Demi menyelamatkan nyawa janin yang dikandungnya, Ayu Larasati terpaksa pergi dari rumah sang suami yang sangat ia cintai. Leonardo Abraham sangat murka saat melihat istrinya kabur dari rumahnya karena ia belum puas menyiksa istrinya yang kedapatan berselingkuh darinya.
Beruntung ada orang baik yang menolong Ayu Larasati di perjalanan saat melihatnya mengalami pendarahan hebat. Namun sepeninggal Ayu pergi, justru Leonardo yang tersiksa fisik dan batin.
Bagaimana nasib Ayu dan janinnya? Apakah keduanya berhasil selamat atau hanya salah satu saja? Akankah Leonardo dan Ayu bersatu kembali walau ada pihak ketiga hadir dalam kehidupan rumah tangga mereka atau justru maut yang memisahkan keduanya?
Simak kisah perjalanan rumah tangga mereka yang penuh liku dan tabir.
Karya ini telah menandatangi kontrak eksklusif dengan NovelToon dan hanya boleh dipublikasikan di platform ini. Segala bentuk pelanggaran hak cipta akan dikenakan sanksi hukum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tabir Yang Mulai Terbuka
Ana pun sudah meminta ijin bekerja di kantor majikan Pandu pada Bu Yanti. Kepala panti tempat tinggalnya itu pun tak masalah karena demi kebaikan Ana juga. Ia hanya berpesan agar Ana bekerja yang baik dan selalu bisa jaga diri. Hari pertama Ana bekerja cukup lancar dan teman sesama OB pun ramah padanya juga karyawan di bagian lainnya. Pandu juga banyak membantunya dengan menyampaikan beberapa hal yang disukai atasan mereka dan apa saja yang tak disukai serta aturan perusahaan.
Ana yang cukup pintar mudah menyerap ilmu pekerjaan tersebut dan berjalan beberapa minggu bekerja di sana membuat Ana dan Pandu makin dekat. Pandu pun tak segan mengutarakan niatnya agar Ana membantu dirinya membantu menemukan anak bosnya.
Sepulang bekerja karena kebetulan ini hari pertama Ana gajian sebagai OB, maka ia berencana membelikan martabak manis untuk adik-adik panti asuhannya serta Bu Yanti. Saat tengah berjalan menuju kamar Bu Yanti yang tak tertutup rapat, ia mendengar tangisan lirih dari dalam.
Ana pun yang penasaran, memelankan langkah kakinya dan mengintip dari celah pintu. Sayup-sayup ia mendengar Bu Yanti yang tengah menangis melihat sebuah bingkai foto dan memegang sebuah liontin namun karena posisi Ana cukup jauh sehingga tak melihat jelas itu bingkai foto siapa dan liontin yang dipegang Bu Yanti detail bentuknya juga seperti apa.
Tiba-tiba Ana menegang saat mendengar nama yang di sebut Bu Yanti dalam tangisnya itu.
"Ayu, kamu dimana Nak? Kini ada orang suruhan orang tua kandungmu yang tengah mencarimu? Ibu harus berkata bagaimana tentang kondisimu pada mereka hiks hiks" ucap Bu Yanti dengan rintihan tangisannya.
"Ibu merasa bersalah padamu, andaikan ibu tak menyetujui perjodohanmu dengan Leo pasti nasibmu tak akan seperti ini. Ibu tahu kamu tak bahagia dengan mereka yang membencimu karena kamu miskin dan berasal dari panti asuhan dengan asal usul tak jelas" ucap Bu Yanti.
Dalam benak Ana ia langsung berfikir cepat "Apa mungkin kak Ayu adalah anak dari majikan Mas Pandu? Ada rahasia apa ini?" gumam Ana dalam hati.
Ia lalu bergegas masuk ke ruang makan saja untuk meletakkan martabaknya dan ia kembali ke kamarnya untuk ganti baju. Malamnya ketika Bu Yanti sedang keluar karena ada tetangga yang berada tak jauh dari panti asuhan mereka sedang mengadakan pengajian rutin dan beliau hadir sebagai tamu di sana.
Ana mengendap-endap masuk ke dalam kamar Bu Yanti karena ia punya kunci cadangan semua ruangan panti. Sejak Ayu menikah maka urusan semua kunci selain Bu Yanti maka dipegang juga oleh Ana.
Setibanya di dalam kamar Bu Yanti, ia membuka lemari yang ia yakini sebagai tempat menyimpan liontin tadi yang ia lihat sepintas. Ia berusaha mencari kuncinya dan akhirnya ia temukan di bawah vas bunga di meja sebelah nakas tempat tidur Bu Yanti.
Saat sudah membuka lemari tersebut dan menemukan sebuah kotak seperti kotak Pandora. Ia begitu terkejut melihat isi di dalam kotak tersebut.
"Ini kan liontin mirip yang Mas Pandu tunjukin lalu pada Bu Yanti dan juga aku saat pertama kali bertemu. Mas Pandu punya foto asli liontin ini dan Bu Yanti punya liontin wujud aslinya tapi kenapa hanya satu kan harusnya dua liontin. Apa satunya dibawa kak Ayu?" ucap Ana.
Ia bergegas memasukkan kembali liontin tersebut ke dalam lemari menguncinya seperti semula. Ana keluar dari kamar Bu Yanti dengan lega karena tak ketahuan sang pemilik kamar. Lalu ia memanggil anak-anak panti untuk berkumpul di ruang makan.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun Bu Yanti tak kunjung kembali dari acara tetangga. Ana tentu cemas dan akhirnya ia menyusul ke tempat acara tetangga mereka. Saat akan keluar panti, ia dikejutkan oleh suara tetangga yang punya hajatan bahwa Bu Yanti mengalami tabrak lari. Kondisinya cukup kritis dan sudah dilarikan warga ke rumah sakit terdekat.
Ana yang menangis mendengar kabar Bu Yanti dan tengah kondisi panik. Akhirnya dengan tangan bergetar menghubungi Pandu.
"Mas, Bu Yanti kecelakaan jadi korban tabrak lari dan sekarang tengah di larikan ke rumah sakit. Tolong jemput aku di panti Mas segera ya" ucap Ana sesenggukan.
"Tunggu di panti An, jangan sedih Bu Yanti pasti baik-baik saja. Jangan lupa berdoa" ucap Pandu yang juga ikut cemas namun tak ingin menampakkan kecemasannya pada Ana.
Pandu segera meluncur ke panti dan ia juga sudah menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk mengusut kecelakaan Bu Yanti yang secara mendadak dan janggal karena area panti bukan jalan besar yang bebas dilalui kendaraan secara ugal-ugalan.
"Siapapun kamu tak akan kubiarkan lepas kali ini"
lebih baik ayu sm bram sj
drpd leo ibunya penjahat