Dia pikir, dibuang oleh suaminya sendiri akan membuat hidupnya berantakan dan menderita. Namun, takdir berkata lain, karena justru menjadi awal kebahagiaannya.
Daniza, seorang istri yang bagi suaminya hanya wanita biasa, justru sangat luar biasa di mata pria lain. Tak tanggung-tanggung, pria yang menyimpan rasa terhadapnya sejak lama adalah pria kaya raya dengan sejuta pesona.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Untuk Orang Terhormat
Setelah meluruskan salah paham, Alvin kembali ke kantor dengan memendam perasaan kecewa. Cinta lama yang belum kesampaian itu baru saja memberinya sinyal penolakan, bahkan di saat Alvin belum melakukan usaha apapun.
Laki-laki itu menghempas tubuhnya di kursi. Memandang nanar beberapa gedung tinggi di sekitar kantor dengan pikiran yang sepenuhnya tertuju kepada istri orang.
"Nasibmu, Vin! Dulu dicuekin sekarang masih juga dicuekin."
Ia mendesahkan napas panjang. Sebuah foto gadis remaja berkacamata tebal dengan rambut dikuncir yang terpajang di meja ia tatap dalam-dalam.
"Kamu tahu Daniz, belum pernah ada gadis mana pun yang membuatku merana seperti ini. Kamu tidak pekanya sudah di level mematikan. Jangan sampai aku nekat, ya!"
Tubuhnya mendadak lemas. Baru saja ingin menyusun ide konyol di benaknya untuk mendapatkan perhatian Daniza, sudah dikejutkan dengan seorang pria yang masuk secara tiba-tiba. Alvin menatap Eric, asisten pribadinya yang masuk tanpa permisi.
"Mau apa kamu ke sini? Ganggu orang aja!" ujarnya kesal.
"Maaf, Pak! Saya cuma mau kasih tahu, sore ini kita harus tinjau lokasi pembangunan proyek."
"Kamu saja, saya sibuk!" balasnya dengan malas.
Sang asisten hanya mampu menarik napas panjang. Akhir-akhir ini mood bosnya itu memang mudah naik turun. Seperti ABG yang sedang dimabuk cinta.
"Tapi di sana akan ada beberapa investor, Pak. Salah satunya dari Almost."
Alvin berpikir sejenak memikirkan nama perusahaan yang disebut Eric. "Berarti di sana akan ada Revan si manusia tidak berguna, ya?"
Terlihat kerutan tipis di dahi Eric mendengar panggilan yang disematkan sang bos untuk rekan bisnis mereka. "Sepertinya ada, Pak!"
"Ya sudah! Saya akan ke sana. Sekalian mau tawuran sama si Revan."
Spontan saja kedua bola mata Eric membulat. "Tawuran?"
"Kenapa? Kamu pikir anak sekolah doang yang bisa tawuran?"
Eric menggaruk kepala bingung. "Tidak sih, Pak! Tapi, kenapa harus tawuran?"
"Kamu tidak akan mengerti. Percuma juga dijelasin ke kamu!" seru Alvin.
Pria tampan rupawan bak Leonardo Dicaprio itu membuka laptop dan memulai pekerjaan tanpa mengindahkan raut wajah sang asisten.
"Waduh gawat si bos mau tawuran! Harus lapor Ibu negara, nih!" ucap Eric dalam hati.
.
.
.
Sementara di butik, suasana kembali aman, damai, dan terkendali setelah kejadian memalukan pagi tadi. Mama Elvira sudah cukup lega setelah mendapat kepastian tentang masalah yang membuatnya kena insomnia dan hipertensi dalam waktu bersamaan.
Sementara Daniza kembali bekerja seperti biasanya.
Hari pun bergerak menuju siang.
Daniza sedang melayani beberapa tamu ketika Alina datang bersama Revan. Seperti biasa keduanya terlihat sangat mesra. Alina terus menempel ke tubuh Revan dengan memeluk lengannya.
Dengan dilayani seorang karyawan wanita, Alina memilih beberapa pakaian mahal. Ia berpura-pura tidak mengetahui bahwa butik tersebut adalah tempat Daniza bekerja. Wanita itu hanya ingin menunjukkan kepada Daniza bahwa Revan begitu memanjakan dan akan memberikan apapun yang ia minta.
"Sayang, kamu tidak keberatan kalau aku belanja banyak, kan?" tanya Alina, bergelayut manja di lengan Revan.
"Terserah kamu, Al. Memang sejak kapan aku melarang?"
Daniza benar-benar seperti ingin menangis dan tertawa di saat bersamaan. Ketika dirinya kesulitan keuangan, Revan malah memanjakan Alina dengan kemewahan.
"Bagaimana kalau gaun untuk pernikahan kita nanti aku pesan di butik ini juga?"
"Boleh." Revan menjawab singkat.
Alina kembali memilih beberapa pakaian di gantungan, hingga akhirnya mendapati sosok Daniza di sana.
"Hey, lihat siapa yang ada di sini, Daniza Amaria." Alina mengeratkan tangan yang melingkar di lengan Revan. Pria itu terlihat cukup terkejut melihat wanita yang masih berstatus istrinya itu ada di butik.
"Apa kamu sedang bekerja di sini?" tanya Alina.
Daniza tak menjawab. Rasanya benar-benar ingin mengusir kedua orang ini dari butik tempatnya bekerja. Tetapi, tentunya ia tidak ingin mencari masalah dengan Alina dan Revan di tempat kerja.
"Oh ya, Daniz ... apa bisa kamu tunjukkan koleksi gaun di butik ini? Mungkin saja aku akan tertarik untuk membelinya. Kamu sudah tahu kan, bahwa aku akan segera menikah dengan Revan?"
Daniza memilih untuk tidak terpancing dengan Alina. Ia menunjuk ke arah sebuah ruangan khusus untuk gaun-gaun pengantin.
"Silahkan ke sana saja!"
"Tapi aku ingin kamu yang melayaniku," pinta Alina dengan menerbitkan senyum pongah.
"Maaf, tapi aku sedang melayani tamu lain. Kalian bisa minta dilayani yang lain, kan?"
"Aku rasa akan lebih baik kalau kamu yang melayaniku. Kita kan pernah berteman lama dan kamu tahu seperti apa seleraku."
Tidak tahan rasanya, Daniza mendecakkan lidah. "Jadi kamu ke sini hanya untuk memamerkan kalau kalian mau menikah? Kalian memang pasangan serasi, sama-sama tidak tahu malu."
Alina mendengus sebal. Ingin sekali meremas mulut Daniza yang tajam. "Tidak sopan sekali pelayan satu ini." Alina menatap seorang gadis muda yang tadi melayaninya. "Aku mau bertemu dengan pemilik butik ini! Salah satu karyawan sudah berbuat tidak sopan terhadap pelanggan!"
Karina yang melihat keributan itu mendekat. Ia langsung menuju ruangan sang bos untuk memberitahu kejadian di butik. Dengan segera, Ibu Elvira pun keluar menemui Alina.
"Tadinya aku mau pesan gaun pengantin di butik ini. Tapi setelah melihat pelayanan dari karyawan yang sangat buruk, aku membatalkan saja!"
Ibu Elvira menatap Daniza yang sudah menundukkan pandangannya.
"Maaf untuk ketidaknyamanannya," ucap wanita paruh baya itu.
"Aku tidak akan membatalkan niatku memesan gaun pengantin kalau dia dipecat. Karyawan satu ini sangat tidak sopan dan tidak bisa melayani dengan baik."
Daniza tak memberi pembelaan apapun. Baginya percuma, karena Bu Elvira mungkin saja akan menjadikan masalah ini sebagai alasan untuk memecatnya. Ia sudah pasrah jika harus dipecat dan mencari pekerjaan lain.
"Maaf, tapi karyawan saya benar, butik kami hanya melayani orang-orang terhormat. Kalian tidak cocok berbelanja di sini."
"Apa maksudnya ini?" teriak Alina tak terima.
"Apa perlu saya ulang? Butik kami hanya untuk kalangan orang terhormat. Jadi silahkan kalian pergi dari sini!"
Alina melotot tak percaya. Rencanannya untuk mempermalukan Daniza malah berbalik menyerangnya.
****
Hai teman teman. Mampir di karya teman aku juga ya.
Kalian pasti sudah kenal otor satu ini.
Yeah, dia adalah salah satu penulis terbaik di NT. kepoin yuk
Author : Anak Kost
Judul : Boss Mafia's Hot Girl
Jangan lupa mampir ya. Ditunggu
Baca ini ngakaknya ngelebihin dr Allan yg suka modusly. Kereeen...kereen /Kiss/