NovelToon NovelToon
When Janda Meet Duda

When Janda Meet Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Single Mom / Janda / Anak Kembar / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:728k
Nilai: 5
Nama Author: kenz....567

Tak kunjung mendapat cinta dari suaminya, Delvin Rodriguez, Jingga memutuskan bercerai. Dia memilih membesarkan anak kembarnya seorang diri tanpa memberitahu kehadiran mereka pada sang mantan suami. Memilih menjauh dan memutus hubungan selamanya dengan keluarga Rodriguez.

Namun, alih-alih menjauh. 5 tahun kemudian dia kembali dan justru terlibat dengan paman mantan suaminya. Angkasa Rodriguez, pria yang terasingkan dan hampir tak di anggap oleh keluarganya sendiri.

Jingga seorang Single Mom, dan Angkasa yang seorang Single Dad membuat keduanya saling melengkapi. Apalagi, anak-anak mereka yang membutuhkan pelengkap cinta yang hilang.

"Aku Duda dan kamu Janda, bagaimana kalau kita bersatu?"

"Maksudmu, menikah?"

Bagaimana Jingga akan menanggapinya? Sementara Angkasa adalah paman mantan suaminya. Apa pantas keduanya bersama? Apalagi, seiring berjalannya waktu keduanya semakin mesra. Namun, kebencian Ferdi selaku ayah Jingga pada keluarga Rodriguez menghambat perjalanan cinta mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Om mantan suami

Hari ini Jingga dan kedua putranya tiba di jakarta. Ketiganya memilih penerbangan malam agar keduanya dapat tidur di dalam pesawat tanpa rewel. Kedua orang tua Jingga pun sudah menunggu di ruang penjemputan.

"Cucu Omaaa!" Seru Tania memeluk kedua cucunya yang kelihatan mengantuk. Ferdi langsung meraih Artan ke dalam gendongannya. Tak lama, Artan kembali tertidur lelap. Berbeda dengan Arga yang memang tak mau lepas dari Jingga.

"Ayo, kita langsung ke mobil saja. Biar cepat sampai rumah dan si kembar dapat istirahat." Ajak Tania semangat. Ia begitu senang setelah mendapat kabar putrinya dan kedua cucunya akan kembali ke Jakarta dan tinggal bersamanya.

Selama perjalanan, Jingga menatap ke arah luar jendela. Tangannya tak berhenti mengelus punggung Arga yang tertidur di pangkuannya. Ternyata, banyak hal yang berubah dari kota kelahirannya. Sudah lama dirinya tak kembali, dan banyak hal yang ia lewati.

"Bagaimana keadaanmu sayang?" Tanya Tania lembut sembari mengelus tangan putrinya.

"Baik Ma,"

"Mama senang kamu sudah siap kembali ke kota ini."

Jingga mengangguk, "Aku sudah yakin ingin kembali. Si kembar juga sudah aku daftarkan ke sekolah TK. Tadinya aku ragu memasukkan mereka sekolah, tapi setelah di pikir mereka juga butuh berinteraksi dengan anak lainnya. Karena di Bali, keduanya sama sekali tidak memiliki teman." Jelasnya.

Tania paham, "Memang seharusnya seperti itu. Tak apa, mereka akan bersekolah sambil bermain."

Sesampainya di rumah, Jingga langsung membawa kedua anaknya tidur di kamarnya. Kamar, yang sudah lama tidak ia tenpati. Ternyata isi kamarnya tetap sama, yang tidak ada hanyalah foto pernikahannya. Kini, tempat foto itu sudah kosong. Seperti perasaannya saat ini.

Jingga duduk di tepi ranjang, menatap sejenak kedua putranya yang tertidur lelap. Tatapannya lalu beralih menatap lemari nakasnya. Ia membuka lemari itu dan mengambil sebuah buku diary yang sudah tampak lama.

Jingga membuka buku tersebut dan melihat berbagai macam coretan pena yang ia tulis dalam ungkapan cinta pada seorang pria yang tak pernah mencintainya.

"Apa kabarmu? Apa sekarang, kamu sudah bahagia dengan wanita yang kamu cintai?" Lirih Jingga dan melirik kedua putranya yang tertidur sambil berpelukan.

"Aku memilih mempertahankan mereka, tidak apa-apa bukan? Aku tidak akan menuntut tanggung jawabmu. Karena sedari awal, kehadiran mereka adalah boomerang bagimu." Jingga kembali menyimpan buku diarynya. Ia sama sekali tak merusaknya atau memusnahkannya.

Merasa mengantuk, Jingga pun memilih menyusul kedia putranya untuk tidur. Selang beberapa saat, Arga terbangun. Ia menatap lekat ke arah Jingga yang tidur sambil memeluknya. Wajah lelah itu tercetak jelas, membuatnya tertarik untuk mengelusnya dengan tangan mungilnya.

"Kalau Bunda kembali dengan Ayah, Bunda pasti gak akan capek ngurus kita." Gumamnya.

Arga tidak tahu apa yang terjadi antara orang tuanya. Jingga tak pernah menjelekkan tentang Delvin pada kedua anaknya. Ia tak ingin, kedua anaknya memiliki sifat pembenci apalagi pada ayah mereka. Juga, tak ingin merusak pemikiran keduanya. Jika di tanya oleh keduanya, kemana ayah mereka? Jingga akan menjawab, keduanya sudah tidak bisa bersama.

.

.

.

Hari ini si kembar mulai bersekolah, keduanya cukup merasa betah di rumah Ferdi. Banyak hal yang mereka dapatkan di rumah ini, dan tentunya tak akan merasakan sepi seperti saat di Bali.

Saat sampai di sekolah, Artan menatap takjub keadaan lingkungan sekolahnya yang penuh dengan mainan.

"Bunda hanya mengantar kalian sampai disini. Ketika waktunya pulang, Bunda akan kembali jemput kalian. Oke?"

"Telus Bunda mau cali cugal ayah?" Tanya Artan dengan tatapan polosnya yang mana membuat Arga melirik sinis padanya.

"Diam cadel, jangan pancing emosi orang pagi-pagi." Kesalnya, ia paling tak suka sang adik membahas hal itu.

"Apa cih Abang! Nda boleh cindil-cindil begituuu. Cudah macam caipul aja Abang ini." Gerutu Artan.

"Hais, sudah. Kalian jangan bertengkar lagi. Ayo, masuk ke kelas kalian." Jingga mengantar keduanya ke dalam kelas.

"Oke, Bunda tinggal dulu kalau gitu." Jingga bergegas kembali pulang. Meninggalkan si kembar yang menatap kepergiannya. Keduanya menangkap murid lainnya yng di antar oleh ayah mereka. Jelas saja, hal itu membuat kedua iri.

"Ayah kita nda pelnah datang yah Abang. Kata Om Lapa cibuk cali ictli balu." Gumam Artan. Arga diam, ia juga ingin merasakan kasih sayang seorang ayah seperti anak lainnya.

Jingga mendatangi kantor yang akan ia bintangi sebagai model. Sebelumnya ia sudah menjadi model beberapa produk, kali in ia ingin mencoba menjadi model produk skincare yang tengah naik daun itu.

"Permisi, apa anda model baru itu?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba datang mendekat padanya.

"Iya, saya Jingga." Balas Jingga ramah.

"Baik, saya Riki asisten CEO Asga Skincare. Sebelum lanjut sesi foto, anda perlu bertemu dulu dengan CEO kami untuk penandatanganan kontrak."

"Kontrak? Sebelumnya saya sudah menandatangani kontrak, apa di perlukan lagi?" Tanya Jingga heran.

Riki mengangguk, "Benar, ikuti saya Nona." Ia melangkah pergi, di ikuti oleh Jingga walau dalam kebingungan.

Riki mengetuk sebuah pintu yang bertuliskan ruangan CEO. Ia membuka pintu itu dan mempersilahkan Jingga untuk masuk. Awalnya, Jingga masih tersenyum. Namun, melihat siapa CEO tempat perusahaannya bekerja sama, membuat Jingga kaget bukan main.

"Om Angkasa?!" Pekik Jingga.

Angkasa tersenyum, "Ternyata benar, itu kamu."

Angkasa Rodriguez, om dari mantan suaminya. Tak hanya kaget, Jingga rasanya ingin pingsan saat ini juga karena rasa kejut yang membuat jantungnya seolah berhenti berdetak.

Awalnya Angkasa juga kaget melihat nama mantan istri keponakannya lewat lamaran kerja yang ia terima dari asistennya. Tanpa pikir panjang, Angkasa langsung menyetujui lamaran kerja itu.

Jingga meremas jari jemarinya, ia menunduk takut. Antara pergi dan menetap, itu kebingungan yang Jingga rasakan saat ini. Bukan apa, dia baru terikat kontrak sementara dia akan bekerja dengan om dari mantannya. Bagaimana dia bisa tenang?!

"Duduklah." Titah Angkasa.

"Kita batalkan saja kontraknya." Putus Jingga, ia tak mau lagi terlibat dengan keluarga mantan suaminya.

Angkasa menarik satu sudut bibirnya, "Apa kamu tak membaca perjanjian kontrak? Jika kamu membatalkan kerja sama secara sepihak, maka kamu mu harus membayar dua puluh kali lipat dari gaji yang di tawarkan."

Jingga mengepalkan tangannya dengan kuat, "Gajiku tiga puluh juta, di kalikan dua puluh ... aku harus mengganti rugi ratusan juta. Sayang banget kalau kayak gitu." Batinnya.

Tapi tiba-tiba, ia mendapat telepon dari guru kedua putranya. Tanpa menunggu lama, ia langsung mengangkatnya. Ia lekas menjauh dan mengecilkan volume ponselnya. Berharap, Angkasa tak mengetahuinya. Tapi bertepatan dengan itu juga, Angkasa mendapat telepon dari seseorang.

"Ya Bu? Apa Arga dan Artan tidak apa-apa?" Tanya Jingga khawatir.

"Ibu bisa kesini? Artan bertengkar dengan temannya."

"Apa?" Jingga kaget bukan main mendengar Artan bertengkar dengan temannya. Ia buru-buru pergi mendatangi sekolah kedua putranya.

Angkasa tak dapat mencegah kepergian Jingga, ia juga memiliki urusan lain yang lebih mendesak.

"Ck, baik saya akan segera ke sana!" Ucap Angkasa pada seseorang yang di telepon. Ia mematikan sambungan itu dan lekas pergi dari kantornya.

Setibanya di sekolah, Jingga di arahkan masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Dia melihat Artan menangis sembari di peluk oleh Arga. Sementara di hadapan mereka ada seorang anak perempuan yang sama halnya seperti Artan yang juga sedang menangis.

"Ada apa ini sebenarnya?" Jingga mendudukkan dirinya di sebelah si kembar. Melihat kedatangan sang Bunda, Artan melepaskan dirinya dari pelukan Arga dan beralih memeluk bundanya.

"Maaf Bu, tadinya keduanya hanya mengobrol dan bercanda saja. Tapi tiba-tiba mereka berdebat dan bertengkar. Kami masih bertanya masalah keduanya, tapi mereka sama-sama tak mau menjelaskan." Terang guru itu.

Jingga menatap anak perempuan yang masih menangis terisak. Ia mencari keberadaan orang tua anak itu tapi ia tak mendapatkannya. Kemana orang tua anak tersebut? Kenapa tidak datang? Pastinya guru memanggil orang tua anak itu juga kan?

"Olang celewet itu bilang Altan nda punya Ayah hiks ... kalau nda ada ayah nda boleh duduk di depan halus di belakang hiks ...,"

"Kamu juga bilang poni Nala miling kalna nda di cicil Bunda!"

"Kan citu cendili yang bilang nda ada bundaaaa! Dacal cicil nenek lombeng!" Pekik Artan tak terima.

"Sudah, jangan seperti itu." Jingga memeluk putranya, ia tak ingin anak itu kembali berteriak kencang.

Setelah Artan tenang, Jingga kembali menatap anak perempuan tersebut. Ia baru tahu, nama anak itu adalah Nara Geisha dari name tag bajunya.

"Bu, apa orang tuanya tak datang?" Tanya Jingga, ia berharap orang tua Nara datang agar dapat berbicara dengannya. Baru hari pertama sekolah saja keduanya sudah bertengkar. Bagaimana jika besoknya?

"Maaf, saya terlambat."

"Ayah!"

Jingga terdiam, menatap Nara yang berlari ke arah pelukan seorang pria yang baru saja datang. Wanita cantik itu tertegun sejenak saat dirinya kembali bertemu dengan Angkasa. Dia tidak tahu, jika Nara adalah putri pria itu.

Sama halnya dengan Jingga, Angkasa juga kaget melihat mantan istri keponakannya ada di sekolah yang sama dengan putrinya. Tatapan matanya jatuh pada kedua anak kembar yang tengah di peluk oleh Jingga. Otaknya langsung mencerna, mencari jawaban atas apa yang dirinya lihat.

"Silahkan duduk Tuan Angkasa." Ucap kepala sekolah.

Angkasa mengangguk, ia meraih kursi di sebelah Jingga dan membawa putrinya duduk di sana. Keduanya sempat saling melirik, tapi kembali menatap kepala sekolah yang akan siap mengatakan sesuatu.

"Keduanya masih anak-anak, masih belum pintar mengendalikan emosi. Tapi Artan sudah bagus mengajak Nara mengobrol. Mungkin, ada pembahasan yang menyinggung keduanya. Bu Jingga, dan Pak Angkasa, kalian bisa memberi pengertian pada kedua anak ini. Apalagi, peran orang tua sangat penting untuk anak." Terang kepala sekolah.

"Iya Bu, maafkan anak kami. Kami ...,"

"Kami akan menyelesaikannya di luar sekolah. Sekali lagi, terima kasih Bu." Sela Angkasa yang mana membuat Jingga hendak protes.

Angkasa beranjak berdiri, ia menggendong putrinya dan membawanya keluar. Jingga mengikutinya dengan menggandeng tangan kedua putranya. Setelah berada di depan ruang kepala sekolah, Angkasa menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap serius pada kedua anak itu.

"Mereka putramu dan Delvin atau ... suami baru mu?" Tanya Angkasa dengan alisnya yang terangkat satu.

"Bukan urusan Om!" Desis Jingga.

Angkasa menarik nafas dalam, ia menatap kedua putra Jingga yang terlihat lesu. Matanya pun menangkap sebuah toko es krim di depan sekolah. Dari sana, ia memiliki ide.

"Kita mengobrol sebentar di toko es krim itu bagaimana?" Ajak Angkasa.

"Enggak perlu, terimakasih." Ketus Jingga.

Artan yang melihat sebuah toko es krim jadi merengek memintanya. Apalagi, cuaca sedang panas seperti keadaan hatinya saat ini.

"Tapi Altan mau Bunda! Altan mauuu! Haledang kali hati Altan, belikan Altan yang cegel cegeeel!" Pinta anak itu dengan tatapan berbinar tetang.

Angkasa tersenyum, "Ayo, aku traktir."

"BUNDA CUKA TELAKTILAN!"

"Artan!" Jingga menatap putranya tajam. Altan hanya menutup mulutnya menahan rasa senang. Angkasa menangkap raut wajah malu dari wanita di hadapannya.

"Ayo," Angkasa jalan lebih dulu, terpaksa Jingga mengikutinya.

.

.

.

Ketiga anak sudah mendapat es krim masing-masing, dan mereka menikmatinya termasuk Arga. Jingga tersenyum tenang melihat ketiganya kembali akur. Padahal, tadi Artan dan Nara sempat bertengkar akibat kesalahpahaman kecil.

"Menjadi single parents tidak mudah bukan?"

"Ya, begitu lah. Lebih baik sulit dari pada harus jauh dari mereka." Lirih Jingga.

"Delvin tidak tahu jika dia memiliki anak kembar?" Tebak Angkasa.

Jingga menggeleng, "Om tahu sendiri bagaimana pernikahan kami, hancur. Aku tak sempat memberitahunya soal kehamilanku saat itu."

"Bagaimana bisa aku tahu?" Jingga menatap heran jawaban Angkasa padanya.

"Aku tidak tahu masalah yang terjadi dalam keluarga. Aku ini keturunan Rodriguez yang terasingkan."

Jingga merubah raut wajahnya, ia menegakkan tubuhnya dan menatap bersalah pada Angkasa. Namun, pria itu seolah mengatakannya tanpa beban dan justru tersenyum tipis. Jingga hanya tahu, Angkasa jarang berkumpul di keluarga Rodriguez karena kesibukannya bukan karena terasingkan. Bisa di hitung oleh jari, kapan keduanya pernah bertemu.

"Jangan mengasihaniku seperti itu. Kasihani saja dirimu yang merasakan cinta bertepuk sebelah tangan pada keponakanku."

Tidak jadi! Jingga tidak jadi kasihan padanya. Kesal, wanita cantik itu meraih buku menu di atas meja dan memukulkannya pada lengan Angkasa. Bukannya merasa sakit, Angkasa justru tertawa.

"Benar-benar yah! Om juga duda ngenes di tinggal istri nikah lagi kan?!" Desis Jingga kesal. Ketiga anak menggemaskan yang menonton adegan mereka tanpa mau ikut campur.

Jingga yang merasa kesal memilih untuk pergi sebentar ke toilet. Meninggalkan Angkasa yang tersenyum penuh arti menatap kepergiannya. Raut wajahnya saat itu, di tangkap oleh Arga.

"Om, kamu disini?" Angkasa sedikit terkejut melihat kedatangan keponakannya, Delvin. Entah mengapa ia bertemu dengan pria itu disini.

"Aku lihat tadi kamu bersama seorang wanita, apa dia pacarmu?" Delvin bertanya dengan nada meledek.

Angkasa mendengus kesal, "Bukan urusanmu."

"Ayolah, jangan main rahasia begitu dengan keponakanmu ini. Apa keduanya juga calon anak sambungmu hm?" Delvin melirik anak kembar yang sedang menatapnya.

"Ya." Angkasa menjawab sambil matanya menangkap ke arah Jingga yang berdiri mematung melihat kehadiran Delvin.

1
Anna Rakhmawaty
aku pecinta durian, sanggup mkn durian montong 1 buah aku abisin sendiri meskipun berakhir mabok durian sampe sakit seminggu tp aku ga kapok😂😂😂
Afny
thor pesan babys launching 3 biar
adil gak rebutan dedek gemoy"
ana
lanjut thor
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
sabar ya jingga
anisia azi
kl aku br cium aroma durian kepala sudah pusing2😁
Ann139
nalaaaa... dolman itu tukang soto mie didekat rmh gw, next
Nurjannah Nurjanah
lagi Thor☺☺☺☺
Hafifah Hafifah
siap" elus dada tiap hari gara" tingkah mereka
Hafifah Hafifah
namanya udah g suka ya mau gimana lagi jingga kan g bisa dipaksakan
Dwi Rustiana
kita TOS dulu bang Angkasa raya karena q jga g suka durian baru kecium baunya aja dah berat dikepala kalo kata Nara teltekan kali hidup nie 🤣🤣🤣
Bunda SalVa
yang penting kamu gak diretur balik ke tukang paket ya Lu 🤣🤣🤣
Hafifah Hafifah
itu bukan terharu jingga tapi tersiksa
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
siap siap potong gajii kau jalu dan riki
Hafifah Hafifah
aduh si angkasa ampe rela nahan mual demi sang pujaan hati
ririen handayani
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ bpknya pak kusir
Dwi Rustiana
pelan2 angkasa dengan limpahan kasih sayangmu Arga pasti bakalan luluh
ririen handayani
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ gmn gk tertekan kn situ yg buat esmosi
ririen handayani
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Ny Jeon
Oke, Angkasa kita satu server.
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
kamu gak tahu apa yg terjadi arga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!