Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Asisten Pribadi
Reva sulit melepas Kirana pergi ke kantor. Mungkin karena rumah yang ditempati saat ini masih terlalu asing bagi bocah kecil itu. Sementara hari ini Kirana sudah harus beraktivitas kembali. Meskipun bosnya adalah Om dari Grace, dia tetap tak enak terlalu lama mangkir dari pekerjaannya.
"Adek, Mama mesti kerja, Sayang. Adek sama Sus dulu, ya." Kirana membelai kepala putrinya dengan lembut. Dibanding dengan Ryan, Reva agak susah diberi pengertian, karena Reva memang sangat dekat dengan papanya, sehingga agak sulit bagi Reva berada jauh dari papanya dalam jangka waktu yang lama.
"Leva ikut Mama ..." Reva justru ingin ikut Karina bekerja.
"Mama nggak bisa bawa Adek ke kantor, nanti Mama dimarahi bos Mama kalau Mama kerja bawa anak." Kirana bingung, harus bagaimana lagi membujuk Reva agar dapat melepasnya pergi.
"Ndak mauuu, Leva mau ikut Mama, hiks ..." Reva makin merengek.
Kirana menoleh pada Sus Ina yang ada di sampingnya. "Gimana ya, Sus?" Kirana minta pendapat Sus Ina.
"Apa Reva ikut saja, Bu? Nanti saya sama Reva tunggu di mobil atau di kantin, jadi kalau Reva merengek, Ibu bisa temui Reva" Sus Ina memberikan saran.
"Seharian nunggu saya? Kasihan tapi, Sus." Tentu Kirana tidak tega melihat Reva harus menunggunya di kantor apalagi di dalam mobil.
"Atau ke rumah Ibu Tami?" Sus Ina memberi solusi menitipkan Reva ke rumah tante Kirana.
Kini Kirana menangkup wajah mungil Reva lalu bertanya, "Adek mau ke rumah Nenek Tami lagi?"
Reva menggelengkan kepala merespon pertanyaan mamanya.
"Ya sudah, Adek ikut Mama, tapi Adek jangan nakal, ya!" Kirana tak punya pilihan lain selain membawa Reva ikut ke kantor dengannya.
Tidak mungkin Kirana membiarkan Reva seharian berada di mobil, sehingga ia nanti akan meminta kebijaksanaan dari atasannya untuk mengizinkannya membawa Reva ke ruangan kerjanya.
Untung saja Donny selaku atasannya memberi kebijakan dengan menerima permohonan Kirana, sehingga saat ini Reva bisa duduk di samping Kirana menemani mamanya bekerja seraya memeluk boneka.
Keberadaan Reva di ruangan itu tentu saja menjadi pertanyaan rekan kerja Kirana lainnya termasuk Rita.
"Eh, anak cantik di sini? Nggak sekolah, Sayang?" tanya Rita duduk berjongkok menghadap Reva.
"Nggak Tante ..." Kirana mewakili Reva menjawab pertanyaan Rita.
"Memangnya kenapa Reva ikut, Na? Sakit?" tanya Rita, sementara tangannya membelai kepala Reva.
"Sedang rewel saja, Rit," jawab Kirana menatap wajah Reva yang sendu.
"Oh, kirain sakit, soalnya kamu nggak masuk kerja kemarin-kemarin," sahut Rita kemudian melangkah ke kursinya.
"Ada urusan yang mesti aku selesaikan, Rit," balas Kirana.
"Lagi ada masalah ya, Na? Wajah kamu kayak lagi banyak pikiran." Rita dapat menebak jika rekan sekantornya sedang tidak baik-baik saja.
Kirana kembali menatap Reva dan mengusap kepala putrinya. Bibirnya mencoba untuk tersenyum menanggapi pertanyaan Rita.
"Yaaa, namanya juga orang hidup, Rit. Pasti ada masalah ..." jawabnya kemudian. "Mama mau kerja dulu, adek jangan nangis, ya!" Ingin menghindari Rita yang terus bertanya, Kirana sengaja bicara pada Reva, karena ia juga ingin memulai pekerjaannya setelah beberapa hari ia tinggal.
Satu jam berlalu kondisi masih aman. Reva duduk di kursi kosong yang diambil Kirana untuk duduk anaknya itu. Jika merasa jenuh, Reva duduk di pangkuan Kirana tanpa mengganggu aktivitas mamanya.
"Na, kamu diminta menghadap pak bos!" Tiba-tiba suara Donny terdengar dari arah pintu.. Dia baru saja mendapat telepon dari Nathan yang diperintah Andra untuk meminta Kirana menghadap.
"Pak bos?" Kirana terkesiap karena diminta menghadap bosnya kembali. Dia lalu melirik Reva yang sedang melihat film kartun dari ponselnya.
"Iya, sebaiknya kamu segera ke atas, Na!" ujar Donny.
"Baik, Pa," jawab Kirana.
"Biar Reva aku yang temani, Na." Rita menawarkan bantuannya, karena ia tahu tidak mungkin Reva ikut ke ruangan Andra.
"Adek, Mama tinggal sebentar ya. Mama dipanggil bos Mama. Adek sama Tante Rita dulu di sini. Nggak apa-apa, kan? Atau mau sama Sus?" Kirana minta izin pada Reva dan meminta anaknya itu untuk menunggu dirinya bersama Rita atau dengan pengasuhnya yang saat ini berada di kantin kantor.
"Sini sama Tante Rita saja." Rita merentangan tangannya ke arah Reva, meminta bocah kecil itu mendekat padanya.
Reva menoleh pada Rita, dia sudah mengenal Rita sehingga tak merasa asing dengan teman kantor mamanya itu. Reva pun lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju menunggu di ruangan itu. Reva bahkan melangkah mendekati Rita.
Kirana menarik nafas lega karena Reva tak rewel dia tinggal bersama Rita.
"Thanks ya, Rit. Aku titip Reva sebentar," ucapnya kemudian.
"Oke, Na," jawab Rita.
Setelah menitipkan anaknya pada Rita, Kirana lalu meninggalkan ruangannya menuju ruang kerja Andra.
"Mbak, saya dipanggil menghadap Pak Andra." Setelah sampai di depan ruang kerja bosnya, Kirana lapor terlebih dahulu pada Rachel.
Rachel melirik dengan pandangan sinis dan tak membalas sepatah kata pun ucapan Kirana.
Melihat Rachel terlihat tak acuh padanya, Kirana lalu melangkah mendekat ke arah pintu, yang penting dia sudah melapor pada sekretaris bosnya itu kalau dirinya disuruh menghadap Andra. Tidak selonong boy saja masuk ke ruangan bosnya itu.
"Eh, eh, mau ke mana?" Suara Rachel membuat langkah Kirana terhenti.
Kirana memutar tubuhnya menghadap Rachel. Padahal tadi sudah jelas-jelas dia katakan kalau dia dipanggil Andra untuk menemui sang bos, masih saja dipertanyakan.
"Saya disuruh Pak Nathan untuk menghadap Pak Andra, Mbak." Kirana masih sabar menghadapi Rachel yang ia rasa cukup menyebalkan.
"Memangnya ada apa sih? Pak Andra bolak-balik panggil kamu?" tanya Rachel penasaran.
Kirana menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, berusaha mengontrol emosinya. Saat ini emosi dia sedang labil karena perselingkuhan sang suami, sekarang dia justru berhadapan dengan rekan sekantor yang bersikap ketus dan tak bersahabat dengannya.
"Saya nggak tahu, Mbak. Kalau mbak penasaran, tanyakan saja sama Pak Andra, Apa tujuan Pak Andra memanggil saya kembali untuk menghadap." Selepas mengatakan kalimat itu, Kirana memutar tubuhnya dan melanjutkan langkah menuju pintu ruangan Andra. Dia tidak memperdulikan Rachel yang berdecak kesal terhadapnya.
Tok tok tok
Kirana mengetuk pintu terlebih dahulu tak langsung masuk ke dalam ruangan Andra, sebelum dipersilakan masuk oleh sang bos.
Tak Ada Jawaban dari dalam ruangan Andra. Kirana bingung, Apakah harus mengetuk kembali atau langsung masuk ke dalam ruangan sang bos. Seandainya saja ia tidak kesal dengan Rachel, dia pasti akan bertanya apa yang harus dia lakukan. Namun, melihat wajah sinis Rachel, rasanya malas sekali ia bertanya, sehingga memilih mengetuk pintu kembali.
Tok tok tok
"Masuk saja!"
Kirana menarik nafas lega setelah mendengar suara Andra dari dalam ruangan. Dia pun lalu membuka pintu dan masuk ke ruangan Andra.
"Siang, Pak. Bapak memanggil saya?" Kirana berdiri di dekat pintu, tak langsung mendekat menghampiri Andra.
"Benar, duduklah!" Andra menyuruh Kirana untuk duduk di kursi depan mejanya.
"Baik, Pak." Kirana mengikuti perintah Andra, hingga kini ia terduduk berhadapan dengan bosnya itu.
Andra memperhatikan Kirana sejak wanita itu masuk ke dalam ruangannya. Meskipun menggunakan hiasan tipis, tapi wajah cantik wanita di hadapannya itu tetap terpancar.
"Maaf, ada apa ya, Pak?" katanya Kirana kembali.
Andra terkesiap, dia seperti terhipnotis dengan kecantikan Kirana. Terlalu asyik mengagumi kecantikan Kirana tanpa sadar Kirana sudah duduk di depannya.
"Hmmm, seperti yang saya janjikan beberapa waktu lalu, kalau kamu akan mendapatkan promosi jabatan. Kebetulan saat ini saya membutuhkan seorang asisten pribadi, jadi saya pilih kamu untuk menempati posisi itu." Tak banyak basa-basi Andra memaparkan tujuannya memanggil Kirana ke ruangannya.
"Asisten pribadi, Pak?" Kirana tercengang mendengar posisi yang akan ia kerjakan.
Kirana tidak tahu apa saja yang akan ia kerjakan sebagai asisten pribadi, yang ia bayangkan saat ini adalah ia akan banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaan, yang otomatis akan mengurangi kebersamaan dengan anak-anaknya. Sementara saat ini saja, ia kesulitan melepas Reva yang masih tak ingin ditinggal olehnya. Lantas, bagaimana jadinya kalau ia akan dijadikan asisten pribadi oleh Andra.
*
*
*
bersambung ...
kalau bukan Rachel ,siapa ya kandidat lain yang patut dicurigai...
pak duda ini yah
bikin Kirana grogi aja aah
sama2 grogi ....status jugasudah sama single...
Pak Andra keceplosan bikin Kirana grogi😄