Bukan kita menginginkan lahir ke dunia ini. Bukan kita yang meminta untuk memiliki keadaan seperti ini.
Sudah bertahan begitu lama dan mencoba terus untuk bangkit dan pada kenyataannya semua tidak berpihak kepada kita?
Aira yang harus menjalani kehidupannya, drama dalam hidup yang sangat banyak terjadi dan sering bertanya siapa sebenarnya produser atas dirinya yang menciptakan skenario yang begitu menakutkan ini.
Lemah dan dan sangat membutuhkan tempat, membutuhkan seseorang yang memeluk dan menguatkannya?
Bagaimana Aira mampu menjalani semua ini? bagaimana Aira bisa bertahan dan apakah dia tidak akan menyerah?
Lalu apakah pria yang berada di dekatnya datang kepadanya adalah pria yang tulus yang dia inginkan?
Mari ikutin novelnya.
Jangan lupa follow akun Ig saya Ainuncefenis dan dapatkan kabar yang banyak akun Instagram saya.
Terima kasih.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Tidak Mampu Mengendalikan.
Nafas Aira naik turun melihat kehadiran Arfandi. Tari melihat kedatangan orang lain yang membuatnya langsung pergi. Aira kembali menoleh ke arah Tari yang ternyata sudah berlari.
Aira juga langsung pergi dengan buru-buru menaiki anak tangga menuju rumahnya.
"Aira tunggu!" panggil Arfandi menyusul Aira.
Aira sama sekali tidak perduli yang sangat cepat merogoh tasnya untuk mengambil kunci rumahnya dan itu terbuka dia langsung masuk dan saat ingin menutup kembali yang ternyata sudah didorong Arfandi.
"Aku mau istirahat pergilah dari sini!" usir Aira yang menangis yang masih berusaha untuk menahan diri.
"Katakan padaku apa yang terjadi!" ucap Arfandi yang tidak mungkin pergi begitu saja ketika wanita yang berada di depannya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Apapun yang terjadi semua adalah urusanku!" tegas Aira yang sudah tidak mendorong pintu lagi. Karena tenaga Arfandi jauh lebih kuat dibandingkan Aira.
"Aira kenapa kamu masih tetap saja seperti ini. Aku mendengar semuanya dan aku hanya ingin kamu menjelaskan kepadaku ada apa! jangan menutupi apapun dariku dan merasa bisa menghadapi semua ini!" tegas Arfandi.
"Itu bukan urusan kamu," jawabnya yang tetap pada pendiriannya.
"Bagaimana tidak urusanku, masalah yang kamu hadapi bukan main-main, ini masalah besar, ceritakan padaku dan kita cari solusi sama-sama!" tegas Arfandi dengan penuh penekanan.
"Tidak ada masalah yang harus di selesaikan dan semua harus berkaitan dengan kamu!" tegas Aira dengan penuh penekanan.
"Aira cukup! Kamu jangan lagi membiarkan diri kamu di kelilingi masalah-masalah seperti ini!"
"Kamu yang cukup Arfandi!" tegas Arfandi.
"Aku tidak butuh bantuan kamu Arfandi aku mohon sekarang kamu pergi dari sini. Aku bisa menyelesaikan semuanya dan berhenti memiliki rasa kasihan kepadaku. Selama ini aku juga berjuang sendiri, juga menyelesaikan semua sendiri masalahku. Kamu baru muncul Arfandi dan bukan berarti kamu harus ikut campur seluruh kehidupanku!" tegas Aira.
"Tapi aku tidak bisa melihat kamu memendam semua ini sendiri," ucap Arfandi dengan suara rendah.
"Tidak ada yang aku pendam dan aku bisa menyelesaikannya!" tegas Aira.
"Aku tidak tuli Aira dan aku mendengar semuanya. Aku mendengar jika wanita itu mendatangkan masalah denganmu dan aku juga mendengar jika kamu ditipu kadang dirugikan begitu banyak uang!" tegas Arfandi.
Aira memejamkan mata yang sudah tidak bisa mengelak lagi.
"Aira cerita padaku. Aku bisa membantumu!" tegas Arfandi.
"Jangan karena kamu banyak uang dan kamu bisa mengatakan semudah itu!" sahut Aira menegaskan.
"Tapi bukankah memang uang yang menjadi permasalahannya," sahut Arfandi.
"Cukup!" bentak Aira.
"Aku sekarang pergi dari sini dan jangan ikut campur urusanku. Aku tidak butuh bantuanmu, berhenti peduli padaku Arfandi...."
"Bagaimana aku bisa peduli pada wanita yang aku sukai," Arfandi menyambut kalimat itu dengan penekanan yang membuat Aira yang kaget dan langsung terdiam.
Akhirnya Arfandi mengatakan juga kepada Aira bagaimana perasaannya walau secara mendadak dan waktu yang sangat tidak tepat dan pasti bukan dengan cara seperti itu yang diinginkan Arfandi.
"Kamu mengatakan apa?" tanya Aira dengan nada rendah.
"Aku tidak mungkin membiarkan wanita yang aku sukai mengalami semua ini," jawabnya secara gentlemen.
Aira merespon dengan tersenyum miring yang tampak mengendus kasar.
"Jadi semua yang kau lakukan pada, dekat denganku membantuku dan ternyata ada niat Di balik semua itu dan ini adalah tujuanmu," sahut Aira.
"Kau salah paham Aira dan aku rasa kau tahu jika sejak dulu di masa SMA aku juga sudah suka padamu. Pertemuan kita kembali bukanlah suatu rencana dan semua yang aku lakukan kepadamu dan juga membantu bukan karena aku miliki maksud lain!" tegas Arfandi.
"Omong kosong," jawabnya.
"Aku tidak omong kosong. Aku mengatakan hal yang sebenarnya!" tegas Arfandi.
"Cukup!" sahut Aira yang terus saja membentak.
"Seharusnya sejak awal aku tidak pernah menerima bantuanmu karena aku tahu ujung-ujungnya kau akan merasa paling di atas Arfandi dan bisa mengendalikan ku. Seharusnya tidak pernah bertemu denganmu," tegas Aira.
"Selama apapun yang kau lakukan kepadaku karena hanya menginginkan satu hal. Pada dasarnya kok telah membuktikan kepadaku jika tidak ada laki-laki yang tulus,"
"Kau muncul tiba-tiba dan memperkenalkan diriku. Kau membawaku pada anak-anak kau katakan teman-teman SMA yang sangat merindukan ku dan ternyata tidak. Kau ingin menunjukkan kepadaku jika kalian semua bisa sukses dan sementara aku tidak!"
"Aira kamu jangan salah paham, aku tidak seperti itu sama sekali!" tegas Arfandi.
"Aku dan anak-anak memang pada kenyataannya sejak awal mencari kamu dan kamu tidak pernah meninggalkan kamu!" tegas Arfandi.
"Jika mencariku dan peduli padaku, kalian tidak akan membiarkanku menderita di akhir-akhir masa sekolah. Bagaimana mungkin kalian mengingat ku hah! tertawa terbahak-bahak melompat sana-sini saat menerima kelulusan di universitas yang kalian inginkan itu sementara aku harus mengasingkan diri karena mengalami kegagalan. Lalu apa kalian tahu apa yang aku alami saat itu sehingga aku tidak bisa mewujudkan impianku!"
"Aku cukup mengalah dan membiarkan kalian melakukan semua yang kalian mau. Aku membiarkan kalian menikmati semuanya. Tapi kamu sekarang muncul lagi di hadapanku dan menjadi pahlawan mempertemukan ku dengan anak-anak yang membuatku menjadi orang yang semakin tidak berguna!" tegas Aira.
Arfandi apa tidak bisa berbicara apa-apa yang benar-benar sangat tidak memahami bagaimana harus menjelaskan kepada Aira.
"Aku sekarang sudah tidak butuh rasa kasihan darimu, kau sudah cukup terlalu banyak dicampuri seluruh urusan rumah dan sekarang berhenti menemui ku dan pergi dari sini!" tegas Aira.
"Aku tidak akan meninggalkan kamu," jawab Arfandi dengan suara rendah.
"Aku bilang pergi!" teriak Aira yang berusaha mendorong Arfandi dan Arfandi menahannya.
"Aku mohon kendalikan diri kamu. Jangan seperti ini dan bicaralah baik-baik padaku. Aku mohon!" tegas Arfandi.
Aira geleng-geleng kepala dengan air matanya yang jatuh begitu banyak sejak tadi
"Aku tidak percaya padamu, ujung-ujungnya semua yang kau lakukan sejak awal kepadaku hanya menginginkan balasan, kau sama saja dengan semua orang. Aku pasti akan mengembalikan semua hutang-hutangku kepadamu dan termasuk pakaian yang aku pakai ini!" tegas Aira.
"Aku tidak meminta semua itu Aira. Aku memintamu untuk percaya padaku dan kita selesaikan semuanya!" tegas Arfandi.
"Tidak ada yang harus diselesaikan. Aku sudah tidak ingin bertemu denganmu lagi. Pergi dari sini!" tegas Aira.
Arfandi yang sepertinya tetap kekeh yang tidak akan meninggalkan Aira.
"Kau pakaian ini hah!"
"Ambil!"
Aira nekat ingin melepas lengan deret tersebut sangat kasar bahkan kukunya sampai mencakar bahunya.
"Aira hentikan apa yang kau lakukan!" Arfandi mencegah kekonyolan Aira yang ingin bertelanjang di depannya.
"Aku akan pergi!" bentak Arfandi yang akhirnya menghentikan perbuatan gila Aira.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang penuh arti dan nafas Aira naik turun sejak tadi begitu juga dengan Arfandi.
"Kau ingin aku pergi. Maka aku akan pergi!" tegas Arfandi yang sangat berat hati pergi dan akhirnya langsung menutup pintu dengan sangat kuat yang bahkan membuat Arfandi terkejut.
"Arghkkkkk!" Aira berteriak kencang dan terdengar suara bantingan barang yang mungkin saja sudah dia pecahkan.
Arfandi memejamkan matanya yang merasa sangat pengecut tidak bisa mengendalikan Aira.
Bersambung.
semoga sj afandi mau membantu mia
insyaallah aku mampir baca novel barumu thor
itu arfandi ada apa ya ga keluar dari kantornya apa dia sibuk di dlm apa sakit, bikin penasaran aj
jarang2 kan aira bisa sedekat itu sama arfandi biasanya dia selalu menjauh...
tapi arfandi lebih menyukai aira,,,
setelah ini aira bisa tegas dalam berbicara apalagi lawannya si natalie... dan jangan terlalu insecure ... semua butuh proses