Godaan Sang Mantan

Keygan merasa dunia seperti tengah mengolok-olok nya saat ini. Shafura meninggalkannya, Jovanka mengkhianatinya, dan Nero, sahabat satu-satunya yang selama ini ia anggap baik, justru menusuknya dari belakang.

Tidak pernah terbersit dalam pikirannya sedikitpun, Nero yang selama ini selalu mengatakan keburukan Shafura ternyata diam-diam justru menginginkan Shafura. Fitnahan kejinya pada istrinya itu ternyata hanyalah topeng untuk membuat Keygan membenci Shafura.

Nero lah dalang dibalik semua kekacauan ini. Karena obsesinya ingin memiliki Shafura, membuat pria itu menghalalkan segala cara untuk membuat Shafura dan Keygan berpisah.

"Dasar bodoh Kamu, Key! Bisa-bisanya kamu gak sadar, sudah ditipu oleh mereka selama ini," umpat Keygan pada dirinya sendiri.

Dalam waktu yang bersamaan, Keygan mendapatkan buah dari kebodohannya selama ini. Bak sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Kalimat pepatah itu nampaknya benar-benar menggambarkan keadaan Keygan saat ini.

Keygan merutuki kebodohannya sendiri. Harusnya ia tidak terlalu gampang mempercayai orang, siapapun itu bahkan orang terdekat sekalipun, harusnya ia waspadai. Karena terkadang justru orang terdekat lah yang berpotensi berkhianat.

Keygan tidak menduga Jovanka mampu melakukan hal menjijikkan seperti ini. Tidak hanya mengkhianatinya saja, Jovanka juga bersekongkol dengan Nero untuk memfitnah Shafura.

Dan bukan hanya itu saja, sejak awal Jovanka ternyata sudah merencanakan untuk membuat Keygan jatuh cinta padanya. Sudah lama Jovanka menargetkan Keygan, namun pria itu selalu acuh karena dunianya hanya berpusat pada Shafura.

Dan entah hanya kebetulan atau memang semesta tengah berpihak padanya. Saat itu Keygan tengah terluka karena Shafura, dan kehadiran Jovanka terlihat seperti takdir yang sengaja Tuhan kirim untuk menyembuhkan luka Keygan.

Keygan sangat marah pada dirinya sendiri. Benar apa yang daddynya katakan, ia memang bodoh. Terlalu mempercayai Jovanka, adalah kesalahan terbesarnya.

Namun yang paling membuat Keygan merasa sesak adalah bukan karena pengkhianatan Jovanka, tapi karena selama ini ia telah menyia-nyiakan Shafura demi wanita murahan seperti Jovanka.

"Sha..."

Keygan hanya bisa meraung mengingat perlakuan buruknya selama ini pada Shafura. Bayangan Shafura yang selalu tersenyum saat menyambutnya pulang, selalu terekam di kepalanya. Namun Keygan kala itu tidak pernah sekalipun membalas senyuman tulusnya.

"Kamu pasti sangat terluka, Sha."

Penyesalan memenuhi relung hati Keygan. Walaupun ribuan kata maaf ia gaungkan untuk Shafura, namun rasanya semakin menikam karena Shafura tak lagi bisa ia genggam.

Tiga tahun Keygan memperlakukan Shafura bak patung tanpa perasaan. Menganggap wanita yang begitu tulus mencintainya itu hanya sebagai istri pajangan. Bahkan dengan sengaja Keygan bersikap acuh hanya untuk membuat Shafura pergi dari hidupnya.

Dan kini, saat Shafura benar-benar lelah dan memilih menyerah mengejar cintanya, kenyataan pahit justru menamparnya. Tabir kehidupan mulai tersingkap, mempertontonkan kebodohan yang selama ini justru ia rengkuh.

Menyesal pun tiada guna, Shafura telah menepati janjinya. Janji untuk pergi dan hilang dari pandangannya, seperti keinginannya.

"Sha... Shafura..."

Air mata Keygan mengalir deras bersama penyesalan yang semakin menggerogoti seonggok hati. Dan perlahan matanya mulai terpejam bersama kesadarannya yang perlahan mulai hilang.

...----------------...

"Tidak mungkin." Nero menggelengkan kepalanya. Air mata mulai merembas dari sudut matanya.

Selembar kertas berhasil membuat dunianya hancur seketika. Kenikmatan dunia yang baru saja ia sombongkan menjadi penyesalan terbesarnya.

Tangannya terkepal menahan rasa sakit yang perlahan merasuk lewat celah-celah hatinya. Bukan hanya hatinya saja yang sakit, beberapa bagian dari tubuhnya mulai merasakan gejala, pertanda dirinya tidak baik-baik saja.

"Kurang ajar! Wanita sialan!"

Prang

Brukkk

Nero melemparkan semua barang-barang yang berada di atas meja kerjanya. Perusahaannya berada di ujung tanduk. Keygan berhasil menyerang titik kelemahan perusahaannya dengan satu pukulan saja.

Nero tahu semua ini akan terjadi. Ini adalah resiko yang harus ia tanggung karena berani berurusan dengan Keygan. Keygan tidak pernah mentolerir hal sekecil apa pun tentang pengkhianatan. Hubungan sedekat apa pun tidak ada pengecualian, pengkhianat tetaplah pengkhianat.

Namun bukan karena masalah perusahaannya yang membuat Nero marah, tapi diagnosa dokter beberapa waktu lalu yang membuat Nero merasa dunianya hancur seketika.

"𝘈𝘯𝘥𝘢 𝘱𝘰𝘴𝘪𝘵𝘪𝘧 𝘏𝘐𝘝."

...----------------...

"Dasar bodoh!"

Plak

"Ampun Om!"

Entah sudah berapa kali Deril mencambuk tubuh Jovanka. Wanita itu kini tergeletak dengan luka di sekujur tubuhnya. Bukan hanya cambukan saja, pukulan dan juga tamparan tak segan-segan Deril layangkan pada wanitanya itu.

Karena kecerobohan Jovanka, kini perusahaan yang Deril bangun dari nol terancam gulung tikar. Keygan sudah mengetahui semua rencananya. Rencana yang sudah ia susun rapi dengan memanfaatkan Jovanka kini berakhir sia-sia.

Bukan keuntungan yang Deril dapatkan, namun kehancuran yang harus ia bayar mahal karena berurusan dengan pewaris Bhatara.

"Kamu harus dihukum karena sudah membuatku bangkrut."

Deril melampiaskan semua amarahnya pada Jovanka, ia terus menyiksa wanita itu sampai kehilangan kesadarannya.

Deril pergi begitu saja meninggalkan apartemen Jovanka. Ia tidak perduli dengan keadaan wanita yang selama ini menjadi pemuas hasratnya itu. Tujuannya saat ini adalah Keygan. Ia akan memohon pada pria itu untuk mengampuninya dan mengembalikan perusahaannya yang sudah Keygan akuisisi di bawah naungan Bhatara Kingdom.

Namun baru saja Deril melangkahkan kakinya, seseorang lebih dulu mendorongnya, membuat tubuhnya terjerembab.

"Aduh pinggangku!" Deril berusaha bangkit sambil memegang pinggang nya yang terasa ngilu. "Kurang ajar! Beraninya Ka---"

Ucapan Deril menggantung begitu saja saat melihat orang yang baru saja membuatnya terjerembab.

"Kau juga di sini rupanya, tua bangka?" Nero menyeringai menatap pria yang berstatus sebagai ayahnya itu berada di apartemen Jovanka. Niat hati ingin memberikan pelajaran pada Jovanka karena sudah menularkan penyakit menjijikan padanya, namun tidak disangka Nero justru bertemu dengan ayahnya.

"Apa Kamu juga sudah tahu sebentar lagi Kamu akan mati?" Tanya Nero lagi.

"Ma-maksudmu?"

Nero memperhatikan Deril yang terlihat bingung. Sepertinya pria tua itu belum mengetahui keadaannya.

"𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘶𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶, 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯."

𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥