Vivienne terbangun, dan melihat tempat itu berbeda dari rumahnya. Dia mengingat bahwa merayakan festival tahun baru untuk pertama kalinya. Di tengah keramaian yang penuh sesak itu, dia mengalami serangan panik dan penyakit nya asma yang mungkin membuat nya meninggal.
Vivienne melihat sekeliling, "Dimana aku?"
"Tentu saja di kamar anda, ya mulia," ucap seseorang membuyarkan lamunannya.
"Ya mulia? siapa aku?"
"Anda Ya mulia permaisuri Vivienne Greyhaven."
Vivienne seketika teringat sebuah novel yang berjudul I'm a villain mom. Dimana tokoh sang ibu mati dengan mengenaskan di tangan ketiga pangeran, anak-anak nya. Lalu bagimana nasib Vivienne sekarang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[27] Madam Esther
Beberapa saat kemudian, Kereta kuda mereka sampai di kediaman Duke Valerius. Namun, sedari tadi Vivienne mengamati dari kereta itu tak ada satupun penyambutan dari tuan rumah, sangat hening seperti tak terjadi apa-apa. Padahal mereka tau seorang permaisuri akan datang ketempat mereka.
Vivienne menoleh pada orang yang ada di dalam kereta yang nyata tak bergeming dan tanpa ada yang memahami situasinya.
Tidak berselang lama kereta kuda mereka berhenti di halaman Duke Valerius, kusir yang membantu naik tadi, kini sedang membuka pintu kereta itu. Namun ketika menadah keluar lagi-lagi tak ada kesan pesta sama sekali.
"Mari Ya Mulia,"
Ketika lamunan Vivienne sedang dalam-dalamnya, Tiba-tiba kusir itu mengulurkan tangan untuk membantu Vivienne turun. Vivienne kemudian turun dari sana di bantu dengan kusir dan sedikit membuang jauh-jaih pikiran yang terlintas di benak nya.
Hingga satu persatu orang yang berada di dalam kereta turun dari sana, setelah itu kusir yang membantu mereka turun berjalan dengan cepat untuk memindahkan kereta kudanya.
Vivienne mengelus dagunya, "Anna, apakah kita salah hari, akan sangat memalukan datang ke pesta yang belum di selenggarakan," tanya Vivienne.
"Tidak Ya Mulia, Hamba sudah membaca nya dengan baik, hamba tidak mungkin salah hari," ujar Anna kembali membuka undangan dari madam Esther yang di masukkan dalam kantong yang selalu di bawah jika pergi keluar itu.
"Jadi acaranya hari ini, ada yang tidak beres… kalau begitu aku akan berbuat hal memalukan karena aku tidak salah kali ini, tapi mereka." gumam Vivienne menyeringai.
"Ayo! semua nya masuk!" ajak Vivienne berjalan dengan cepat agar orang-orang di belakangnya mengikuti Vivienne.
Tidak berselang lama, mereka sampai di aula acara setelah beberapa kali berkeliling di mansion yang besar itu. Vivienne menatap nyalang kearah para perempuan bangsawan yang menghadiri acara penggalangan dana itu.
"Tenyata memang mereka mau mempermainkan aku, terlebih lagi sang penyelengara acara ini, Madam Esther," ujar Vivienne.
Vivienne melangkah dengan cepat, dan suara itu terdengar nyaring di seluruh penjuru aula yang membuat semua perempuan bangsawan disana menoleh kearah Vivienne yang kini nampak merah padam.
"Hey… bukankah itu permaisuri, aku tidak pernah melihat keluar?" tanya seorang bangsawan perempuan yang topi lebar dengan bulu di atasnya seraya menunjuk kearah Vivienne yang begitu cepat meninggalkan tiap meja yang di isi perempuan bangsawan itu.
"Iya, kau benar Flora, ku dengar-dengar permaisuri telah berubah dan mendepak keluar si kepala pelayan tak tau diri itu," ujar Helena mengambil cemilan di atas mejanya.
"Dia senang sekali menjilat semua orang yang menurut nya bisa di manfaat termasuk Madam Esther," jawab Flora.
"Jujur saja aku jijik setiap dia mengatakan bahwa dia akan menjadi permaisuri suatu saat nanti," ketus Elisa.
"Tapi, kenapa Madam Esther sangat senang dengan Rosalind?" tanya Flora.
"Mungkin, kejadian di masa lalu, katanya salah satu anak Madam Esther juga menjadi kandidat permaisuri, namun dia gagal," bisik Elisa di dekat telinga Flora dan Helena yang mendekat kearah bibir Elisa.
"Yang benar…"
Vivienne mendengar semua percakapan itu, menoleh sekilas kearah sumber suara dan kembali fokus pada orang yang di hadapan nya, yaitu Madam Esther.
Wanita lanjut usia itu terlihat duduk di paling depan di antara kursi yang lainnya. Terlihat kursi di sana sudah penuh sedangkan kursi belakang masih tersisa sedikit, namun di pikiran Vivienne bagaimana bisa seorang permaisuri di letakkan di paling belakang.
Vivienne berdiri di sebelah Madam Esther kini dengan tatapan mata yang nyalang, namun sang pemilik acara tidak menanggapinya dan malah asik mengobrol dengan orang-orang yang berada disana seolah dengan sengaja mengabaikan nya.
Hingga Vivienne mengebrak meja itu yang membuat semua orang kaget dan menyentuh dada mereka melihat kemurkaan Vivienne. Namun, Madam Esther nampak tak bergeming, menoleh pada Vivienne dengan datar dan kipas dari beludru menutup setengah wajah nya sekarang.
"Anda tidak sopan sekali?" ujar Madam Esther tak terima.
"Tidak sopan kau bilang," geretak Vivienne memegang pinggang kanan dan tangan kiri berada di atas meja.
Madam Esther masih angkuh seolah seluruh tubuhnya membatu dan persetan dengan peraturan kerajaan yang menjemukan itu, Madam Esther ingin tetap melawan.
"Biar ku ingatkan kau tentang aturan kerajaan, dan hierarki kerajaan, artinya kau harus mendapatkan hukuman," jelas Vivienne menatap mata Madam Esther dengan tatapan elang nya.
"Anda siapa bisa mengancam saya, Anda hanya permaisuri boneka," ujar Madam Esther masih bersembunyi di balik kipasnya.
"Tidak perlu pura-pura anggun Madam Esther, aku tau kebusukan mu," geram Vivienne melihat tingkah wanita tua itu makin menjadi-jadi.
Madam Esther terlihat geram dan menutup kipasnya dengan kencang sehingga seluruh tamu yang datang mendengar suara itu, dia sengaja agar semua mata tertuju pada Vivienne dan dirinya.
Madam Esther berdiri dengan cepat membesarkan bola matanya, yang kini hampir copot karena sebuah kemurkaan yang buat oleh dirinya sendiri.
Melihat hal itu Orion mencoba menghalangi Madam Esther yang seperti nya akan menyerang Vivienne. "Jangan sentuh permaisuri atau kau akan mendapatkan masalah dari ku,"
"Utu...tutuh, para pengeran yang tidak pernah di perhatian, mengapa begitu perduli dengan permaisuri yang tidak pernah menganggap kalian ada," ledek Madam Esther melihat Orion menjadikan dirinya tameng demi ibunya.
"Sudah Orion, sana jaga adik mu, biar Mama yang urus wanita itu," ujar Vivienne menyingkirkan tubuh putranya dari hadapan nya.
Orion terdiam, dia merasa aneh pada dirinya mengapa tiba-tiba dia membantu ibunya. Entah gerakkan dari mana tadi yang membuat menjadi tameng untuk Vivienne. Padahal benar kata Madam Esther, ibunya tidak pernah perduli padanya.
Orion mengepalkan tangan erat kemudian menghempaskan tangannya, lalu menemui adik yang ketakutan bersama Anna. "Jangan cengeng bodoh," gerutu Orion pada Asher.
"Bagaimana? Anda ingin duduk di belakang dan tetap ikut acara ini, atau pulang?" ledek Madam Esther memalingkan wajah dengan anggun.
"Untuk apa aku pulang? tapi tidak papa juga kalau aku pulang, acara ini akan batal," ujar Vivienne menyentuh dagunya dengan jari telunjuk nya.
Semua orang keheranan dengan maksud permaisuri mereka, begitupun Madam Esther yang kini nampak panik dengan perkataan Vivienne barusan.
"Apa maksud mu?" tanya Madam Esther khawatir.
"Penyumbang paling banyak dari tahun ke tahun adalah istana kerajaan, padahal ini acara mu, tapi, tidak papa karena ini acara sosial aku rela memberikan uang untuk rakyat ku…"
"Tapi, jangan Anda korupsi ya?" ancam Vivienne dengan mata yang menyelidik kearah Madam Esther.
"Mana pernah aku begitu," sahut memalingkan wajahnya dengan pandangan mata ke bawah seolah ada hal besar yang dia sembunyikan.
ingat qmampir thor.
jangan setengah2 ya thor.