Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Dan sekitar satu bulan telah mereka lalui bersama, Laura dan Alva tampak menjalani hari sangat profesional. Laura tidak ingin terlalu didekati kecuali dengan alasan anak yang sedang ia kandung.
Sedikit berbeda dari satu bulan yang lalu,saat ini Alva terlihat jarang menemui kekasihnya karena sibuk mengurus Laura dan Alva juga merasa lebih nyaman berada dirumah daripada diapartemen.
Alva selalu memiliki alasan untuk menghindar dari Tania karena semakin kesini pria itu merasa risih diganggu terus menerus.
"Selamat pagi," sapa Alva menyambut Laura yang baru keluar dari kamarnya.
Laura membalas dengan senyum tipis lalu duduk di kursi untuk sarapan.
Cup!
Alva memberikan kecupan di kening Laura dengan senyum manis sembari memegang perut wanita itu, awal awal Laura menolak diperlakukan seperti itu namun Alva mengatakan kesehatan bayinya akan bertambah kuat jika sang ibu mendapat kasih sayang juga.
"Maaf aku tidak membantu," ucap Laura dengan senyum canggung karena dia selalu terlambat bangun pagi.
"Bukan masalah besar, makan ini."
Alva memberikan piring yang telah ia isi pada Laura.
"Terima kasih," ucap Laura.
Alva membalas dengan senyuman lalu memulai sarapan paginya dengan tenang. Disisi lain Laura tampak tidak selera melihat makanan itu secara tiba-tiba.
"Laura," panggil Alva.
"Mm?"
"Kau tidak menyukainya?"
Laura mengangguk pelan sembari menundukkan sedikit kepalanya.
"Aku sarapan nanti saja ketika sampai dibutik," jawab Laura.
Alva ikut menghentikan sarapannya, pria itu mendekati Laura dan menekuk lutut.
"Anak papa maunya sarapan apa sayang," ucap Alva sembari menyentuh perut datar Laura.
"Mm kurasa ini permintaan ku sendiri bukan keinginannya," kata Laura.
"Lalu kau ingin makan apa mm?"
"Entahlah sebenarnya aku tidak terlalu pemilih soal makanan," jawab Laura.
"Baiklah ayo," Alva berdiri lalu menggenggam pergelangan tangan Laura.
"Eh mau kemana?"
"Aku akan mengantarmu ke butik dan memastikan kau sarapan pagi dengan baik," jawab Alva.
"Hey kau belum sarapan," ucap Laura.
"Sarapan bersama dibutik."
Dan pagi ini untuk pertama kalinya Alva mau mengantar Laura menuju butik dengan menyetir mobil sendiri tanpa didampingi oleh seorang Rain.
"Nona," sapa Karin sembari menatap Alva yang tampak asing dimatanya.
"Karin perkenalkan ini Alva," ucap Laura.
Dulu Alvi dan Aliva sekarang Alva, batin Karin.
"Laura..." Alva menunjukkan waktu di jam tangannya yang menandakan sebentar lagi dia akan pergi kekantor.
"Mm Karin kau bisa membeli bekal sarapan yang dijual didepan butik?"
"Nona ingin sarapan? Baiklah aku akan membelinya sebentar," jawab Karin.
Laura mengeluarkan dompetnya dan berniat memberikan Karin uang pecahan namun Alva menghalangi tangan Laura mengeluarkan uang tersebut.
"Gunakan ini," ucap Alva sambil memberikan beberapa lembar uang.
"Terimakasih tuan." Karin keluar dari butik.
Sedangkan Laura mengajak Alva masuk kedalam ruangannya agar para karyawan tidak melihat Alva terus menerus.
"Ini ruang kerjamu?" Tanya Alva.
Laura mengangguk sembari meletakkan tasnya, Alva melihat sekeliling ruangan yang tampak sangat nyaman untuk ditempati.
Pantas saja Laura tidak suka libur ke butik, tidak ada yang akan bosan jika melihat ruangan seorang desainer yang sangat cantik dan bersih.
Tring..tring.. tring
"Mm" suara Alva terdengar cukup dingin bagi Laura ketika mengangkat ponselnya.
"Aku menunggumu didepan kantor jika kau tidak keluar aku akan datang kerumah utama," ucap Tania.
Untung saja Alva mengecilkan volume ponselnya karena Laura terus menatap pria itu.
"Tunggu aku akan datang," kata Alva lalu memutuskan sambungan.
"Siapa?" Tanya Laura.
"Rain mengatakan meeting sebentar lagi," jawab Alva dengan senyum tipis.
"Pergilah mungkin sangat penting," ucap Laura dengan polosnya mempercayai perkataan Alva.
"Habiskan sarapan mu," kata Alva lalu mencium kening Laura seperti biasa.
Setelah beberapa saat kemudian tampak sebuah mobil memasuki area butik.