NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Identitas Tersembunyi / Tamat
Popularitas:3.6M
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6

Stelah pertengkaran di ruang tengah Anjani masuk ke kamar. Ia berbaring membelakangi ruangan, menghadap jendela. Air matanya menetes pelan, tanpa suara. Ia menggigit sudut bantal agar isaknya tak terdengar. Dada sesak, tapi ia memilih diam.

Riki masuk beberapa menit kemudian. Wajahnya diliputi kebingungan. Ia mencintai Anjani, tapi juga tak mampu menolak kehendak ibunya.

“Anjani... tolonglah, mengerti kondisiku,” ucap Riki pelan.

Tak ada jawaban.

“Anjani?” panggilnya lagi, ragu.

“Ceraikan aku, Mas,” jawab Anjani lirih, masih membelakangi.

Riki tertegun. “Astaghfirullah, Anjani... jangan kekanak-kanakan. Perceraian itu dibenci Allah.”

Anjani menarik napas panjang. “Tindakan zalim juga dibenci Allah.”

“Siapa yang zalim, Anjani?”

“Sudahlah, Mas. Aku mau tidur,” jawabnya datar, menahan amarah.

Diam-diam Anjani bertanya dalam hati: apakah marah karena suami dijodohkan dengan wanita lain disebut kekanak-kanakan?

Pagi datang dengan tenang. Udara masih dingin ketika Anjani bangun, jauh sebelum azan Subuh berkumandang. Tanpa suara, ia mulai membereskan baju-bajunya, memasukkannya satu per satu ke dalam koper. Tangannya cekatan, namun hatinya getir. Di sudut kamar, ia melihat Riki masih terlelap dengan ponsel yang disembunyikan di bawah bantal—kebiasaan baru yang tak pernah dilakukan saat mereka tinggal di kontrakan dulu.

Dulu, saat Riki masih menjadi ojek daring dan mereka hidup serba sederhana, Anjani yang sering membersihkan ponselnya, membaca dan bercanda soal pesan-pesan yang masuk. Tak ada yang disembunyikan. Itu adalah momen hangat, saat cinta mereka masih jujur dan terbuka. Tapi kini, segalanya berubah.

Setelah koper terkunci rapat, Anjani mengambil air wudhu dan menunaikan salat Subuh. Usai berdoa, ia masuk ke dapur, membuat dua lembar roti bakar dan segelas susu. Ia duduk tenang, menyeruputnya pelan. Jam menunjukkan pukul 05.30. Biasanya, pada jam ini, Anjani akan membangunkan Riki untuk salat. Tapi pagi ini, ia membiarkannya tidur.

“Anjaniiiii!” teriak Mirna dari kamar seberang.

Riki sontak terbangun dan menoleh. “Anjani, kenapa kamu nggak bangunin aku?” tanyanya dengan nada tinggi.

Anjani hanya menoleh sebentar. “Mas kan sudah dewasa, harusnya bisa bangun sendiri. Atau Mas juga masih kekanak-kanakan seperti tuduhan Mas ke aku?” ucapnya datar sambil menghabiskan susunya.

“Anjaniii!” suara Mirna kembali menggema.

Riki mulai gusar. “Kamu mau ke mana, sih?” tanyanya.

“Aku mau pergi, Mas. Dan kalau kamu nggak mau menceraikanku, aku yang akan menggugat cerai kamu.”

“Cerai, cerai, cerai! Itu saja isinya otak kamu! Cobalah jadi istri yang dewasa, jangan sedikit-sedikit minta cerai!” bentak Riki kesal.

Anjani bangkit sambil membawa koper. “Aku cuma memberi tahu, Mas. Bukan minta izin.”

Ia membuka pintu kamar. Di depan sana, Mirna sudah berdiri dengan mata melotot.

“Anjani, kenapa kamu nggak masak lagi pagi ini?” hardiknya.

“Aku mau pergi, Bu.”

“Mau ke mana kamu?” tanya Mirna curiga.

“Aku mau bercerai dari Mas Riki. Jadi aku tidak akan tinggal di rumah ini lagi.”

“Anjani!” Adi ikut bersuara. “Perceraian itu dibenci agama.”

“Berbuat zalim juga dibenci agama, Pak,” jawab Anjani tanpa ragu.

“Siapa yang zalim padamu?” tanya Adi.

“Menjodohkan suamiku dengan wanita lain, bukankah itu bentuk kezaliman?”

“Ya Allah, Anjani. Itu cuma hal kecil. Keluarga ini ingin menjaga kehormatan, dan kamu tetap diberi nafkah. Tidak ada yang dirugikan,” ucap Adi dengan nada enteng.

“Hal kecil bagi kalian, tapi bukan bagiku,” tegas Anjani. “Saya pamit. Maaf jika banyak salah.”

Adi hendak bicara lagi, tapi Mirna lebih cepat memotong.

“Sudah, Pak! Biarkan saja! Aku yakin dia bakal balik juga ke rumah ini. Mana bisa dia bertahan hidup tanpa uang dari Riki? Dia cuma wanita kampung yang hidupnya bergantung pada suami!”

Mirna menatap tajam Anjani“Dia tidak akan pernah bisa menggugat cerai kamu riki, memang siapa dia, mengerti pengadilan juga tidak, dan dia pasti tidak punya uang menggugat kamu, kamu jangan lemah, sudah biarkan dia pergi”

Anjani hendak melangkah pergi saat suara lirih Riki menahannya.

“Anjani... tolong, jangan pergi,” ucap Riki, dengan suara yang aga keras   .

Anjani menoleh. Tatapannya tajam, namun suaranya tetap tenang. “Maaf, Mas. Aku hanya akan tetap bersamamu jika kamu tidak poligami... dan kita pindah dari rumah ini.”

Mirna langsung membelalak. Ia berdiri bertolak pinggang. “Siapa kamu, ha? Berani-beraninya mengatur anakku! Kalau mau pergi, pergi saja! Kami tidak butuh wanita kampungan seperti kamu!”

“Anjani...” suara Riki nyaris pecah. “Jangan pergi...”

“Diam kamu!” bentak Mirna, tajam dan penuh kemarahan.

Riki bungkam. Ia hanya menunduk, tak mampu membalas. Adi, yang sejak tadi diam, hanya menggelengkan kepala pelan.

“Ah, paling juga cuma ngambek,” celetuk Nina sambil nyengir. “Nanti juga balik lagi.”

“Iya, nanti lapar juga pulang sendiri. Dia itu nggak berpendidikan, nggak punya koneksi di kota. Mana mungkin bisa hidup di luar sana,” timpal Nani sambil tertawa kecil.

“Makanya, kamu harus tegas, Ki,” tambah Mirna. “Kalau dia balik lagi ke rumah ini, jangan lembek. Kasih pelajaran! Ini semua gara-gara kamu terlalu memanjakan dia.”

Riki hanya mengangguk pelan dan berjalan menuju gerbang. Dari kejauhan, ia melihat sebuah mobil SUV hitam—Toyota Fortuner—sudah terparkir di depan rumah. Wanita yang kemarin, yang menjemput Anjani dengan Mini Cooper, kini membantunya memasukkan koper ke bagasi mobil.

Riki memicingkan mata. “Siapa dia? Kenapa mobilnya gonta-ganti? Apa benar Anjani nggak punya koneksi?”

“Kenapa, Ki?” tanya Adi yang ikut menghampiri.

“Anjani dijemput pakai Fortuner, Pak... kemarin Mini Cooper,” ucap Riki, nyaris berbisik.

“Mungkin itu taksi online, Ki,” balas Adi enteng.

“apa mungkin taksi online mobilnya semewah itu dan drivernya cantik dengan dandanan berkelas” pikir riki dalam hati

“Riki! Masuk!” teriak Mirna dari dalam rumah.

Riki berdiri mematung. Untuk pertama kalinya... ia benar-benar merasa takut kehilangan Anjani.

Riki masuk ke kamar dengan langkah lesu. Ia masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya berulang kali. Air yang mengalir tak mampu menyapu kekosongan yang mulai menggerogoti dadanya.

Setelah selesai mandi, ia keluar dan tertegun. Di atas tempat tidur, baju kerjanya sudah tergantung rapi. Anjani, rupanya, masih sempat menyiapkannya sebelum pergi.

Air mata Riki jatuh tanpa disadari. “Mungkinkah ini terakhir kalinya Anjani menyiapkan semuanya untukku?” gumamnya lirih.

Dengan tangan gemetar, Riki mencoba mengenakan celana. Berkali-kali ia salah arah hingga akhirnya melempar celana ke kasur dengan kesal.

“Sial… kenapa memakai baju saja terasa sesulit ini?” desahnya.

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Hari ini seharusnya menjadi hari besar baginya—SK pengangkatan sebagai kepala cabang akan turun. Tapi entah mengapa, tak ada rasa bahagia. Yang ada hanya kekosongan.

Di ruang makan, Mirna tampak sibuk sendiri. Peluh menetes dari dahinya saat ia berusaha menyiapkan sarapan. Riki memandang ibunya, sedikit iba.

“Nina, Nani, kalau kalian tidak bantu Ibu, uang jajan kalian bulan ini akan kupotong!” ucap Riki tiba-tiba, tegas.

“Ih… Abang, aku nggak mau ngerjain kerjaan rumah. Aku ini calon wanita karir. Jijik, tahu!” protes Nina sambil meringis.

“Nina!” bentak Riki.

Dengan malas, Nina dan Nani akhirnya bangkit membantu Mirna di dapur.

Beberapa menit kemudian, mereka duduk di meja makan. Tak ada canda. Tak ada obrolan seperti biasanya. Bahkan tak ada suara yang menghina Anjani—karena sosok yang biasa dijadikan sasaran kini telah pergi.

“Uwek!” Pak Adi hampir memuntahkan makanan.

“Ini nasi goreng asin banget!” keluhnya.

Riki juga merasakannya. Tapi lidahnya seperti mati rasa. Yang ada hanya bayang-bayang wajah Anjani.

“Pak, bisa nggak, sedikit saja... hargai Ibu?” sahut Mirna dengan mata menyipit.

“Iya... maaf, Bu,” jawab Adi cepat.

Sarapan pun berlanjut dalam keheningan yang asing dan mencekam. Rumah itu, tanpa Anjani, benar-benar kehilangan rohnya.

1
Ika Yanti Unyil
ceritanya makin ke belakang makin menegangkan meski Anjani yg jadi target dari segala kekuasan tapi selalu ada penolong dan penjaga yg ada disekitarnya.
alur ceritanya keren thor.tiap babnya panjang.baca maraton g bisa selesai seharian.
cuma ada beberapa tokoh yg tidak diketahui akhirnya.seperti nina nani, viona,laras
terus semangat berkarya thor ❤️ ❤️ ❤️ ❤️
Quen
lah Anjani sendiri yng membuat dia dihina Dimana mana iya sih hidup sederhana tapi ga ush diem ajh kaya orang bisu itu lah kenapa di makin di hina karna ulah diri sendiri percuma umg banyak cuman di timbun gapain buat orang mkin menjadi dihina hina mau selalu berlaga sebagi korban padahal bisa bela diri sendiri tapi selalu memilih jadi bisu
Mdm Eng
👍
sherly
ternyata Riki bukan anak kandung Adi...
sherly
kalo seperti ini di om itu Adi bapaknya si Riki... astaga calon mantu di mbat duluan ya pak
sherly
hahaha Riki kena Ama Tukang tipu... rasain
sherly
ngk capek kepalamu... dikasi uang hanya numpang lewat minuz lagi... emang laki sebiji nih perlu di kasi sianida
sherly
suka atimulah Riki... semua lu mau serasa lu banyak duit banget sampai mau beristri dua
sherly
jahat banget.. sblm jd manager si Riki hanya ojol...
sherly
ini mah bukan sederhana Anjani tp pelit masa iya kamu hanya jatahin dirimu 50.000 emang duitmu yg banyak itu mau kamu kemanakan? dinikmati donk tp jgn boros ..
sherly
senyum pas terimaa amplop selanjutnya migran pas dah bayar sana sini tagihan trus duitnya ngk ada sisa malah kurang... rasain
sherly
mertua lakimu luar biasaa... kalo tau Mirna bisa kumat jantungnya ..
sherly
hahahah si pelakor banyak gaya ultah dihotel eh tidur kok dikontrakan
sherly
jahatnya ibu mertua, adik ipar plus keluarga besar suamimu... pergilah Anjani... biar pening kepala si Mirna besok hrs masak, nyuci
sherly
ya kamu yg buat dirimu seperti skrg... si Riki kamu kasi peluang ya gini lah
sherly
ngk ada guna Anjani smua titlemu toh kamu skrg jd pembantu dirumah itu pandangan mertua dan iparmu... gratis lagi...
sherly
lemah banget sih
sherly
jgn bego deh Anjani...
sherly
haduhhhh pliss deh jgn kayak gini donk Anjani....
sherly
sialan bener dah .... aduh Anjani cepat kabur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!