Dulu dia dibutakan cinta maka dari itu Douglas setujudengan perjanjian pernikahan mereka. Tapi, setelah hampir 4 tahun menikah Douglas merasa hampa tanpa hadirnya seorang anak dalam pernikahan mereka. Istrinya yang selalu sibuk tidak pernah ada waktu untuknya membuatnya semakin berada di titik jenuh pernikahannya.
"Kenapa kau tidak mencari wanita lain saja yang mau mengandung anakmu," saran sesat dari sahabat Douglas yang sepertinya patut untuk dipertimbangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seberapa banyak?
"Mas Bule, ada apa? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bintang, khawatir saat melihat Doug menatap ponsel dengan raut dingin. Tidak ada jawaban. Sampai akhirnya ia menyentuh lengan kekar pria tersebut. "Mas ..." ucapan Bintang terhenti saat Doug menoleh padanya.
Tatapan tajam Doug dan raut wajahnya yang begitu dingin kini perlahan menghilang, tergantikan dengan tatapan hangat saat berhadapan dengan gadis bernama Bintang.
"Kamu baik-baik saja?" Bintang kembali mengulang pertanyaan yang sama tanpa menyurutkan rasa khawatirnya.
"Emh ... yeah, aku baik-baik saja." Doug tersenyum tipis, dalam hati berbunga-bunga, bahagia sekali mendengar gadis itu memanggilnya 'Mas Bule'.
"Huh, syukurlah." Bintang bernafas lega mendengarnya. "Tadi kamu kelihatan tegang sekali saat menatap ponselmu." Imbuhnya sembari menunjuk ponsel yang digenggam Doug.
"Ada masalah di Prancis, tapi bukan masalah besar. Masih bisa di atasi dari sini," jawab Doug terdengar sangat meyakinkan.
Bintang mengangguk, percaya dengan penjelasan Doug.
"Oh, iya, besok aku tidak bisa menemanimu karena aku ada urusan," ucap Bintang pada pria tersebut.
"Urusan apa? Boleh aku tahu?"
"Besok aku harus hadir sebagai saksi di sidang pidana ibu tiriku," jawab Bintang, kemudian menjelaskan tentang peristiwa saat pertama kali mereka bertemu di hotel. "Ternyata ibu tiriku adalah dalang dibalik semua ini. Dia menjualku kepada mucikari. Beruntung saat itu aku bertemu denganmu. Aku tidak bisa membayangkan jika saat itu kamu tidak menolongku, mungkin sekarang aku sudah kehilangan kesucianku dan menjadi wanita malam." Bintang menjelaskan semua itu sambil menatap Doug dengan pandangan berkaca-kaca.
'Kesucianku'
Doug malah fokus pada satu kata itu. Ia menatap gadis dihadapannya ini dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Tanpa sengaja gadis itu telah mengungkapkan bahwa dia masih suci, belum terjamah oleh siapapun. Seperti mendapatkan jackpot, Doug sangat bahagia mendengarnya. Ia jadi semakin semangat mengejar cinta gadis itu.
"Mas Bule, kenapa kamu diam aja?' Bintang menggoyangkan salah satu telapak tangan di depan wajah Doug.
"Tidak apa-apa. Aku hanya terkejut karena ibu tirimu yang harusnya melindungimu malah berbuat keji padamu." Perasaan bahagia yang dirasa seketika berubah menjadi amarah. Dalam hati, dia harus bisa membuat ibu tiri Bintang mendapatkan hukuman setimpal. Sungguh, darahnya mendidih kala mengingat kejadian itu.
"Wanita itu memang keji. Semoga saja dia mendapatkan hukuman setimpal!" jawab Bintang geram.
"Apakah besok aku boleh ikut?" tanya Doug, penuh harap.
"Kamu mau ikut? Apa kamu yakin?"
"Ya, aku sangat yakin!"
"Baiklah." Bintang akhirnya mengizinkan.
Doug tersenyum senang mendengarnya, kemudian mengajak gadis itu pulang ke hotel.
Bintang tidak menolak ajakan pria tersebut, karena dia sudah berjanji akan memasak untuknya.
"Apa sebaiknya aku membeli apartemen di sini?" tanya Doug pada Bintang saat mereka berada di dalam lift.
"Apartemen sangat mahal. Memangnya kamu punya uang?" jawab Bintang, mendongak, menatap Doug.
"Punya." Doug menjawab singkat sembari menahan senyum, melirik gadis itu.
"Seberapa banyak yang kamu punya?" Bintang jadi penasaran.
"Tak terhingga."
"Wah, pembohong ulung!" sahut Bintang, mencibir Doug. Dia tidak percaya dengan ucapan pria tersebut.
"Kamu meremehkan aku?" Doug menunduk, menatap gemas pada gadis itu.
"Tidak, aku tidak meremehkanmu, hanya saja aku tidak percaya dengan ucapanmu," jawab Bintang, jujur.
Ting!
Obrolan mereka terpaksa terjeda saat pintu lift terbuka, menandakan sudah sampai di lantai yang di tuju. Kedua orang itu keluar dari lift bergantian menuju kamar hotel Doug.
Doug menempelkan kartu akses ke dekat pintu, kemudian ia masuk ke dalam kamar diikuti Bintang.
"Bodohnya aku!" Bintang tiba-tiba memaki dirinya sendiri begitu masuk ke dalam kamar hotel itu.
"Ada apa? Ada masalah?" tanya Doug, menatap Bintang dengan kening mengerut.
"Kenapa tadi kita tidak belanja? Aku sudah berjanji akan masak untukmu," jawab Bintang menepuk jidatnya sendiri. Bintang hendak keluar dari kamar itu tapi langkahnya terhenti saat Doug menggenggam tangannya.
"Masih banyak waktu, tidak harus malam ini juga 'kan. Malam ini aku akan memesan menu makan malam dari restoran di hotel ini," ucap Doug, lalu dengan sengaja menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
"Eh!"