"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata Gilang.
"Sebenarnya apa sih alasan mas ingin kita cepat pindah ke rumah baru? Padahal tinggal di rumah mama lebih asyik loh, di sana Za dan juga Zi, lebih rame." bukannya tidak senang menempati rumah baru, tapi Inara hanya ingin tahu alasan utama suaminya memutuskan untuk pindah lebih awal dari rencana sebelumnya.
"Justru karena terlalu rame makanya mas ingin cepat-cepat pindah." balas Faras seraya mengelus rambut panjang Inara yang kini berada dalam dekapannya. Kini Keduanya duduk selonjoran di sofa ruang tengah.
"Maksudnya?." jawaban Faras mampu menciptakan kerutan halus di dahi Inara, kepalanya pun sudah mendongak menatap wajah suaminya.
"Kalau di rumah mama terlalu rame, kita tidak bisa bebas. Kalau di rumah sendiri kan bebas, mau melakukannya di manapun tidak perlu khawatir ada orang lain yang lihat. di rumah sendiri kita bisa melakukannya di sini, di sana, di sana dan di mana saja yang kita mau, iya kan." Faras mengabsen setiap sudut ruangan di rumah tersebut, mulai dari sofa dan juga tempat lainnya sambil menaikan alis tebalnya dengan penuh makna.
Pantas saja suaminya itu memerintahkan asisten rumah tangga hanya bekerja pada siang hari saja dan pulang pada sore harinya, rupanya ada udang di balik bakwan. Inara langsung geleng kepala mendengarnya. "Kakak kelas yang dulunya aku anggap kalem, pendiam bahkan terkesan dingin, kenyataannya me-sum sekali ya."
"Memangnya salah me-sum sama istri sendiri." baru berujar, tangan sudah tak bisa di kondisikan.
Notifikasi pesan di ponsel Inara berhasil menghentikan kegiatan Faras, pria itu langsung menatap ke arah meja sofa di mana saat ini ponsel Inara berada.
"Lihat dulu! Siapa tahu pesan dari mama." kata Faras. Inara menurut, memeriksa pesan yang baru saja masuk ke aplikasi hijau miliknya.
"Pesan dari siapa?." tanya Faras saat Inara menatap layar ponselnya untuk waktu yang cukup lama.
"Nggak tahu pesan dari siapa, nomor baru soalnya."
Faras yang penasaran lantas menegakkan posisi duduknya lalu mengambil alih ponsel itu dari tangan Inara.
"Bolehkah kamu menemui ku di restoran XXX sepulang kerja besok, Inara!." batin Faras saat membaca pesan tersebut.
"Demi Tuhan, mas. Aku nggak tahu itu nomor siapa." Inara takut suaminya salah paham dan berpikir yang bukan-bukan tentang dirinya.
Faras langsung mengulas senyum. "Mas percaya, sayang." mengelus lembut pipi Inara dengan ibu jarinya.
Kini fokus Faras kembali pada pesan di ponsel Inara, mencoba membuka profil pemilik nomor tersebut tapi tak ada foto ataupun gambar yang tertera di sana. Inara jadi ikutan cemas melihat mimik wajah suaminya yang kini berubah serius. "Kira-kira siapa yang mengirim pesan ini?." gumam Inara.
"Entahlah...tapi sepertinya orang ini memang sengaja tak ingin kau tahu siapa dirinya, sebelum kamu bertemu dengannya di tempat yang sudah direncanakannya."
"Nggak perlu digubris mas, biarkan saja! bisa jadi orang itu hanya iseng."
Faras menggelengkan kepala. "Mas nggak yakin orang ini hanya berniat iseng, mas Yakin orang ini kenal sama kita."
*
Keesokan harinya.
Tidak terasa waktu terus berjalan jam kerja untuk hari ini pun telah usai. Semua pegawai SJ group satu persatu meninggalkan gedung, hendak kembali ke kediaman masing-masing. Sementara Inara, wanita itu masih berada di meja kerjanya menunggu Faras keluar dari ruangannya.
Tak lama kemudian Faras terlihat keluar dari ruangannya, menghampiri meja kerja istrinya.
"Ayo, sayang."
Inara beranjak dari kursinya, tak lupa meraih tasnya. "Aku kok jadi deg-degan, mas."
"Jangan takut, mas akan mengawasi kamu dari jarak yang aman!." Faras coba meyakinkan Inara bahwa semua akan baik-baik saja. bisa saja Faras mengabaikan pesan tersebut, akan tetapi pagi tadi pesan dari nomor yang sama kembali masuk ke ponsel Inara dan bunyi dari pesannya nyaris sama, mengajak istrinya untuk bertemu di restoran XXX. Hingga Faras tak bisa mengabaikan pesan tersebut begitu saja, ia ingin tahu siapa sebenarnya pemilik nomor telepon tersebut.
Di sepanjang perjalanan menuju restoran Inara nampak memilin ujung kemejanya guna mengurangi rasa tegang yang menyelimutinya.
Faras menggenggam tangan Inara dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya masih stay pada kemudi. "Kamu percaya kan sama mas?."
Inara mengangguk.
"Kalau begitu, tenanglah! Jangan tegang seperti itu!." Faras berusaha menenangkan Inara.
"Jika sampai dugaanku benar, akan ku pastikan kau akan menyesali kelancangan mu menggangu ketenangan Istriku." batin Faras.
Setibanya di alamat restoran yang dimaksud oleh pengirim pesan tersebut, Inara sengaja turun seorang diri tanpa ditemani oleh Faras. setibanya di ambang pintu utama resto, Inara menyapu pandangan, mencari nomor meja yang disebutkan oleh pengirim pesan. Ia kembali melanjutkan langkahnya setelah memastikan keberadaan nomor meja yang dimaksud.
Inara mengusap keringat yang mulai bercucuran di dahinya.
"Selamat sore, Inara." Inara sontak mengangkat pandangannya saat mendengar seruan seseorang yang kini sudah berdiri tepat dihadapannya.
"Kak Gilang."
Tindakan Gilang yang langsung menempati kursi dihadapannya, sudah cukup menjadi jawaban bahwa pria itulah yang mengirim pesan untuknya semalam dan juga pagi tadi.
Gilang mengangguk, seolah membenarkan apa yang ada dipikiran Inara saat ini. "Benar, aku yang telah mengirim pesan untukmu, Inara." aku Gilang dihadapan Inara dan itu mampu membuat seseorang yang saat ini menempati meja yang tidak jauh dari meja mereka sontak mengepalkan tangannya. pria dengan jaket hitam, masker serta kaca mata hitam yang bertengger pada hidung mancungnya tersebut berusaha untuk tetap tenang, seraya mendengarkan apa tujuan Gilang mengajak istrinya bertemu.
"Sebelumnya aku minta maaf, Inara! Mungkin apa yang ingin kau sampaikan ini akan mengejutkan bagimu, tapi aku mohon pengertian darimu!."
"Apa maksud kak Gilang?." Inara sudah merasa was-was.
"Sebagai sesama wanita, aku mohon padamu untuk sedikit mengerti pada kondisi adikku. Saat ini Yumi sangat membutuhkan dukungan dari orang yang dicintainya, dan aku rasa kau paham dengan maksudku, Inara." sebenarnya Gilang tak tega berkata demikian pada Inara, mengingat wanita cantik yang kini menjadi nyonya Sarfaras Wisatara tersebut pernah menempati tempat terindah di relung hatinya. Akan tetapi, kasih sayang serta kondisi sang adik memaksa Gilang menebalkan muka dihadapan Inara.
Hampir saja Faras kehabisan kesabaran mendengar penuturan gila dari mulut Gilang. suami Inara itu sudah nampak mengetatkan rahangnya.
"Apa sebelum mengatakan semua ini kak Gilang pernah berpikir sedikit saja bagaimana perasaan aku? Aku ini istrinya mas Faras, bagaimana mungkin kak Gilang meminta aku mengerti dengan kondisi Yumi jika caranya saja sudah salah, kak."
"Inara aku mohon padamu! Aku janji setelah kondisi Yumi lebih baik, aku tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi." Gilang masih terus berusaha dan berharap Inara merasa iba pada kondisi Yumi.
"Maaf kak, bukannya Inara tidak mau mengerti dengan kondisi kak Yumi saat ini, tapi Inara tidak mau pada akhirnya Inara yang akan depresi akibat memikirkan suami Inara dekat dengan wanita lain." setelahnya Inara pun bangkit dari kursinya. Gilang yang merasa percakapan mereka belum selesai hendak mencegahnya. Tapi sayangnya, belum tangannya menempel pada lengan Inara, sebuah tangan besar milik seseorang langsung menepis tangannya dengan kasar.
"Jangan sekali-kali kau menyentuh istriku!." suara bariton Faras mengejutkan Gilang, begitu pun dengan Inara.
🤣🤣🤣🤣
blom apa apa udah ngomongin itu ya Ga...
aku pernah ngalamin juga kk Thor,
udah 30 menit nunggu makanannya baru datang ...
ingat diriku yang hanya dibukain pintu mobil ketika punya baby karena paksu takut anaknya jatuh 🤣🤣🤣🤣
Kereeen.. gentle! 👍🏻😍
Dan kayaknya ngga butuh waktu lama buat Arga jatuh cinta sama Margin
Margin juga begitu
Dan keliatan bibit2 bucinnya 😅😅😅