(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 1
Alam Semesta Xuanlong, Planet Pinggiran – Benua Debu Bintang. Kota Batu Merah.
Matahari di dunia ini tidak berwarna emas, melainkan perak pucat yang dingin. Cahayanya menyinari hamparan tanah tandus yang dipenuhi debu merah. Di sini, kekuatan adalah satu-satunya hukum, dan yang lemah hanyalah makanan bagi yang kuat.
Enam tahun telah berlalu sejak "Cahaya Putih Misterius" jatuh dari langit.
Di pinggiran kota yang kumuh, seorang pemuda berusia 19 tahun sedang berjalan membelah kerumunan pasar yang bising. Penampilannya mencolok namun lusuh. Ia mengenakan jubah kain kasar berwarna abu-abu yang penuh tambalan. Rambutnya yang berwarna perak kusam (karena debu dan kurang perawatan) diikat asal-asalan.
Di punggungnya, terikat sebuah benda yang membuat orang lain menyingkir sebilah pedang yang terbungkus kain usang. Logam pedang itu hitam pekat, tertutup karat tebal, dan tidak memancarkan aura apa pun. Tampak seperti rongsokan besi.
Namun, tidak ada yang berani menatap mata pemuda itu.
Mata itu berwarna merah delima yang redup, dingin, dan waspada. Mata seekor serigala muda yang telah terbiasa membunuh demi bertahan hidup.
Namanya adalah Ye Chen.
"Minggir," katanya pelan saat dua preman lokal menghalangi jalannya. Suaranya serak dan berat.
Para preman itu melihat pedang berkarat di punggungnya dan langsung mundur dengan gugup. Di kota ini, Ye Chen dikenal dengan julukan yang tidak enak didengar namun ditakuti: "Si Pedang Karat". Dia adalah pemburu binatang buas yang gila, yang bertarung tanpa Energi Bintang (kultivasi dunia ini), hanya mengandalkan kekuatan otot dan insting membunuh yang menakutkan.
Ye Chen terus berjalan. Tangannya yang kasar meraba saku jubahnya. Di sana, ada tiga keping Batu Bintang Tingkat Rendah hasil buruannya hari ini setelah membunuh seekor Beruang Besi.
"Tiga keping..." gumamnya. "Cukup untuk beli obat dan makanan selama seminggu."
Pikirannya langsung tertuju pada satu orang. Satu-satunya alasan dia bertahan hidup di neraka ini selama enam tahun. Satu-satunya cahaya di ingatannya yang kosong.
Dia mempercepat langkahnya, menuju sebuah gubuk kayu kecil di ujung distrik kumuh, di tepi sungai yang hampir kering.
Saat Ye Chen membuka pintu gubuk yang berderit, aroma bubur herbal yang hangat menyambutnya.
"Kakak Chen? Kau sudah pulang?"
Seorang gadis muda berusia 19 tahun berbalik dari tungku api kecil. Dia mengenakan pakaian kain kasar yang sederhana, sama lusuhnya dengan Ye Chen, tetapi kain itu tidak bisa menyembunyikan kecantikan alaminya yang luar biasa.
Kulitnya seputih porselen, kontras dengan lingkungan yang kotor. Rambut hitam panjangnya tergerai indah. Namun, yang paling memikat adalah matanya.
Mata kirinya berwarna Emas Murni. Mata kanannya berwarna Biru Es.
Long Yin.
Dia bukan lagi gadis kecil yang manja. Enam tahun hidup dalam kemiskinan dan pelarian telah membuatnya dewasa. Namun, senyumnya saat melihat Ye Chen tetaplah senyum paling murni di dunia ini.
"Aku pulang, Yin'er," kata Ye Chen. Wajah dingin dan waspadanya seketika mencair, digantikan oleh kelembutan yang hanya ia tunjukkan di dalam gubuk ini.
Ia meletakkan kantong berisi daging dan obat di meja.
Long Yin segera menghampirinya. Matanya yang tajam melihat noda darah baru di lengan baju Ye Chen.
"Kau terluka lagi?" tanyanya cemas, segera mengambil kain basah untuk membersihkannya.
"Hanya goresan. Beruang Besi itu lumayan lincah," Ye Chen berbohong. Sebenarnya, lengannya hampir patah menahan hantaman monster itu, tetapi regenerasi tubuhnya yang aneh (warisan garis keturunan Iblis yang disegel) menyembuhkannya dengan cepat.
"Kau selalu bilang begitu," Long Yin cemberut, membersihkan luka itu dengan hati-hati. "Kakak... kita tidak bisa terus begini. Aku juga ingin bekerja. Aku bisa membantu mencuci baju di sungai atau—"
"Tidak," potong Ye Chen tegas. Ia menatap mata Long Yin. "Di luar sana berbahaya. Banyak orang jahat yang mengincar... matamu. Dan kecantikanmu."
Ye Chen tidak ingat siapa mereka sebenarnya. Ingatan masa lalunya sebagai Pangeran Iblis dan Long Yin sebagai Putri Naga telah disegel rapat oleh Tian Feng. Mereka hanya ingat bahwa mereka adalah yatim piatu yang jatuh dari langit.
Tapi Ye Chen memiliki satu insting yang tak tergoyahkan: Lindungi gadis ini dengan nyawamu.
"Tapi aku tidak mau jadi beban," bisik Long Yin, menunduk.
Ye Chen mengangkat dagu gadis itu lembut. "Kau bukan beban. Kau adalah satu-satunya keluargaku."
Ia melirik ke jari manisnya, di mana sebuah Cincin Perak Kusam melingkar. Cincin itu tidak bisa dibuka, tetapi Ye Chen merasa cincin itu penting.
"Makanlah," kata Ye Chen, mengalihkan pembicaraan. "Aku dapat Batu Bintang hari ini. Besok aku bisa membelikanmu jepit rambut baru."
Long Yin tersenyum sedih, tapi mengangguk.
Kedamaian sederhana mereka, bagaimanapun, tidak bertahan lama.
BRAAAAK!
Pintu gubuk yang rapuh itu ditendang hingga hancur berkeping-keping. Debu beterbangan ke dalam ruangan.
Ye Chen bereaksi dalam sekejap mata. Ia menarik Long Yin ke belakang punggungnya, tangannya langsung menyambar gagang Pedang Karat yang bersandar di dinding.
Tiga pria kekar melangkah masuk, menghalangi cahaya matahari. Mereka mengenakan seragam abu-abu dengan lambang kepala serigala di dada.
Sekte Serigala Besi. Penguasa distrik kumuh ini.
Di tengah, berdiri seorang pemuda dengan wajah arogan yang memegang kipas besi. Tuan Muda Li, putra ketua cabang sekte. Auranya menekan dia adalah kultivator Ranah Pembuka Bintang Tahap 5 (setara Dou Zhe Bintang 5). Bagi penduduk biasa, dia adalah dewa kecil.
"Wah, wah," kata Tuan Muda Li, matanya yang licik menyapu ruangan sempit itu, lalu berhenti pada sosok Long Yin yang bersembunyi di balik punggung Ye Chen. "Si Pedang Karat menyembunyikan harta karun rupanya."
"Apa mau kalian?" geram Ye Chen, matanya merah menyala. "Aku sudah membayar pajak perlindungan bulan ini."
"Pajak naik," Tuan Muda Li menyeringai, melangkah maju. "Lagipula, aku bosan dengan uang. Ayahku butuh pelayan baru yang cantik untuk... 'menghangatkan' tempat tidurnya."
Ia menunjuk Long Yin. "Serahkan gadis bermata aneh itu. Dan aku akan membiarkanmu tetap hidup sebagai anjing penjaga."
Darah Ye Chen mendidih. Amarah yang terasa purba dan gelap bergolak di dalam dadanya.
"Langkahi dulu mayatku," kata Ye Chen dingin.
"Bunuh dia," perintah Tuan Muda Li bosan.
Dua anak buahnya (Ranah Pembuka Bintang Tahap 3) menerjang maju, tinju mereka bersinar dengan energi bintang.
Ye Chen tidak punya energi bintang. Dia tidak punya teknik.
Tapi dia punya Pedang.
Ye Chen meraung, menarik pedang besi hitam yang berkarat itu. Beratnya ratusan kilogram, tapi di tangannya, pedang itu terasa ringan.
SWISH!
