30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Sudah Jauh Lebih Baik Saat Ini
Nafisha, Nadien dan Denny terlihat makan di kantin Perusahaan.
"Ini makanan pembukaan kita sebagai perayaan, karena pernikahan kamu akhirnya batal," ucap Nadien terlihat begitu semangat.
"Wau pakai acara dirayakan segala," ucap Nafisha sejak tadi tidak berhenti tersenyum.
"Ini masalah yang paling sulit diselesaikan dan memang kita harus merayakannya," sahut Denny.
"Makasih untuk kalian berdua yang benar-benar sudah membantuku dan aku tidak tahu jika tidak ada kalian dan hidupku entahlah seperti apa, sudah diperlakukan tidak baik, dan bahkan di seber penyakit," ucap Nafisha sangat bersyukur karena di tolong Allah.
"Nafisha kamu mungkin berhasil membatalkan pernikahan kamu. Tetapi semenjak kamu mengumumkan di kantor tentang kamu tidak jadi menikah dengan Agam, anak-anak yang julid di kantor belum selesai membicarakan kamu setiap hari ada aja gosip yang mereka keluarkan," ucap Nadien.
"Masa bodo, kalau untuk masalah gosip-gosip dan cibiran orang lain itu sudah hal yang biasa. Telingaku sudah bebal dengan hal-hal seperti itu dan aku tidak peduli," jawabnya dengan tersenyum.
"Memang tidak ada gunanya mendengarkan perkataan orang lain, kita juga makan-makan sendiri dan cari sendiri, kalau hidup kebanyakan mendengarkan perkataan orang lain maka kita akan stop di situ-situ aja jadi lebih baik menjalankan hidup kedepannya," sahut Denny dengan bijak.
"Jangan terlalu banyak berbicara dan sekarang kita nikmati makanan ini sebagai perayaan kita," sahut Nadien membuat mereka semua langsung menyantap makanan tersebut dengan banyak obrolan dan tertawa-tawa.
Nafisha memang tidak peduli dengan orang-orang kantor membicarakannya dengan segala pemikiran mereka karena Nafisha batal menikah dan pasti kebanyakan menyalahkan Nafisha dengan semua dugaan-dugaan yang sama sekali tidak di Nafisha.
Walau terkadang juga kesal saat berpapasan dengan orang-orang yang suka membicarakannya dan apalagi dengan fitnah-fitnah yang dia dapatkan. Tetapi Nafisha menganggap semua itu sebagai angin lalu dan paling juga sebentar lagi akan berakhir.
***
Nafisha sekarang berada di ruangan Arthur dengan kembali memberikan hasil laporan pekerjaannya. Arthur duduk di sofa memeriksa dengan satu kakinya diangkat di pahanya dan seperti biasa atasannya itu sangat teliti memeriksa pekerjaannya, sudah seperti dosen penguji saja pasti menemukan letak kesalahan walau tersembunyi di manapun.
"Ini sudah bagus," Nafisha sedikit kaget mendengar respon Arthur yang ternyata tidak banyak bicara dan mungkin sudah beberapa kali juga Nafisha membenahi beberapa dokumen yang diberikan.
"Cuma ada satu hal yang ingin saya tanyakan kepada kamu," ucap Arthur.
"Apa itu. Pak?" tanya Nafisha.
"Jika kamu membuat minuman yang akan diproduksi pada saat musim panas nanti. Bahan seperti apa yang akan kamu gunakan?" tanya Arthur.
"Perusahaan kita juga bekerja dalam bidang tanaman buah dan sayuran. Dalam proyek yang sudah saya susun ada dua minuman yang ingin saya ciptakan, minuman herbal dan satu lagi minuman penyegar. Untuk penyegar kita bisa menggunakan campuran buah dan juga menggunakan perkebunan perusahaan dan untuk herbal juga kita bisa menggunakan hasil perkebunan perusahaan. Jadi anggaran untuk pengeluaran produk ini tidak jauh-jauh dari perusahaan dan juga tidak memiliki anggaran yang banyak,"
"Untuk komposisinya berasal dari perkebunan dan hanya butuh anggaran untuk kemasan saja dan pemasarannya," Lanjut Nafisha.
Arthur mengganggu-ganggukan kepala, sepertinya ide dari karyawannya itu cukup masuk akal yang memang tidak membuang banyak uang.
"Boleh juga, tapi kamu belum memberi jawaban secara jelas komposisi yang ingin kamu gunakan buah apa itu?" tanya Arthur.
"Karena untuk minuman seperti buah strawberry, jeruk anggur dan lainnya sudah hal yang biasa. Saya pikir kamu akan menggunakan buah yang lain?" tanya Arthur.
"Untuk variasi rasa saya tidak menggunakan banyak jenis buah. Saya ingin menggunakan buah lontar dan dicampurkan dengan satu jenis buah yang ada di perkebunan perusahaan," jawab Nafisha.
"Lontar yang menjadi bahan utamanya?" tanya Arthur. Nafisha mengganggukan kepala.
"Kamu yakin itu berhasil?" tanya Arthur.
"Kita belum mencobanya dan bisa tes rasa terlebih dahulu sebelum mengeluarkan produknya," jawab Nafisha.
"Memang harus tes uji dulu dan baru bisa mengeluarkan dan bagaimana jika semua tidak sesuai dengan ekspektasi kamu. Kamu harus menemukan ide baru secepatnya lagi, jika rasa minuman yang kamu ciptakan bukan menyegarkan dan juga membuat tenggorokan lengket," ucap Arthur.
"Saya yakin ini akan berhasil," ucap Nafisha dengan percaya diri sangat kuat.
"Kalau begitu, kamu siapkan beberapa tim untuk ikut dengan kamu ke perkebunan perusahaan, kamu juga bisa ke pabrik dan lakukan uji rasa langsung, komposisi yang sudah kamu pikirkan," ucap Arthur ternyata tidak membuang-buang waktu langsung memerintahkan kepada karyawannya itu agar bergerak cepat
"Kamu buat saja laporan keperluan dan segalanya dan setelah itu antar kepada saya dan maka saya akan tanda tangan dan kalian berangkat," lanjut Arthur.
"Sekarang?" tanya Nafisha.
"Kalau laporannya kamu siapkan sekarang, maka kamu bisa berangkat sekarang. Bogor tidak terlalu jauh," jawab Arthur.
Lokasi letak perkebunan perusahaan mereka berada di Bogor dan tidak jauh dari Jakarta.
"Baik. Pak," ucap Nafisha dengan menganggukkan kepalanya.
*****
Karena Arthur akhirnya menandatangani proyek pengajuan yang telah diberikan untuk pengeluaran produk terbaru dan Nafisha sekarang terlihat buru-buru menyiapkan proposal kembali untuk pengeluaran anggaran dan juga tim yang ikut bergabung dengannya untuk menyelesaikan produk tersebut.
Nafisha tidak sendirian dibantu oleh teman-temannya yang memang sejak awal sudah dilibatkan.
"Nafisha apa harus mendadak seperti ini?" tanya Nadien, sejak tadi tangannya tidak berhenti mengetik sangat buru-buru.
"Nadien kita harus cepat dan juga harus terjun ke lapangan untuk mengecek komposisi yang sesuai dengan yang kita ajukan," ucap Nafisha.
"Lalu beberapa orang yang pergi ke lapangan?" tanya Nadien.
"Aku sudah tanya satu persatu dan namanya aku tulis sudah setuju untuk terjun ke lapangan dan sisanya akan ada di kantor untuk mengurus yang lain. Waktu yang diberikan benar-benar sangat mepet, aku tidak ingin pak Arthur berubah pikiran dan aku sudah tidak punya ide lagi," ucap Nafisha.
"Iya-iya kamu sabar, ini juga sebentar lagi akan selesai," ucap Nafisha.
"Kamu benar-benar sangat gigih Nafisha," Nafisha menghentikan pekerjaannya, ketika mendengar suara tersebut membuatnya menoleh dan ternyata tak lain itu adalah Sandrina.
"Jiwa persaingan kamu terlihat sangat kompetitif, kamu sebentar lagi sepertinya akan naik jabatan, tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepada kamu sampai-sampai kamu harus membatalkan pernikahan kamu agar mendapatkan proyek ini," ucap Sandrina membuat Nafisha mengerutkan dahi dan begitu juga dengan Nadien heran dengan pernyataan dari Sandrina entahlah apakah itu pujian atau sindiran.
"Bu, Sandrina bicara apa, saya sedang tidak bertanding dan tidak ada jiwa-jiwa kompetitif atau persaingan," sahut Nafisha kembali melanjutkan pekerjaannya dan berusaha untuk setenang mungkin dan masa bodo dengan apapun yang dikatakan Sandrina.
"Benar, kah, tetapi saya melihat kamu begitu semangat sekali, kamu bolak-balik masuk ke ruang atasan dan padahal selama bertahun-tahun bekerja di sini, kamu selalu saja mewakilkan diri kamu untuk meminta tanda tangan masuk ke ruangan itu dan sekarang sangat suka sekali, kamu mulai caper pada atasan," ucap Sandrina dengan seenaknya melontarkan pendapatnya dan pasti dalam pekerjaan ada yang saling iri satu sama lain.
Bersambung......
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa