak paham dengan harga pasaran dengkul di luar sana."
Dewa terkekeh. "Dengkul yang kamu miliki sama mahalnya dengan ginjal yang ada di dalam diri kamu."
Mara semakin terperangah, tidak paham kemana arah pembicaraan Dewa. "Maksud Tuan, untuk mendapatkan modal itu, saya harus menjual dengkul atau ginjal saya?"
Gelak tawa Dewa semakin menggema. Duda yang masih sedikit perjaka itu seakan menahan sakit perut karena terlalu banyak tertawa. Ia begitu gemas dengan kepolosan gadis di sampingnya ini. Sedangkan Mara, masih dengan wajah polosnya terlihat keheranan, apa gerangan yang membuat lelaki ini terbahak-bahak.
Dewa mencoba menghentikan tawanya. Ia mengisi rongga dadanya dengan udara yang ia hirup dalam-dalam. "Dengan dengkul itu kamu semakin paham bukan, jika organ-organ yang ada di dalam diri kamu itu bernilai tinggi. Itu artinya kamu sudah memiliki sebuah modal yang jauh lebih besar daripada nominal uang. Dan itu artinya kamu pasti bisa mewujudkan apa yang menjadi mimpi, cita dan juga asamu."
Mara yang sebelumnya mendongak, kini ia geser kepalanya untuk menatap wajah Dewa. Entah apa yang terjadi, namun kata demi kata yang terucap dari bibir lelaki ini seolah menjadi pemantik api semangat yang sempat padam di dalam dirinya. Ia membenarkan semua yang dikatakan oleh Dewa, jika semua organ yang melekat pada diri manusia merupakan aset bernilai tinggi yang diberikan oleh Tuhan.
Gadis itu masih tertegun dengan wajah tampan yang dimiliki oleh pria dewasa ini. Meskipun usia lelaki ini sudah tidak lagi muda, namun guratan ketampanannya masih terlihat begitu jelas. Dewa yang merasakan ada sepasang dua bola mata yang menatapnya, gegas ia juga menoleh ke arah samping. Lelaki itu tersenyum manis.
"Jangan pernah takut untuk bermimpi setinggi langit. Karena jika kamu terjatuh, kamu akan terjatuh di hamparan bintang-bintang itu."
Mara tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya. "Iya Tuan, saya mulai paham sekarang."
Dewa mengambil posisi miring. Ia tarik lengan Mara agar gadis itu juga bisa dalam posisi miring. Jarak keduanya semakin terkikis tatkala jemari tangan Dewa mengusap wajah cantik Mara dengan lembut. Jemarinya sedikit menegakkan dagu Mara dan sebuah kecupan lembut kembali ia daratkan di bibir lembab gadis itu.
Mata Mara terpejam tatkala merasakan tiap sentuhan bibir Dewa. Tanpa ia sadari, ia mulai terjerat oleh benang asmara yang menautkan dirinya kepada pria ini. Seutas benang tak kasat mata yang mungkin akan selalu mengikat hatinya dengan hati milik lelaki bernama Dewa ini.
Hembusan angin pantai yang berhembus kencang, membuat mata Mara seakan kian berat. Ditambah dengan kecupan bibir Dewa, membuat gadis itu seperti terbang tinggi ke awan.
Dewa juga seakan larut dalam ciumannya bersama gadis itu. Matanya ikut terpejam, menikmati sensasi kissing di tepian pantai seperti ini dan dalam posisi berbaring di hamparan pasir putih.
Lelaki itu bergumam di dalam hati tatkala tidak lagi ia merasakan balasan dari bibir gadis di hadapannya ini. Perlahan ia membuka matanya dan ia hentikan pagutan bibirnya. Lelaki itu tersenyum simpul melihat sang gadis yang sepertinya sudah larut dalam buaian mimpinya.
Dewa kembali menyusuri tiap sudut yang berada di dalam wajah Mara dengan jemarinya. "Kamu ternyata tertidur. Apakah ciumanku ini mengandung obat tidur? Sehingga membuatmu pulas seperti ini?"
Dewa yang tengah bermonolog dengan dirinya sendiri seketika terkejut tatkala Mara tiba-tiba merapatkan dirinya ke dalam pelukannya. Kepala gadis itu bergerak-gerak seakan mencari tempat yang paling nyaman. Dan pergerakan kepala gadis itu terhenti tatkala sudah berada di ceruk lehernya.
Benar saja. Perilaku Mara di bawah alam sadarnya ini sontak membuat si 'ular' piton kembali beraksi. Ia seakan mendesak sang pemilik untuk bersegera memasukkannya ke dalam 'rumah'.
Dewa... Ini kesempatan untukmu. Gadis ini telah tertidur pulas dan suasana begitu sunyi. Ayo segera lakukan!!
Sesosok setan kembali merajai hati Dewa. Ia membisikkan godaan-godaan yang terdengar begitu menggairahkan. Dahi Dewa mengernyit, masih mencoba untuk menggunakan akal sehatnya.
Jangan lakukan Wa. Ingat, gadis ini adalah gadis baik-baik dan tidak selayaknya kamu merusak masa depannya.
Setelah kehadiran setan, kini sosok malaikat juga hadir di dalam hati Dewa. Ia mencoba untuk memusnahkan bisikan-bisikan setan terkutuk itu.
Hei Kat! Kamu jangan coba-coba menghalangiku untuk menghentikan Dewa ya. Apa kamu tidak pernah merasakan bagaimana tersiksanya seorang laki-laki itu menahan gejolak hasrat dalam dirinya?
Melihat kedatangan malaikat yang berupaya untuk menggagalkan rencananya, setan itu berteriak lantang.
Dasar setan go*blok. Mana bisa aku merasakan hasrat ataupun nafsu? Tuhan menciptakanku tanpa nafsu. Dan tugasku adalah menghalangi bisikan-bisikan menyesatkanmu itu! Wa... jangan lakukan! Kamu seharusnya menjaga gadis ini.
Cih, jangan dengarkan apa kata malaikat ini Wa! Lihatlah, kesempatanmu terbuka lebar. Apalagi di tempat terbuka seperti ini, pastinya akan menjadi sensasi dalam bercinta. Ayo lakukan Wa... Lakukan!
Heh, diam kamu Tan! Dewa... Jangan!!
Tan, Tan, lu pikir aku Tante? Sssstttt diam kamu Kat! Ayo lakukan Wa!
Lah elu manggil aku Kat , Kat , lu pikir aku Katemi?
Ayo Dewa... Lakukan sekarang!!
Jangan Wa!! Kamu pasti akan menyesal!
Lakukan!!
Jangan!!
Batin Dewa berperang. Namun sepertinya saat ini ia sudah tidak lagi dapat membendung hasratnya. Ia sedikit mengurai pelukan sang gadis, dan mulai ia buat dalam posisi berbaring. Dewa menelan berat salivanya tatkala dress dengan model V-neck yang dipakai oleh gadis ini semakin menampakkan keindahan kedua bukit kembar yang menjulang tinggi.
Lelaki itu nampaknya sudah mulai terangsang. Ia dekatkan bibirnya di ceruk leher Mara dan mulai mengecupnya. Bibir itu semakin lama semakin liar. Ia bergerak turun. Namun tatkala bibirnya hampir menyentuh kedua benda padat, nan sintal itu....
"Mas Dewa........"
Dewa terkesiap tatkala ada suara seseorang yang memanggil namanya. Ia melihat sang gadis masih terlelap, dan bergumam dalam hati siapakah gerangan yang memanggilnya.
"Mas Dewa......"
Tiba-tiba bulu kuduk Dewa meremang, karena suara itu semakin jelas terdengar. Dengan perasaan takut, Dewa mencoba membalikkan badan. Ia merasa sumber suara itu berasal dari balik punggungnya. Samar, ia melihat sesosok bayangan wanita cantik yang berdiri di tak jauh dari tempatnya.
Dewa terperanjat seketika. Posisi Dewa yang sebelumnya setengah berbaring, kini terduduk. Ia mengucek-ucek matanya berharap ini semua hanyalah halusinasi saja. Namun sosok bayangan wanita cantik itu semakin nampak nyata.
Wanita itu mengulas sedikit senyum. "Jagalah putriku baik-baik. Terlebih kehormatannya."
"S-Siapa Anda? Putri Anda siapa?"
"Aku ibunda gadis yang tengah terlelap ini!"
"M-Mara?"
Tiba-tiba kepala Dewa terasa pening. Jantungnya berdegup kencang. Pandangan matanya seolah berat dan sendi-sendi di tubuhnya seakan kian melemas. Dan....
Bruk!!!
Dewa pingsan di samping tubuh Mara yang tengah terlelap itu.
.
.
. bersambung...
Bonus Visual Mara... 😅😅✌️✌️
mengecewakan😡