(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 28
Ruang Utama Bawah Tanah, Reruntuhan Bintang Kuno.
"Bunuh mereka semua! Ambil kembali Jantung Pedang itu!"
Raungan Tetua Jubah Darah (Sekte Darah) memecah ketegangan. Ia tidak peduli lagi pada Wang Teng atau murid Sekte Pedang Bintang lainnya. Target utamanya adalah Ye Chen.
"Serang!" perintah Wang Teng di sisi lain, mengarahkan pedangnya. Namun, matanya tidak tertuju pada Sekte Darah, melainkan pada pedang hitam di tangan Ye Chen. Keserakahan membakar akal sehatnya. "Ye Chen bersekutu dengan iblis! Dia mencuri harta sekte! Bunuh dia!"
Tiga kekuatan bertabrakan dalam kekacauan total.
Murid-murid Sekte Darah (Pembuka Bintang Tahap 9) menerjang seperti anjing gila, menyerang murid-murid Sekte Pedang Bintang yang panik. Darah mulai tumpah. Jeritan dan denting logam memenuhi gua bawah tanah itu.
Sementara itu, Tetua Jubah Darah (Ranah Inti Bintang) melesat melewati pertempuran anak buahnya, langsung menuju Ye Chen.
"Mati kau, tikus pencuri!"
Tetua itu memadatkan Energi Bintang merah darah di telapak tangannya. Tekanan udara di sekitar Ye Chen memadat, membuatnya sulit bergerak.
"Teknik Darah: Cakar Hantu Merah!"
Lima garis energi merah yang tajam mencabik udara, mengincar jantung dan leher Ye Chen.
Ye Chen tidak mundur. Ia tahu dia tidak bisa lari dari kecepatan Ranah Inti Bintang.
"Yin'er, berlindung!" teriak Ye Chen.
Ia menancapkan kakinya ke tanah, memutar pinggangnya, dan mengayunkan Pedang Naga Langit yang kini telah "terbangun".
"Sembilan Hantaman: Gunung Terbelah!"
Ye Chen tidak menggunakan teknik pertahanan. Ia menyerang serangan itu.
DHUAAARRRR!
Pedang hitam Ye Chen bertabrakan dengan Cakar Hantu Merah.
Secara logika, Pengumpul Bintang Tahap 1 Awal (Ye Chen) seharusnya hancur berkeping-keping melawan serangan Inti Bintang. Namun, ada dua faktor yang mengubah hasil itu
Tetua Jubah Darah terluka parah akibat serangan balik ritual (ulah Ye Chen sebelumnya). Kekuatannya turun drastis, hanya setara Pengumpul Bintang Puncak.
Pedang Naga Langit memiliki atribut Devour (Menelan).
Saat energi merah menyentuh bilah hitam itu, sebagian besar energinya... dimakan.
SZZZZT!
Cakar energi itu hancur. Ye Chen terdorong mundur sepuluh langkah, kakinya menyeret tanah hingga memercikkan api. Darah menetes dari sudut bibirnya, tapi dia masih berdiri tegak.
"Apa?!" Tetua Jubah Darah terbelalak. "Pedang itu... memakan seranganku?!"
"Pedang yang lapar," Ye Chen menyeringai, menyeka darah di bibirnya. "Dan kau adalah makanannya."
Sebelum Tetua itu sempat menyerang lagi, sebuah bayangan muncul di belakang Ye Chen.
Itu Wang Teng.
Di tengah kekacauan, Wang Teng tidak membantu teman-temannya yang dibantai Sekte Darah. Dia justru menggunakan kesempatan saat Ye Chen sibuk melawan Tetua untuk menyerang dari belakang.
"Mati kau, Sampah! Pedang itu milikku!"
Wang Teng menusukkan pedang Tingkat Roh-nya ke punggung Ye Chen yang terbuka.
"KAKAK! AWAS!" jerit Long Yin dari balik pilar.
Mata gadis itu bersinar biru.
"Beku!"
Lantai di bawah kaki Wang Teng tiba-tiba licin oleh lapisan es. Wang Teng tergelincir sedikit, tusukannya meleset dari jantung Ye Chen, tapi masih berhasil menembus bahu kiri Ye Chen.
JLEB!
"Argh!" Ye Chen mengerang.
Rasa sakit itu tidak membuatnya panik. Justru, itu memicu insting iblisnya.
Ye Chen tidak berbalik. Dia mencengkeram bilah pedang Wang Teng yang menembus bahunya dengan tangan kiri, menahannya agar tidak dicabut.
"Kau..." Wang Teng panik, mencoba menarik pedangnya. "Lepaskan, orang gila!"
Ye Chen memutar tubuhnya, mengabaikan rasa sakit pedang yang mengoyak dagingnya. Dia mengayunkan Pedang Naga Langit dengan tangan kanan, ke arah leher Wang Teng.
"Kau menginginkan pedang ini? Ambil!"
SWISH!
Wang Teng terpaksa melepaskan gagang pedangnya dan melompat mundur berguling-guling di lantai untuk menghindari tebasan yang bisa memenggal kepalanya.
Ye Chen mencabut pedang Wang Teng yang menancap di bahunya, melemparnya ke tanah, lalu menutup lukanya dengan menekan titik darah.
Kini Ye Chen berdiri di tengah, diapit oleh Tetua Jubah Darah di depan dan Wang Teng di belakang.
"Luar biasa," kata Wang Teng, berdiri dengan wajah pucat namun penuh kebencian. "Kau benar-benar monster, Ye Chen. Tapi hari ini kau mati. Tetua Iblis! Kita punya musuh yang sama. Bagaimana kalau kita bunuh dia dulu, baru kita bicara?"
Tetua Jubah Darah tertawa serak. "Ide bagus, Bocah Sekte Pedang. Bunuh dia!"
Dua musuh bebuyutan itu bersatu untuk menghabisi Ye Chen.
Ye Chen tertawa. Tawa yang dingin dan bergema di aula besar itu.
"Bersatu?" Ye Chen mengangkat pedang hitamnya. Matanya menyala merah darah, selaras dengan garis merah di pedangnya.
"Kalian pikir aku terjebak di sini bersama kalian?"
Ye Chen menghentakkan kakinya.
"Langkah Hantu: Bayangan Ganda."
Ye Chen melesat bukan ke arah mereka, tapi ke arah Pilar Penyangga Utama di samping sungai magma.
"Hentikan dia!" teriak Tetua Jubah Darah, menyadari niat gila Ye Chen.
Terlambat.
Ye Chen menghantamkan pedangnya itu ke pilar batu yang sudah retak dimakan usia.
"RUNTUHLAH!"
BOOOOOOM!
Pilar raksasa itu hancur. Langit-langit gua di atas mereka, yang menahan ribuan ton bebatuan, mulai retak.
RUMBLE...
Bebatuan raksasa mulai jatuh seperti hujan meteor.
"Dia gila! Dia mau mengubur kita semua hidup-hidup!" teriak Wang Teng histeris, melupakan niat membunuhnya dan berlari mencari perlindungan.
Tetua Jubah Darah juga terpaksa mundur, menangkis batu-batu yang jatuh.
Di tengah kekacauan itu, Ye Chen berlari ke arah Long Yin.
"Yin'er! Ayo!"
Ye Chen menggendong Long Yin di punggungnya. Dia tidak lari ke pintu keluar (yang sudah runtuh). Dia lari menuju Jembatan Batu yang mengarah ke sisi lain sungai magma, menuju bagian terdalam reruntuhan yang belum terjamah.
"Kejar dia!" raung Tetua Jubah Darah. "Jangan biarkan Jantung Pedang itu pergi!"
Tapi bebatuan yang runtuh menciptakan dinding penghalang, memisahkan Ye Chen dari para pengejarnya.
Ye Chen melompati jembatan yang mulai runtuh, mendarat di sisi seberang.
Dia berbalik, menatap Wang Teng dan Tetua Jubah Darah yang terjebak di sisi alun-alun yang kini menjadi neraka batu jatuh dan serangan sisa murid Sekte Darah.
"Selamat menikmati pestanya," gumam Ye Chen.
Dia berbalik dan berlari masuk ke dalam kegelapan lorong kuno yang lebih dalam, membawa Long Yin dan pedang iblisnya menuju misteri yang lebih besar.