Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MULAI BERAKSI
Merasa pertempuran ini akan berdampak cukup besar, Amora pun segera memasang pelindung disekitar agar rumah-rumah dan keselamatan warga terjamin selama pertempuran berlangsung.
Tanpa banyak kata, Amora segera mengeluarkan bola api biru, gabungan antara eleman api, cahaya dan kekuatan alam miliknya, dan diapun segera melemparkannya dengan cepat kearah serigala hitam besar yang ada didepannya tanpa aba-aba, membuat serigala tersebut terpekik kaget akibat bulu hitamnya terbakar.
Melihat bulu hitamnya langsung rontok begitu bola api menyentuh kulitnya, serigala hitam tersebut mengaum marah dan segera menyerang ganas gadis cantik didepanya dengan cakar tajamnya yang langsung menjadikan tumbuhan yang terkena racun akibat sabetan tangannya, menghitam dan mati, menyebarkan aroma busuk yang menyengat.
“Brengsek! Aku sudah tak tahan dengan bau busuk ini!”, teriak Amora dengan geram.
Amora yang tak ingin terlalu lama bertarung dengan serigala mutasi tersebut kembali membuat bola-bola api biru yang kali ini dia lapisi dengan petir yang sangat kuat, hingga dalam satu kali tembakan, musuh akan terpental kebelakang dengan kuat.
Booom... Booom... Booom...
Amora terus membuat bola api biru dengan lapisan petir, menyerang sang seringala dengan membabi buta.
Tak sekalipun memberikan kesempatan bagi serigala itu untuk kembali bangkit dan membalas serangannya.
Para warga yang menyaksikan pertarungan dari kaca jendela merasa memiliki harapan untuk masa depan desa kelahiran mereka tersebut.
“Akhirnya, ada orang yang memiliki kekuatan setara dengan makhluk iblis tersebut. Semoga pemuda itu bisa membunuh makhluk terkutuk itu agar desa ini kembali aman seperti sebelumnya”, doa semua orang dalam hati.
Melihat sang serigala sudah terpuruk, Amora segera mengambil pedangnya, mengalirkan kekuatan api dan cahaya didalamnya, segera menusukkannya tepat dijantung serigala tersebut yang langsung mengaum keras, menahan rasa sakit yang ada sebelum tubuhnya berubah menjadi asap dan lenyap di udara.
“Akhirnya, selesai juga”, ujar Amora lega.
Begitu serigala tersebut lenyap, di tempatnya menghilang, Amora menemukan serpihan batu berwarna hitam dengan aura kegelapan yang sangat kuat.
Karena penasaran dan curiga jika batu hitam tersebut sengaja dimasukkan kedalam tubuh hewan liar itu sehingga serigala tersebut mengalami mutasi yang mengerikan seperti itupun segera mengambilnya dan menyimpannya kedalam kantung yang Marry berikan kepadanya.
Begitu batu hitam sebesar kerikil tersebut masuk kedalam kantong berwarna putih tersebut, aura kegelapan yang tadi sempat terasa mulai menghilang.
Amora cukup lega, karena kantong tersebut ternyata juga bisa menekan aura kegelapan dari batu hitam tersebut, sehingga dia bisa aman membawanya tanpa takut ada mencurigai apa yang telah dia lakukan.
Mengingat penjalanannya masih panjang, Amora pun segera naik ke atas kudanya dan meneruskan perjalanan dengan melewati desa wingit tanpa hambatan, meninggalkan para warga yang kini satu persatu keluar dari rumahnya dengan perasaan lega.
Aura disekitar desa telah kembali seperti semula, sehingga para warga bisa bernafas dengan lega. Akhirnya, teror yang melanda desa selama lebih dari dua tahun lenyap, dan kini mereka akan kembali menatap desa sehingga bisa kembali ramai dan makmur seperti sebelumnya.
______________________
Keluar dari Desa Wingit, matahari sudah hampir sepenuhnya menghilang, kegelapan malam pun mulai menyapa.
Entah kenapa, Amora merasa keheningan yang terjadi sangat tak biasa. Seolah semua hewan sengaja bersembunyi karena terancam sesuatu.
“Tak ada aura kegelapan disini. Tapi, kenapa begitu sunyi?”, batin Amora sambil mengernyit bingung.
Di tengah kebingungannya, suara ringkihan kuda terdengar sangat mengerikan. Jaraknya cukup jauh, namun pendengaran Amora yang tajam mampu mendengarnya.
Melihat ada yang tak wajar, Amora pun memacu kudanya menuju sumber suara. Begitu jaraknya sudah dekat, dia mengikat kudanya ke sebuah pohon besar yang ada disampingnya, sementara dirinya melompat diatas pohon, berusaha mendekat kearah keributan berlangsung.
Satu kereta kuda mewah berlambang bunga snowdrop sedang dikepung puluhan pria berpakaian serba hitam. Masing-masing dari mereka membawa pedang.
Dari penampilannya, Amora yakin jika para pria berpakaian hitam tersebut pastilah membunuh bayaran yang sengaja disewa oleh seseorang untuk melenyapkan sosok penting yang ada dalam kereta.
Ada lebih dari dua puluh orang prajurit tergeletak tak bernyawa ditanah. Sementara kusir kereta, meringkuk ketakutan ditempatnya, sementara lima orang prajurit yang tersisa terlihat kepayahan melindungi tuan mereka yang ada di dalam kereta.
“Setelah menghabisi serigala mutasi, kini harus melawan para pembunuh bayaran”, guman Amora sambil tersenyum lebar dalam hati.
Amora yang telah bertekad untuk menciptakan keadilan dan perdamaian dunia, malam ini akan kembali menjadi pahlawan.
Seth... seth.... seth...seth...seth...
Lima anak panah yang berhasil dia lesatkan dalam satu kali tembak, menumbangkan langsung lima musuh dalam sekejap.
Membuat para pembunuh bayaran yang berada didekat korban terperajat. Perhatian mereka pun mulai teralihkan ketika menyadari anggota mereka satu persatu telah tumbang dalam senyap.
Kini, para pembunuh bayaran tersebut sibuk mencari sosok yang membunuh rekan-rekan mereka dalam kegelapan.
Amora tetap bergerak dalam senyap, dia melompat dari satu pohon ke pohon yang lain, tetap menembakkan lima anak panah dalam satu kali tembakan, membuat para pria berpakaian gelap tersebut murka.
“Bangsat! Keluar kamu pengecut!”
Amora tak terprovokasi dan terus menembakkan anak panah dengan cepat, menyisahkan dua orang yang terlihat sangat kuat diantara kelompok pembunuh bayaran yangberhasil dihabisinya, yang dia duga salah satu diantaranya merupakan pemimpin kelompok tersebut.
Melihat musuhnya tinggal dua, Amora pun melesat keluar dari persembunyian dan memberikan salam perkenalan yang layak.
Bugh...
Satu tendangan tepat didada, begitu sosok ramping itu muncul, membuat salah satu dari dua pria yang terkena serangan mendadak tersungkur dan memuntahkan seteguk darah.
Melihat satu rekannya yang tersisa memuntahkan darah setelah mendapatkan tendangan, pembunuh bayaran yang tersisa segera menyerang Amora dengan wajah menghitam.
Amora tak meladeni serangan pria tersebut dan hanya menghindarinya sambil tersenyum meremehkan, membuat lawan semakin terprovokasi.
“Brengsek! Hadapi aku jika berani!”
Teriakan pembunuh bayaran tersebut tak Amora hiraukan, dia terus menghindari serangan tanpa ada niatan untuk membalas.
Seperti seorang guru yang sedang melatih muridnya bertarung, membuat harga diri pria berpakaian hitam tersebut hancur dan wajahnya semakin gelap.
Pembunuh bayaran yang murka oleh tingkah pola Amora yang sengaja memprovokasinya, mengeluarkan bola api yang cukup besar dan kuat yang diarahkan secara akurat kepadanya.
Namun sayangnya, respon Amora lebih cepat dari lesatan bola api tersebut. Kali ini, menggunakan elemen angin dia memutarkan bola api tersebut agar kembali ke lawannya.
Booom...
Bola api tersebut mengenai dada musuhnya hingga terpental kuat ke belakang dan menabrak pohon besar hingga tumbang.
Teriakan kesakitan disertai dengan muntah darah yang cukup banyak, terdengar. Namun, hal itu sama sekali tak membuat iba Amora yang langsung melesatkan tendangan keras kedada musuh hingga tumbang.
Lima parjurit yang melihat dua musuh yang tersisa masih bernyawa namun tak lagi bertenaga segera menangkap mereka agar bisa mereka intergosi nantinya.
Seorang pemuda tampan turun dari dalam kereta. Tatapan matanya tajam dan dingin, dia menatap Amora dari atas ke bawah, seorang sedang menilai.
Meski berpenampilan seperti laki-laki, namun pria itu bisa menebak dengan tepat jika yang telah menolongnya tersebut adalah seorang gadis yang bahkan usianya masih belia, melihat dari postur dan bagian setengah wajah yang terekpos.
Pemuda tampan berwajah dingin itu hanya mengucapkan satu kata "Terimakasih", yang dierespon oleh Amora dengan anggukan sebelum melesat pergi secepat angin, meninggalkan pemuda tampan itu dan kelima prajuritnya terbengong akibat terkejut dengan tingkah pola anehnya.
Padahal mereka sudah menyiapkan hadiah apa yang akan mereka berikan atas bantuan yang Amora berikan tadi. Namun sayangnya, Amora yang memang tak berniat meminta balasan segera melesat pergi karena diburu waktu.
