NovelToon NovelToon
MANTAN TENTARA BAYARAN: SEORANG MILIARDER 2

MANTAN TENTARA BAYARAN: SEORANG MILIARDER 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mata-mata/Agen / Trauma masa lalu / Action / Crazy Rich/Konglomerat / Kaya Raya / Balas Dendam
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Setelah menumbangkan Tuan Tua, James mengira semuanya sudah selesai. Namun, di akhir hidupnya, pria itu justru mengungkapkan kebenaran yang tak pernah James duga.

Dalang di balik runtuhnya keluarga James bukanlah Tuan Tua, melainkan Keluarga Brook yang asli.

Pengakuan itu mengubah arah perjalanan James. Ia sadar ada musuh yang lebih besar—dan lebih dekat—yang harus ia hadapi.

Belum sempat ia menggali lebih jauh, kemunculan lelaki tua secara tiba-tiba:
Edwin Carter, penguasa Pulau Scarlett yang ternyata adalah ayah kandung Sophie.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TAMU!!

Keesokan Harinya—

Restoran impian Sophie mulai di renovasi, sementara di pinggiran kota, Brook Private Security Agency yang baru didirikan mulai membangun markasnya.

Namun hari ini, sorotan dunia mulai tertuju ke sini, tertarik oleh pesona "Heart of the Frost Queen," berlian legendaris yang akan dilelang. Para tokoh kaya dari seluruh dunia turun dari jet pribadi.

Di antara mereka ada seorang nona muda dari grup ACE—Silvey Brook.

Ia melangkah keluar dari bandara. Asistennya, Diane, mengikutinya.

"Bu, pihak hotel sudah mengirim mobil," kata Diane sambil sedikit membungkuk.

Tatapan Silvey menyapu bandara dengan bosan, ekspresinya sulit ditebak. "Ayo."

Mereka berjalan keluar dan masuk ke mobil mewah hitam yang menunggu di tepi jalan.

Jalanan Crescent Bay pagi itu terasa sangat tenang. Silvey bersandar pada jendela, matanya memperhatikan jalanan yang dilewati.

"Lingkungan disini cukup bagus," ujarnya pelan. "Apa yang membuat tempat ini begitu istimewa?"

Diane yang selalu siap, menyesuaikan kacamatanya dan berbicara, "Crescent Bay selalu menjadi kota yang berkembang sepanjang sejarah. Pelabuhannya saja menyumbang lima puluh tujuh persen dari impor dan ekspor negara ini, menjadikannya salah satu pusat perdagangan yang paling penting. Kota ini berkembang menjadi keajaiban yang menakjubkan—ruang hijau dengan hutan buatan, pabrik canggih dengan emisi karbon minimal, dan tentu saja, kemunculannya yang tiba-tiba setelah Brook Enterprises mengakuisisi Air Telecom."

Silvey mendengarkan, sedikit senyum muncul di bibirnya. "Memang tempat yang bagus untuk hidup. Tidak seperti Citadel City—selalu kacau, selalu mencekik."

Kata-katanya kemudian mereda, tatapannya kembali pada jendela, memantulkan bayangannya sendiri. "Semoga aku bisa melihat dia."

Diane sedikit memiringkan kepala, bingung. "Melihat siapa?"

Bibir Silvey melengkung membentuk senyum rahasia, "Bukan apa-apa... hanya seseorang yang sedang kupikirkan."

Diane memperhatikannya dengan saksama, rasa ingin tahunya meningkat. "Orang itu pasti penting kalau sampai kau ingat terus."

Tangan Silvey menyusuri kaca jendela tanpa sadar, "Dia sangat penting. Aku berharap... Dia bisa menjadi kunci kebebasanku."

Mobil itu terus melaju dengan tenang, membawa Silvey semakin dalam ke jantung Crescent Bay.

~ ~ ~

James menyelesaikan lari paginya dan berjalan kembali menuju Vila Pearl, keringat menetes di sepanjang rahangnya, angin sejuk menyapu rambutnya. Ponselnya bergetar di saku.

Nama Paula muncul di layar.

Pesan Paula: Bos, lelang malam ini akan menjadi yang terbesar musim ini. Ada empat belas barang yang akan dilelang, termasuk berlian itu. Ini daftar peserta, termasuk yang ikut secara virtual.

James memperlambat langkahnya, membaca file yang dilampirkan. Matanya menyipit saat ia menyimak nama-nama tersebut.

"Banyak sekali burung pemakan bangkai berkumpul," gumamnya.

Kemudian pandangannya tertahan pada satu nama.

Antonio VK.

Senyum tipis muncul di wajahnya. "VK... raja gelap dunia pertambangan. Jadi kau muncul demi mengejar berlian."

Reputasi Antonio VK terkenal ke mana-mana. Salah satu nama paling ditakuti di Firaca, ia berkembang melalui korupsi dan darah. Kekaisarannya dibangun dari tanah-tanah kaya sumber daya yang ia eksploitasi, menggulingkan negara-negara kecil melalui kudeta, lalu meraup kekayaan sambil meninggalkan kehancuran.

Jari James mengetuk layar, "Sudah lama tidak bertemu, ya?"

Ia menggulir ke bawah dan menemukan nama lain.

Silvey Brook.

Senyumnya muncul lagi, samar, seolah terhibur. "Daftar tamunya menarik sekali malam ini."

Di dalam vila, si kembar sudah bangun, mengenakan seragam sekolah. Chloe bersenandung pelan sambil menggigit roti, sedangkan Felix merengek dari seberang meja.

"Mama, tambah coklatnya lagi!" suara Felix penuh semangat.

Sophie menggelengkan kepalanya tapi tersenyum lembut. "Baik, tapi sedikit saja. Terlalu banyak gula tidak baik untuk gigimu."

Julian tertawa sambil menuang teh. "Biarkan saja, Sophie. Ini usia mereka untuk menikmati.”

Sophie menatapnya tajam. "Sayang, jangan merusak kebiasaan mereka."

Felix menyeringai dan menatap Sophie dengan mata memohon. "Please, Mama. Aku janji mulai besok berolahraga bersama Kakak."

James, yang baru saja masuk, bersandar di ambang pintu dan tertawa kecil. "Benarkah begitu?"

Felix mengangguk cepat, membuat semua orang tertawa.

Sophie menoleh. "James, mandi dulu. Aku sudah menyiapkan sarapanmu."

"Baik, Mama," jawabnya sambil tersenyum tipis, lalu naik ke atas.

Saat James turun kembali, segar dan rapi, Julian sudah membawa si kembar ke sekolah. Sophie menunggu dengan sarapan yang tertata rapi di meja.

Ketika James bersiap untuk berangkat, ia menyentuh janggutnya. "Mama, malam ini aku akan pulang larut malam. Jangan tunggu aku.”

Sophie menoleh padanya, penasaran. "Kemana kau pergi?"

James merapikan pakaiannya. "Ke rumah lelang."

Bibirnya terbuka karena terkejut, lalu melunak dengan senyuman. "Lelang... itu mengingatkanku pada masa lalu. Ayahmu dulu sering pergi kesana. Aku sering ikut dengannya."

James mengangkat alis. "Benarkah? Sepertinya itu memang mengalir di dalam darahku."

Sophie terkekeh hangat. "Baiklah, jangan sampai kau menghabiskan terlalu banyak seperti dia."

Ia memberi senyum sinis. "Aku akan mengingat itu, Mama."

Ia melangkah maju dan menyerahkan sebuah kotak makan.

James berkedip. "Kotak makan siang? Ada apa?" Kedua matanya sedikit membesar, terkejut.

Senyum Sophie semakin dalam. "Ini hanya caraku berterima kasih padamu—untuk restorannya."

James menatapnya sejenak, "Mama... terima kasih."

Dia langsung menuju Ember Plaza. Saat ia memasuki ruangan kantornya, ia melihat sebuah setelan rapi tergantung di depannya, dengan beberapa pakaian lain yang dipadukan dengan sangat rapi di rak.

Alisnya terangkat. "Apakah kita menjalankan bisnis pakaian, Jasmine?"

Jasmine muncul dari belakang dengan tablet andalannya, bibirnya melengkung pada tawa kecil yang jarang terlihat. "Tidak, bos. Itu pakaianmu untuk malam ini."

James memperhatikannya dengan seksama, ekspresinya terhibur. "Terlihat mahal."

Jasmine memiringkan kepalanya, senyumnya tipis namun menggoda. "Bos, tolong buka matamu. Semua di ruangan ini mahal."

James meletakkan kotak makan di atas meja dan menghela napas. "Jadi... siapa yang memutuskan ini?"

Jasmine berdiri tegak tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Oh, aku dan Nona Clara. Kami sedang berbelanja gaunnya untuk malam ini, dan aku pikir, kenapa tidak sekalian memilihkan sesuatu untukmu juga?"

James menghela napas, setengah menyerah, setengah terhibur.

Nada Jasmine melembut. "Kau adalah Ketua Brook Enterprises. Akan ada banyak mata tertuju padamu malam ini—dan pada Nona Clara."

James menatap setelan itu sekali lagi, ekspresinya sulit dibaca, lalu ia menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis.

~ ~ ~

Malam di gedung lelang itu benar-benar memukau. Auditorium megah itu berkilauan di bawah lampu gantung yang menumpahkan cahaya keemasan ke lantai marmer. Deretan kursi tersusun simetris, membentang ke atas menuju balkon VIP yang dihiasi beludru dan pagar kristal. Setiap sudut ruangan memancarkan kemewahan dan kehormatan, dari ukiran kayu halus hingga aroma lembut anggrek yang diletakkan di sepanjang lorong.

Suasana begitu mendebarkan. Para tamu berbisik dalam nada rendah, mata mereka mengikuti setiap tamu yang datang.

Antonio VK memasuki ruangan lebih dulu. Orang itu membawa diri seperti seorang raja, bahu lebarnya dibalut tuxedo hitam dengan kancing perak yang berkilau di bawah lampu. Dua wanita mengikuti di belakangnya, masing-masing mengenakan gaun berkilau, namun kecantikan mereka tetap kalah oleh auranya yang mengintimidasi. Reputasinya mendahului dirinya, dan orang-orang secara naluriah memberi jalan ketika ia melangkah.

Bisikan menyebar di antara kerumunan. Itu Antonio VK... penguasa gelap dunia pertambangan...

Sebuah keheningan jatuh di salah satu sisi auditorium saat tamu lain datang. Silvey Brook masuk ke dalam aula, Diane berada di sampingnya.

Silvey mengenakan gaun perak ketat. Kainnya membalut tubuhnya dengan elegan dan mengalir membentuk ekor lembut di belakang. Lehernya dihiasi berlian sederhana namun anggun, sementara rambutnya ditata sanggul ramping dengan beberapa helai jatuh.

Orang-orang langsung berbisik.

"Siapa dia?"

"Apakah dia dari Grup ACE?"

"Dia terlihat seperti bangsawan..."

Mata Silvey, menyapu kerumunan seolah ia sedang mencari seseorang.

Lalu udara itu sendiri berubah.

James Brook berjalan masuk, Clara di sisinya.

James mengenakan setelan abu-abu gelap, pas sempurna. Dasi hitam dan sepatu mengilap melengkapi penampilannya, namun kehadirannya lah—tenang, mengintimidasi, berwibawa—yang membuat seluruh ruangan terpaku.

Clara berjalan di sampingnya, memukau dalam gaun merah anggur gelap dengan belahan yang jatuh hingga pahanya. Leher gaunnya dihiasi detail sulaman lembut, dan gelombang rambutnya membingkai wajahnya dengan cantik. Ia bersinar bukan hanya karena kecantikan, tapi karena kebanggaan, seolah tepat berada pada tempatnya—di sisi James.

Kerumunan berbisik.

"Siapa dia?"

"Itu James Brook, pria di balik Brook Enterprises."

"Lihat wanitanya, pasti pendampingnya malam ini."

Mata mengikuti mereka dengan kagum dan penasaran. Beberapa mengagumi, beberapa iri, tapi tak ada yang bisa mengalihkan pandangan.

James membawa Clara melewati kerumunan yang berbisik menuju balkon pribadinya. Seorang pelayan membungkuk saat minuman sudah dipersiapkan, gelas berkilau di atas nampan.

Aula itu terisi perlahan. Keheningan turun saat sang pembawa acara muncul di atas panggung, sorotan menangkap setelannya yang rapi dan senyum lebarnya.

"Hadirin sekalian," suara pembawa acara menggema, "selamat datang di lelang terbesar musim ini."

Layar LED besar di salah satu sisi auditorium menyala, menampilkan wajah para peserta internasional yang bergabung secara virtual. Ruangan semakin ramai, campuran antara kegembiraan dan ketegangan.

"Aku menyambut seluruh tamu dari seluruh dunia yang bergabung bersama kami malam ini," lanjut sang pembawa acara, suaranya semakin bersemangat. "Malam ini, kita mencatat sejarah."

1
Noer Asiah Cahyono
lanjutkan thor
MELBOURNE: selagi nunggu bab terbaru cerita ini
mending baca dulu cerita terbaruku
dengan judul SISTEM BALAS DENDAM
atau bisa langsung cek di profil aku
total 1 replies
Naga Hitam
the web
Naga Hitam
kamuka?
Naga Hitam
menarik
Rocky
Karya yang luar biasa menarik.
Semangat buat Author..
Noer Asiah Cahyono
keren Thor, aku baru baca novel yg cerita nya perfect, mudah di baca tapi bikin deg2an🥰
MELBOURNE: makasihh🙏🙏
total 1 replies
Crisanto
hallo Author ko menghilang trussss,lama muncul cuman up 1 Bab..🤦🙏
Crisanto: semangat Thor 🙏🙏
total 2 replies
Crisanto
Authornya Lagi Sibuk..Harap ngerti 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!