Gabrielle Shaquille Ma, pria tampan dengan nama keren, kekayaannya membuat semua wanita tergila-gila dengannya, bahkan banyak dari mereka berharap bisa tidur dengannya satu malam saja.
Tidak disangka, hati pria yang dingin dan suka menyendiri ini akan tergerak oleh seorang pelayan restoran yang sedang dipermalukan di depan umum.
Sejak detik itu juga, gadis ini telah tertancap di hatinya.
Halo gengsss, selamat datang di dunia ke-uwuan kita. Novel ini adalah pecahan dari novel History Of Liang Zhu(Reinkarnasi Kedua). Di sarankan banget buat baca novel itu dulu sebelum lanjut baca ke novel yang ini biar kalian nggak bingung. Selamat membaca dan semoga terhibur ya 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan
Gabrielle memperhatikan Elea yang baru saja selesai berganti pakaian. Sudut bibirnya tertarik keatas. Senang, sekaligus tidak percaya karena gadis kecil itu sekarang telah menjadi istrinya.
"Bos, kenapa kau ada di kamarku?" tanya Elea bingung.
"Sekarang ini menjadi kamar kita berdua, Elea. Kau dan aku sudah menjadi suami istri, sudah seharusnya kita tinggal di kamar yang sama" jawab Gabrielle.
Elea terdiam. Dia baru tahu kalau orang yang sudah menikah harus tinggal dalam satu kamar yang sama.
"Apa itu artinya kita juga akan tidur dalam satu ranjang?",.
Gabrielle mengangguk.
"Iya, apa kau keberatan?",.
Mata Elea berkedip cepat. Dia lalu menggigit ujung kukunya.
'Apa yang harus aku lakukan? Jika aku menolak, bos pasti akan marah, tapi jika aku terima, aaaaa itu sangat memalukan. Bagaimana nanti jika bos mendengar suara dengkuranku ya?',.
Gemas, Gabrielle akhirnya menghampiri Elea yang sedang berdiri melamun. Dengan lembut dia memeluk tubuh mungil di hadapannya.
"Jangan berfikir yang tidak-tidak" ucap Gabrielle seraya mengusap kening Elea.
Elea mendongak. Menatap lekat wajah tampan bos yang kini sudah menjadi suaminya.
"Bos?",.
"Ya, kenapa?",.
"Boleh aku bicara sesuatu yang sangat serius?" tanya Elea hati-hati.
Gabrielle mengangguk.
"Boleh",.
Sebelum berbicara, Elea terlebih dahulu menarik nafas dalam-dalam.
"Bos, kau tahu bukan kalau aku ini hanyalah seorang gadis sial yang kebetulan bertemu dengan pria baik sepertimu?" tanya Elea memulai sesi tanya jawab.
Alis Gabrielle saling bertaut. Dia tidak suka Elea menyebut dirinya sebagai gadis sial.
"Ganti topik lain, aku tidak mengizinkanmu merendahkan diri sendiri!" jawab Gabrielle dingin.
"Bukan merendahkan diri bos, tapi memang seperti itu kenyatannya. Aku miskin, aku sial, dan aku juga tidak menarik sama sekali. Tapi kenapa kau bisa begitu baik padaku di saat semua orang sibuk untuk menghindar? Kau bahkan bersedia menjadikan aku sebagai istrimu. Aku tahu aku tidak seharusnya menanyakan hal ini padamu bos, tapi aku sangat penasaran. Rasa penasaran ini bahkan terbawa saat aku sedang buang air besar!",.
Sunyi.
'Elea, bisakah kau jangan mengucapkan kata-kata yang membuatku tidak bisa bicara?',.
Elea terus menatap lekat kearah bosnya yang sedang terdiam. Dia di buat penasaran akan jawaban dari pertanyaannya tadi.
"Bos, apa sekarang kau sudah sadar?" tanya Elea dengan tatapan menyendu.
"Sadar dari apa, hemm?" tanya Gabrielle bingung.
Mata Elea berkaca-kaca. Pikirannya saat ini di penuhi rasa ketakutan. Takut kalau-kalau bosnya sadar kemudian melakukan sesuatu yang buruk padanya.
"Kau terlihat marah setelah aku bertanya. Bos, aku minta maaf. Aku, aku hanya ingin tahu alasan kenapa kau bisa begitu baik kepadaku. Itu saja" jawab Elea lirih.
Gabrielle tersenyum. Rupanya kebungkamannya tadi membuat istri kecilnya ketakutan.
"Ayo kita duduk, nanti aku akan menjelaskannya padamu!" ajak Gabrielle sembari menarik tangan mungil istrinya kearah sofa.
Elea diam menurut. Dia patuh saat bosnya memintanya untuk duduk di atas pangkuannya.
"Jika aku mengatakan alasan aku bersikap baik itu karena aku mencintaimu, kau akan percaya tidak?" tanya Gabrielle.
Tangannya mulai beraksi. Tanpa Elea sadari, jari-jemari Gabrielle menelusup masuk ke balik pakaiannya. Dia melakukan hal itu sepelan mungkin supaya Elea tidak terkejut.
'Oh shittt, kulitnya lembut sekali',.
"Aku percaya bos" jawab Elea.
Gerakan tangan Gabrielle mulai membuat Elea tidak nyaman. Dia bingung, ingin menolak tapi tubuhnya berkata lain. Seperti menginginkan sesuatu yang lebih, tapi dia tidak tahu itu apa.
"Katakan alasanmu kenapa kau bisa langsung percaya" tanya Gabrielle lagi dengan suara yang mulai serak.
Astaga, gairah Gabrielle seperti ingin meledak saat Elea mengeluarkan suara desahan pelan. Ingin rasanya Gabrielle menarik tubuh Elea ke ranjang, merebahkannya kemudian mengajaknya bercumbu. Tapi hal itu tidak mungkin dia lakukan karena Gabrielle sangat sadar kalau istrinya sama sekali tidak mengetahui hal panas seperti itu. Gabrielle masih harus menunggu waktu dimana Elea akan memahami kewajibannya sebagai seorang istri.
"Karena aku nyaman dengan semua kebaikan yang bos berikan selama ini. Aku merasa seperti di lindungi dan di cintai oleh seorang kakak. Bos dan Kak Levi membuatku merasa aman!" jawab Elea pelan.
Lagi-lagi Gabrielle harus menerima kenyataan pahit karena Elea masih menganggap kasih sayang yang dia berikan merupakan bentuk cinta dari seorang kakak. Tangannya yang sedang bertengger di dada mungil Elea terhenti. Nafsunya padam seketika.
"Elea?",.
"Ya bos" sahut Elea dengan wajah sayu.
Gabrielle tahu, sangat tahu kalau istrinya sedang di landa gairah.
"Aku sekarang sudah menjadi suamimu. Bisakah kau jangan menganggapku seperti seorang kakak?" tanya Gabrielle sedih.
Kecewa sekali rasanya.
"Lalu aku harus menganggapmu siapa bos? Seorang kakak yang menjadi suami, bukankah hal itu terdengar sangat hebat?" jawab Elea sekaligus memuji.
Sabar, sabar.
"Hebat apanya. Aku hanya ingin kau menganggapku sebagai suami, bukan sebagai kakakmu. Itu terdengar sangat menyakitkan di telingaku!" ucap Gabrielle sembari memejamkan mata.
Dengan kecewa Gabrielle menyender ke sofa. Membiarkan Elea terdiam bingung memikirkan kata-katanya barusan.
'Bos ini kenapa sih. Aku kan istrinya, sudah pasti aku menganggapnya sebagai suami. Tapi kenapa bos bilang kalau telinganya sakit? Atau jangan-jangan bos menderita kelainan di telinganya? Ah, aku jadi bingung. Sebaiknya aku meminta Ares untuk membawa bos ke dokter THT nanti. Bisa bahaya kalau penyakitnya di biarkan begitu saja',.
Ingin menangis, itulah yang sedang di rasakan Gabrielle saat ini. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa seorang gadis berusia 19 tahun sama sekali tidak memiliki kepekaan terhadap perasaan seseorang. Apa iya selama ini Elea hanya berpikir tentang bagaimana cara untuk bertahan hidup. Sesibuk itukah sampai-sampai melupakan kebahagiaannya sendiri?.
Tak ingin berlarut menyalahkan kebodohan istrinya, Gabrielle segera membuka mata. Dia tersenyum melihat Elea yang sedang menatapnya.
"Apa aku tampan?" tanya Gabrielle iseng.
"Iya bos. Kau pria tertampan yang pernah aku lihat" jawab Elea langsung.
Gabrielle terkekeh. Elea-nya selalu jujur.
"Kalau begitu jangan panggil aku bos lagi",.
Kening Elea mengerut.
"Lalu aku harus memanggilmu apa bos?",.
"Sayang",.
Blussshhhh
Pipi Elea merona.
"Itu memalukan bos" sahut Elea.
Wajah Gabrielle langsung pias.
"Jadi kau merasa malu memanggil suamimu sendiri dengan sebutan sayang?" tanya Gabrielle tak percaya.
Elea menggeleng, sedetik kemudian mengangguk.
"Aku sebenarnya tidak malu bos, tapi memalukan jika sampai terdengar oleh orang lain. Mereka pasti akan berfikir kalau aku sedang menggodamu jika memanggil dengan sebutan sayang!" jawab Elea memberi alasan.
"Jelaskan dengan benar, sayang. Aku tidak paham!".
Elea menghela nafas.
"Bos, kita sangat berbeda. Kau kaya dan aku miskin, kau tampan dan aku pas-pasan. Kau juga tinggi sedangkan aku pendek, kita sangat jauh berbeda bos. Terlebih lagi kau juga berasal dari keluarga terpandang. Aku ini tidak berarti apapun di sisimu bos, itulah yang membuatku malu dan tidak siap jika harus di cemooh oleh orang-orang!",.
Sekarang Gabrielle paham. Elea tidak sepenuhnya tidak paham, tapi dia sedang menahan diri. Malah kata-katanya barusan membuat Gabrielle berpikir kalau sebenarnya Elea memiliki pemikiran yang cukup dewasa. Hanya belum terasah dengan baik saja makanya dia terlihat seperti gadis polos yang bodoh.
"Emmm, kalau begitu bagaimana kalau kita membuat kesepakatan saja?" tawar Gabrielle.
"Kesepakatan?" beo Elea.
Gabrielle mengangguk.
"Jika ada orang lain, kau hanya boleh memanggilku Kak Iel. Tapi jika kita sedang berduaan seperti ini maka kau harus memanggilku sayang. Bagaimana, ideku sangat bagus bukan?",.
"Tapi kenapa harus Kak Iel, bos? Kenapa tidak bos saja?" tanya Elea bingung.
Dengan gemas Gabrielle menangkup wajah Elea.
"Karena namaku Gabrielle dan aku bukan bosmu, tapi suamimu. Sudah, aku tidak mau membahas hal ini lagi!",.
Elea mengangguk patuh. Dia juga jadi ikut-ikutan tidak mau membahas masalah panggilan itu lagi.
"Ayo turun. Kau belum sarapan sejak tadi!" ucap Gabrielle sambil mengelus pipi istrinya.
"Ayo, kau juga belum sarapan Kak Iel" sahut Elea malu-malu.
Gabrielle terpaku. Dia lalu mengangkat Elea ke dalam gendongannya dengan hati yang berbunga-bunga.
'Kak Iel, kenapa panggilan itu terdengar begitu indah jika Elea yang menyebutnya ya? Aisshhhh,, aku merasa seperti ABG saja sekarang!',.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
🌻 VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA YA GENGSS..
LIKE, COMMENT, DAN RATE BINTANG LIMA
🌻IG: nini_rifani
🌻FB: Nini Lup'ss
🌻WA: 0857-5844-6308