NovelToon NovelToon
Tubuhku, Takhta Sang Dewa

Tubuhku, Takhta Sang Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti / Romansa Fantasi / Fantasi
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cencenz

Satu tubuh, dua jiwa. Satu manusia biasa… dan satu roh dewa yang terkurung selama ribuan tahun.

Saat Yanzhi hanya menjalankan tugas dari tetua klannya untuk mencari tanaman langka, ia tak sengaja memicu takdir yang tak pernah ia bayangkan.
Sebuah segel kuno yang seharusnya tak pernah disentuh, terbuka di hadapannya. Dalam sekejap, roh seorang dewa yang telah tertidur selama berabad-abad memasuki tubuhnya. Hidupnya pun tak lagi sama.

Suara asing mulai bergema di pikirannya. Kekuatan yang bukan miliknya perlahan bangkit. Dan batas antara dirinya dan sang dewa mulai mengabur.

Di tengah konflik antar sekte, rahasia masa lalu, dan perasaan yang tumbuh antara manusia dan dewa… mampukah Yanzhi mempertahankan jiwanya sendiri?
Atau justru… ia akan menjadi bagian dari sang dewa selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cencenz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Roh Api dalam Tubuh

Desir angin gunung menyapu helaian rambut hitam Yanzhi saat ia berdiri di tepi jurang, memandang kabut tebal yang menyelimuti lembah terlarang.

"Disuruh cari tanaman katanya untuk kepentingan klan…" gumamnya, suaranya penuh nada sarkasme. "Kalau memang penting, kenapa bukan murid inti yang dikirim? Kenapa harus aku, yang katanya paling tidak berbakat?"

Ia menginjak ranting kering di bawah kakinya dengan jengkel.

"Ini jelas akal-akalan Tetua Yu. Mau singkirkan aku secara halus, ya?"

Ia mengibaskan lengan jubahnya, lalu menapaki jalan setapak Hutan Jiwa Kelam dengan geram. Sepanjang jalan ia terus mengomel, seperti sedang bertengkar dengan angin.

"Tanaman Petir Hitam… cuma tumbuh dua puluh tahun sekali, katanya. Lalu enteng saja suruh aku cari. Padahal Tianwu yang sok hebat itu duduk enak di ruang meditasi sambil pamer jurus baru. Huh!"

......................

Sesampainya di dekat lembah, matanya langsung menangkap cahaya biru samar dari balik akar pohon besar. Di sanalah tanaman itu tumbuh—berkilau dengan aura petir.

"Ketemu juga..." bisiknya. "Akhirnya—"

GRAAAHHH!!!

Suara geraman tajam memecah keheningan. Tiga makhluk spiritual muncul dari balik semak, bertubuh besar, bertanduk, dan dipenuhi duri tajam di sepanjang punggungnya. Mata mereka merah menyala, seperti bara neraka.

Yanzhi mundur selangkah, wajahnya pucat.

"Penjaga tanaman ini... makhluk-makhluk sebuas ini?"

Salah satu dari mereka meloncat ke arahnya. Ia menghindar cepat dan melompat ke belakang, hampir tergelincir.

"Aku hanya datang untuk mengambil tanaman... bukan bertarung dengan iblis!" serunya sambil menarik pedang tipis dari punggung.

Ia melancarkan jurus angin pemecah bayangan, tapi serangannya hanya menimbulkan luka ringan di kulit makhluk itu, nyaris tak ada dampak.

"Ini gawat…" gumamnya. "Kekuatan mereka terlalu jauh di atas levelku!"

Dengan cepat, Yanzhi berbalik dan berlari.

"Kalau tahu akan seperti ini, lebih baik aku pergi dari klan sejak lama!" Ia terengah-engah. "Bahkan tempat latihan saja harus rebutan, mana sempat naik tingkat?!"

Makhluk-makhluk itu terus mengejar, langkah mereka menghantam tanah dengan keras.

"Aku belum pernah hidup tenang, belum sempat tahu rasanya makan kenyang tiga kali sehari, dan sekarang dikejar makhluk macam begini?!"

Satu dari makhluk itu mengaum, menunjukkan taring panjang yang bersinar seperti disambar petir.

"Itu gigi atau senjata perang, hah?!"

Langkahnya terhuyung, lalu matanya menangkap celah gua di balik batu besar.

"Kalau itu bukan sarang kalian, semoga aku masih punya umur besok pagi..."

Dengan sisa tenaga, ia lompat masuk ke dalam gua. Nafasnya tersengal. Namun saat ia berusaha berdiri, rasa nyeri menyengat dari lengan kirinya. Darah menetes… dan tanpa sadar, menimpa permukaan batu yang ditutupi segel tua.

ZZZRRHHH!!

Segel kuno di batu pecah seketika. Cahaya putih berputar liar, melesat dan menembus dada Yanzhi. Tubuhnya terangkat, mata melebar saat aura panas menyusup ke seluruh aliran nadinya.

"Ah—apa ini?!" jeritnya. Tapi tubuhnya tak lagi mendengar kehendaknya.

Kepalanya tertunduk, tapi telapak tangannya terangkat perlahan. Angin berputar di sekelilingnya, membentuk pusaran tajam. Cahaya api menyala samar dari tubuhnya.

Makhluk spiritual itu mengaum mengguncang gua, kobaran api membumbung tinggi. Namun dalam sekejap, Yanzhi atau entah siapa yang kini mengendalikan tubuhnya mengayunkan tangan.

WUUSH!!

Gelombang api membara meluncur ke depan, menyapu satu makhluk hingga terpental membentur dinding gua. Suaranya menggeram pecah. Tulang-tulang retak dan bara merah menyembur dari lukanya.

Yang dua lainnya menyerang bersamaan dari sisi kanan dan kiri. Tapi tubuh Yanzhi melayang sedikit, lalu mendarat ringan dengan gerakan penuh wibawa yang mustahil dilakukan manusia biasa. Langkahnya secepat kilat, meninggalkan jejak percikan api yang mengepul. Satu kibasan tangan, dan semburan api berputar membelah udara dengan tajam.

BLAARR!!

Satu makhluk terbelah. Yang satunya lagi terdiam sejenak, lalu mencoba lari.

Namun tubuh Yanzhi bergerak lebih cepat. Ia melesat ke depan, jari telunjuk dan tengahnya menyatu, lalu menunjuk ke arah makhluk itu.

"Terperangkap dalam nyala api abadi, terbakar oleh amarah naga suci."

Seketika, semburan api merah membara meledak dari ujung jarinya, membakar makhluk terakhir hingga menjadi abu.

Hening.

Yanzhi jatuh berlutut, tubuhnya gemetar. Ia memeluk dadanya sendiri, nafas terengah. Jiwanya masih terasa bergetar… dan tiba-tiba—

"Lemah sekali. Tubuh ini… payah."

Yanzhi menoleh ke kanan dan kiri. Tidak ada siapa-siapa.

"A-Apa barusan… aku bicara?"

"Bukan kau yang bicara. Itu aku."

Suara itu bergema dalam pikirannya—dingin, tinggi, dan jelas… bukan suaranya sendiri.

"Apa-apaan ini?! Kenapa tubuhku bisa bergerak sendiri tadi?! Siapa kau?!"

Suara dingin itu menjawab pelan, namun tegas:

"Aku adalah roh yang telah tersegel lama, terperangkap jauh di dalam gua ini. Kau membangunkanku tanpa sengaja. "

Yanzhi terdiam sejenak, masih mencoba memahami.

"Roh? Apa maksudmu? Apa kau berbahaya?"

"Bahaya atau tidak, itu tergantung padamu."

Yanzhi mengatupkan rahang, napasnya mulai tenang.

"Jangan harap aku akan begitu saja menyerah kendali tubuhku padamu."

"Tch. Kau harus ingat, tanpa aku, kau takkan hidup sampai detik ini. Kau menyentuh segelku. Kau membangunkanku. Sekarang kau menjadi wadahku."

"Wadahmu? Jangan bicara seolah-olah tubuhku ini milikmu!" Yanzhi memukul dadanya sendiri. "Keluar dari tubuhku sekarang juga!"

"Kalau bukan karena kekuatanku, kau sudah menjadi bangkai di dasar gua. Bersyukurlah, manusia."

"Siapa juga yang menyuruhmu membantu?! Aku tidak minta diselamatkan oleh roh aneh yang bahkan tidak bisa sopan!"

"Bersikap sopan? Pada orang yang tidak bisa mempertahankan nyawanya sendiri?"

Yanzhi menarik napas dalam-dalam, matanya menyala penuh tekad.

"Kalau kau pikir aku akan membiarkanmu mengendalikan tubuhku… kau salah besar."

"Dan kalau kau pikir tubuhmu pantas menyimpan kekuatanku, kau lebih bodoh dari yang kukira."

Tubuh Yanzhi masih terasa berat, tapi kesadarannya perlahan kembali. Ia memaksakan diri berdiri meski lututnya gemetar. Rasa hangat samar masih tersisa di nadinya, jejak dari kekuatan yang baru saja mengambil alih tubuhnya.

Matanya menyapu sekitar. Makhluk-makhluk spiritual yang menyerangnya telah lenyap menjadi abu. Gua itu masih bergetar samar oleh sisa energi pertempuran, tapi sunyi mulai menyelimuti.

Yanzhi mengepalkan tangan.

"Aku belum selesai di sini…"

Ia memejamkan mata sejenak, menenangkan pikirannya. Meski ada roh misterius dalam tubuhnya, tujuannya belum berubah.

Tanaman itu. Dia datang ke sini untuk itu.

Yanzhi menggeram pelan, lalu mulai berjalan perlahan meski tubuhnya masih terasa berat.

"Dengar, aku nggak tahu kau itu roh apa, tapi aku gak mau jadi boneka siapa pun!"

"Bukan boneka. Hanya wadah. Sementara."

"Menyebalkan!" desis Yanzhi. "Kalau kau memang sehebat itu, kenapa butuh tubuh orang lain buat bangkit?!"

"Tubuhku telah lama hancur bersama perang besar yang tak kau kenal. Tapi langit tidak membiarkanku lenyap. Sebagian jiwaku disegel… dikurung dalam kehampaan. Hingga segel itu retak, dan aku terbangun di tubuhmu."

Yanzhi terdiam. Ucapan roh itu terdengar terlalu rinci untuk sebuah kebohongan. Tapi ia menggeleng, mencoba menyangkal.

"Itu urusanmu. Aku tidak mau ikut campur."

"Terlambat. Segel telah rusak, dan sebagian jiwaku telah melekat pada tubuhmu. Sampai waktunya tiba… kita akan tetap terikat."

"Terikat?" Yanzhi mencibir. "Aku bahkan tidak tahu siapa dirimu."

"…Aku tidak ingat."

"Apa?" Yanzhi terkejut.

"Ingatanku terkunci bersama bagian jiwaku yang masih tersegel. Tapi ada satu hal yang tak kulupakan: Aku pernah berdiri di atas gunung tulang, menatap langit yang runtuh… dan namaku ditakuti."

Yanzhi memejamkan mata, lalu mendengus.

"Hebat. Jadi aku dapat roh yang lupa ingatan, sombong, dan suka meremehkan orang."

"Dan kau… manusia lemah, keras kepala, dengan mulut yang tak pernah diam."

Mereka diam sejenak.

Suara detak jantung Yanzhi mulai tenang. Napasnya membaik. Ia menatap langit-langit gua, batu-batu kristal kecil berpendar redup di atas sana.

"…Kalau kau memang harus tetap dalam tubuhku," ujarnya pelan, "setidaknya jangan muncul sesukamu. Tubuh ini tetap milikku."

"Aku tak tertarik mengendalikannya setiap saat. Terlalu lemah… dan menyusahkan."

Yanzhi mencibir lagi.

"Kalau kau merasa terganggu, silakan keluar."

"Kalau kau ingin mati cepat, silakan usir aku."

"…Terserah." Ia mulai berjalan perlahan ke mulut gua. "Tanaman Petir Hitam itu belum kutemukan. Aku gak pulang dengan tangan kosong."

"Kau bodoh."

"Sudah sering dibilang begitu. Tapi aku masih hidup, kan?"

Roh itu diam, namun aura samar bergetar lembut dalam tubuh Yanzhi, seolah tertawa pelan.

......................

Langkah kaki Yanzhi menyusuri hutan lembap, suara ranting patah dan desiran dedaunan jadi satu-satunya pengiring. Langit mulai menggelap, awan hitam menggulung perlahan di balik puncak-puncak batu.

Ia melirik luka di lengannya. Darahnya sudah kering, tapi rasa nyeri masih menempel.

"…Kalau kau bisa menghilangkan rasa sakit, kenapa nggak sekalian?" gumamnya.

"Tubuh ini milikmu. Luka itu tanggung jawabmu."

"Serius?" Yanzhi mengangkat alis. "Tadi waktu mengalahkan monster-monster itu, kau pamer kekuatan sampai gua bergetar, sekarang pura-pura gak bisa?"

"Kau ingin bantuan lagi?"

Yanzhi langsung diam. "Lupa. Kau pelit."

Langkahnya terhenti di dekat pohon berakar gelap yang mencuat dari celah tebing. Di atas tanah yang terbelah, kilatan biru samar menyala pelan, di sanalah tanaman Petir Hitam tumbuh. Daunnya tipis dan bergerigi, batangnya berdenyut perlahan seperti aliran listrik hidup.

Yanzhi menelan ludah. "Itu dia…"

Ia menoleh cepat ke sekeliling. Sunyi. Tak ada makhluk spiritual. Tak ada suara geraman.

"Kalau tiba-tiba muncul makhluk lain, aku akan lari secepat mungkin," gumamnya sambil merunduk hati-hati.

Ia mengeluarkan kantong penyimpan dari balik jubah, lalu meraih batang tanaman itu perlahan.

ZAP!

Petir kecil menyambar ujung jarinya.

"Auw! Dasar tanaman sialan!" Yanzhi menarik tangannya, tapi dengan cepat menggigit bibir dan kembali meraih, kali ini dengan dua tangan. "Tenang… demi hidup yang damai, demi tidak dibuang oleh klan…"

Ia berhasil mencabutnya perlahan. Begitu akar tanaman terlepas dari tanah, energi listriknya mereda, seperti menyadari bahwa ia tak bisa lagi melawan.

Yanzhi memasukkannya ke dalam kantong, mengikatnya kuat.

"Berhasil…" ujarnya lega, duduk bersandar di akar pohon.

"Kau beruntung."

"Bukan beruntung. Gigih."

"…Bodoh."

Yanzhi mendesis. "Kenapa kau gak tidur lagi aja? Aku bisa lebih tenang kalau tidak ada suara nyinyir di kepalaku."

"…Kau bukan wadah yang menyenangkan, tapi aku sudah terikat. Jadi berhentilah mengeluh."

"Huh." Yanzhi berdiri. "Ayo pergi dari sini sebelum petir beneran turun dan kita disambar bersama."

Ia menapaki jalan turun, menuju celah yang akan membawanya kembali ke kaki gunung.

Namun dari kejauhan… kabut tebal mulai bergerak, seolah hidup. Dan di dalamnya, sosok berjubah hitam berdiri diam, menatap ke arah gua dari balik bayangan pohon tua.

Langkah-langkah Yanzhi membawa dirinya semakin jauh dari tempat tanaman itu tumbuh. Tapi semakin ia menuruni lereng, rasa tak nyaman menyelinap ke dalam hatinya. Angin terasa lebih dingin, seolah membawa bisikan asing.

Ia menoleh ke belakang. Tak ada apa pun. Tapi nalurinya… berkata lain.

"Ada yang mengawasi."

"Aku tahu," sahut suara dalam kepalanya. "Sejak kau menyentuh tanaman itu, sesuatu bergerak. Aura lama yang tersegel di tempat ini telah bangkit."

Yanzhi mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

"Tanaman Petir Hitam bukan sekadar obat langka. Ia tumbuh di atas bekas medan pertempuran kuno. Tempat ini… menyimpan lebih dari sekadar makhluk spiritual."

Langit bergemuruh. Petir menyambar di kejauhan, menciptakan siluet tajam dari pepohonan yang menjulang. Dan dari balik kilatan cahaya itu, sebuah bayangan tampak bergerak.

Yanzhi berhenti. Napasnya tercekat.

Sosok berjubah hitam perlahan berjalan keluar dari kabut. Jubahnya panjang, terseret tanah, dan di bawah tudungnya, hanya tampak sepasang mata merah menyala.

"Apa itu manusia?" bisik Yanzhi pelan.

"Bukan. Bukan manusia… dan bukan makhluk spiritual biasa."

Sosok itu berhenti tak jauh darinya. Angin berhenti bergerak. Dunia terasa diam.

Lalu, suara berat dan rendah menggema dari sosok itu, seolah keluar bukan dari mulut, tapi dari dalam bumi.

"Kau… yang membangunkan segel itu?"

Yanzhi menelan ludah. Ia tak menjawab.

"Aura itu… aku mengenalinya." Mata merah itu menyipit. "Roh tua dari Perang Langit Selatan. Mustahil… kau seharusnya lenyap."

"Siapa dia?" tanya Yanzhi dalam hati, pelan.

"Musuh lama… yang pernah kuhadapi sebelum ingatanku hilang. Walau aku lupa banyak hal, aura dan niat jahatnya masih bisa kurasakan."

"Lepaskan kekuatan itu," kata sosok berjubah gelap. "Tubuhmu bukan milikmu lagi. Kau hanya pembawa bencana."

Yanzhi mundur selangkah. "Aku… aku tidak paham maksudmu."

Sosok itu mengangkat tangan. Di telapak tangannya, api berwarna ungu berkumpul, berputar perlahan, lalu membentuk tombak dari energi gelap.

"Kalau kau tak bisa melepaskannya… maka aku akan memisahkanmu dari roh itu dengan paksa."

"Cepat katakan, kita bisa melawan dia?" bisik Yanzhi dalam hati, panik.

"Jika aku meminjam tubuhmu lagi… mungkin," sahut suara itu pelan. "Tapi kau tahu akibatnya. Tubuhmu bisa rusak. Mungkin… tak akan kembali seperti semula."

Petir menggelegar di langit.

Dan sosok itu melemparkan tombaknya langsung ke arah Yanzhi.

...****************...

1
dewi roisah
lanjut lagi seru serunya..
Zhenzhen: Siap! Makasih banyak, senang banget kamu menikmati ceritanya /Heart//Heart/
total 1 replies
Nanik S
Lembah Angin
Nanik S
Kepala baru memang sangat bodoh
Nanik S
Pasti Yanzhi adalah sasaran Lu Ming
Nanik S
mereka seperti teman tapi yang sat keras kepala yg satu Usil 🤣🤣🤣
Nanik S
💪💪💪👍👍👍
Nanik S
Lanjutkan Tor
Zhenzhen: Lanjut terus dong! Makasih sudah ngikutin ceritanya/Joyful//Determined/
total 1 replies
Nanik S
Benar sekali untuk apa ramah pada merdeka yang merendahkan kita
Nanik S
Keras kepala bener Yanzhi
Zhenzhen: Hehe iya, Yanzhi memang keras kepala banget, tapi itu yang bakal bikin perkembangan karakternya menarik/Scream/
total 1 replies
Nanik S
Yanzhi... lemah tapi keras kepala
Zhenzhen: Betul sekali! Dia masih lemah di awal, tapi tekadnya yang keras bakal jadi pondasi pertumbuhannya nanti./Determined/
total 1 replies
Nanik S
Cerita awal yang menarik
Zhenzhen: Senang banget kalau awal ceritanya terasa menarik! Semoga bab-bab selanjutnya juga bikin penasaran ya. Terima kasih sudah membaca/Pray/
total 1 replies
Nanik S
Hadir
Zhenzhen: Terima kasih sudah hadir dan mulai baca dari Bab 1! Semoga ceritanya bisa menemani harimu. /Determined//Determined/
total 1 replies
k
Ternyata seru banget!/Angry/ceritanya ringan tapi tetap bikin penasaran. Cocok buat kalian yang suka fantasi tapi tetep mudah diikuti. Rekomen banget!/Kiss//Kiss/
Zhenzhen: Terima kasih banyak untuk ulasannya!/Heart/
Senang banget tahu kalian enjoy sama ceritanya.
Aku bakal terus usaha biar makin seru ke depannya /Determined//Determined/
total 1 replies
Aji Pangestu
waw sangat bagus
Zhenzhen: Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan meninggalkan ulasan seindah ini /Kiss/
Aku benar-benar senang ceritanya bisa sampai ke hati pembaca /Heart//Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!