Xaviera marcella, Remaja usia 17 tahun harus menerima nasib yang buruk. di mana dia tinggal di panti asuhan, selalu dibully dan dijauhi. ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam. suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan gadis cantik yang meminta pertolongan padanya. itu berlangsung sampai beberapa hari. di saat ia sedang mencari tahu, tiba-tiba kalung permata biru peninggalan ibunya menyala dan membawanya masuk ke sebuah dimensi dan ia pun terhempas di jaman peradaban. hari demi hari ia lalui, hingga ia bertemu dengan gadis yang ada di mimpinya. ternyata gadis tersebut merupakan seorang putri dari negeri duyung. ia pun dijadikan pengawal utama untuk melindungi putri duyung itu.
gimana kisah selanjutnya? akankah Xaviera mampu menjaga putri duyung itu? ikuti kisah selanjutnya hanya di sini🥰
NO PLAGIAT!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buku misterius
Nelayan tersebut menurunkan jaringnya lalu mengambil rumput laut yang menempel di jaringnya. Xaviera tersenyum lebar ketika melihat rumput laut tersebut mulai diambili dari jaringnya. ia pun segera membuka tas kertas tanah sobek yangbiasa digunakan oleh orang-orang sekitar untuk membungkus makanan baik kering ataupun basah. rumput laut yang terkumpul lumayan banyak sampai jaring ikan nelayan itu bersih dari rummput laut yang awalnya menempel.
"Nah, sudah selesai. aku memberimu gratis karena ini tidak penting untuk dijual."
"Terima kasih tuan," Karena sudah mendapat bahan terakhir, Xaviera pun pergi dengan wajah yang bahagia. masih ada sedikit uang dikantung uangnya, tiba-tiba ia merasakan lapar pada perutnya. ia pun melihat arah samping kiri ada yang menjual aneka roti. pas untuk mengganjal lapar setelah capek berbelanja. karena ada sedikit uang ia pun berniat membelanjakannya untuk roti tersebut.
"Tuan, berikan aku roti satu. yang ini.." tunjuknya saat membeli sebuah roti.
"Baik," lalu penjual itu membungkuskan roti pesanannya, segera Xaviera menyerahkan uang sesuai harga roti tersebut. ia pun tak lupa mengucapkan terima kasih, lalu setelah itu iapun pergi. ia berjalan perlahan untuk mencari tempat duduk, kemudian ia menemukan sebuah kursi di sebelah kiri tempatnya berdiri. lalu ia pun segera menghampiri kursi tersebut untuk beristirahat sejenak. tak lupa ia menaruh barang-barangnya di bawah dan ia siap menikmati roti yang dibelinya.
Di tengah antusias ingin memakan roti tersebut, tiba-tiba matanya terfokus pada seorang nenek tua yang membawa panggulan di punggungnya tengah memegang perut sembari memperhatikannya. diperkirakan nenek itu tengah lapar, ia pun menutup mulutnya dan tidak jadi memakan roti tersebut. dengan rasa kasihan, ia menghampiri nenek itu dan berdiri dihadapannya.
"Nenek, apa kau sedang lapar? ini makanlah.." ia memberikan roti yang akan dimakannya dengan senyum tulus di wajahnya. terlihat ada semurat senyum di bibir tua tersebut. "Bukankah kau juga sedang lapar anak muda?" tanya nenek tersebut.
"Tidak jadi, lebih baik nenek makan saja punyaku." awalnya nenek itu terdiam, namun ia menerima roti pemberian Xaviera. gadis itu membantu nenek itu untuk duduk di kursi. dengan lahap nenek tersebut memakan roti pemberian darinya. sementara Xaviera hanya melihat nenek itu menikmati roti tersebut. tak lama kemudian, nenek itu sudah menghabiskan rotinya dan ia menatap Xaviera dengan lekat.
"Terima kasih anak muda, kau sangat baik hati. oh iya, nenek ada sesuatu untukmu."
"Oh tidak usah nek, aku dengan senang hati menolongmu tanpa imbalan."
Nenek itu masih sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya yang usang. lalu nenek itu mengeluarkan sebuah buku usang dan memberikannya pada Xaviera. "Ini anak muda, ambillah.. ini hadiah untuk kebaikanmu."
Xaviera pun terdiam ketika melihat nenek itu memberikannya sebuah buku usang. ia tidak terlalu suka dengan hadiah itu sebab untuk apa ia diberikan buku usang? namun melihat antusias nenek itu memberikan buku tersebut akhirnya ia pun mengangguk dan mengambil buku usang itu. "Baiklah nek,"
"Apa kau seorang kesatria? nenek melihat sinar dimatamu dan nenek yakin kau akan menjadi kesatria yang hebat."
Mendengar pujian nenek itu membuuat Xaviera kembali menampilkan senyum tulusnya. ia pun menatap buku usang pemberian nenek itu dengan cukup lama. menerima pemberian orang lain tidak ada salahnya juga untuk menghargai orang itu. ia akan membacanya setelah sampai di kamarnya. "Oh iya nek, Terima ka-.. ha?"
Saat ia ingin mengucapkan terima kasih, ia terkejut ketika nenek itu sudah menghilang dari hadapannya. "Kemana nenek itu? apa ia sudah pergi?" ia melihat keseluruh penjuru namun tidak ada nenek itu. ia melihat matahari sudah mulai menyengat, dan ia sudah lama berada di pasar ini. akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi dan pulang ke istana.dengan melewati terik matahari dan membawa banyak barang membuat tenaganya sangat terkuras. berulang kali ia mengusap keringatnya sebab kepanasan.
Sekitar 7 km ia berjalan dari pasar, ia sekarang sudah berda di depan pintu utama gerbang istana. dengan menghela nafas lelah ia pun mulai memasuki istana tersebut. saat sampai halaman, ia melihat Anvi tengah membersihkan area tersebut. ia pun segera menghampiri Anvi.
"Nona Anvi, aku sudah membeli semuanya." lirihnya kelelahan.
Melihat Xaviera sudah selesai berbelanja, ia pun mengulas senyum ramahnya. "Terima kasih atas bantuanmu Xaviera." Ia memeriksa barang bawaan yang sudah dibeli Xaviera, namun ia melihat sebuah buku usang dan mengeluarkan memperlihatkan pada Xaviera.
"Ini milik siapa? kenapa ada buku yang sudah usang di dalam ini?"
"Eum.. itu buku pemberian nenek tua yang kutemui di pasar nona. dia terlihat sangat kelaparan, dan aku membelikannya roti. sebagai balas budi maka nenek itu memberikan buku itu untukku." jelas Xaviera.
Anvi memberikan buku usang itu pada Xaviera, lalu ia mengambil buku tersebut lalu Anvi kembali memeriksa belanjaannya lalu ia mengambil sebuah bungkusan bahan yang setelah dibuka ternyata itu adalah rumput laut. "bagaimana kamu bisa mendapatkan ini? aku lupa untuk mengatakannya padamu jika rumput laut hanya bisa di dapat di laut surut."
"Tadi ada nelayan yang tidak sengaja menangkap rumput laut di jaringnya. terdapat banyak, namun nelayan itu memberikannya secara gratis."
"Ya sudah, kamu pasti lelah.. kamu bisa istirahat sejenak. terima kasih sudah membantuku."
"Baik nona, aku izin pergi ke kamarku." lirihnya kelelahan.
"Pergilah.."
Xaviera dengan gontai pergi ke kamarnya untuk beristirahat. menghabiskan waktu untuk berbelanja sama lelahnya dengan bertarung penjahat yang dulu ia temui di hutan pertama kali. badannya seakan runtuh dan pertama kalinya ia kelelahan pada setiap kegiatan yang ia lakukan. ia pun sudah sampai ke dalam kamarnya, karena sangat lelah ia sampai menjatuhkan tubuhnya ke kasur begitu saja.
"Aduuuuhh.. tubuhku sakit sekali, kepalaku juga pusing.." keluhnya. ia memang tidak terbiasa dengan situasi dengan hal ini. di tambah lagi karakternya yang tertutup memang cepat lelah jika berinteraksi dengan banyak orang yang tidak ia kenal. karena sudah tidak bertenaga, perlahan matanya mulai menutup dan tertidur dengan pulas.
***
Matahari mulai condong ke sedikit ke barat laut, Xaviera mulai mengerjapkan matanya kembali. sudah lama ia tertidur pulas akhirnya ia kembali terbangun. ia mulai menegakan tubuhnya dan mengambil posisi duduk. nyawanya belum terkumpul semua sebab wajahnya masih termenung menahan kantuk.
"Eumm.. hoaaammm.. ternyata masih terang. sudah berapa lama ku tidur? oh iya, aku harus berlatih pedang sekarang." ia mulai segar kembali dengan terbangun dari duduknya. ia mulai mengambil pedang dan buku panduan untuk melatih kemampuan pedangnya. lalu saat hendakk keluar, ia melihat buku usang itu terdapat di atas meja. ia pun mulai penasaran akan buku itu yang sudah diberikan nenek itu padanya. ia mulai eralihkan dengan menaruh pedang dan buku panduan pedang itu di atas meja.
Ia mulai beralih membuka buku usang itu. awalnya ia melihat hanya sebuah kertas jelek dan usang sampai tulisan di dalamnya tidak bisa terbaca. namun ada sebuah reaksi pada permata di kalungnya saat ia membuka bagian tengah buku tersebut. Ia tercengang ketika buku itu terlihat melayang dan mengeluarkan cahaya secerah sinar di kalungnya. "Apa yang terjadi?"
Cahaya itu kembali memenuhi area kamarnya, Matanya tidak bisa melihat ketika cahaya itu sudah memenuhi area kamarnya. "Aaa.. silau sekaii." butuh waktu beberapa detik sampai cahaya itu menghilang. perlahan ia membuka matanya agar terhindar dari silau. namun ia sudah tidak melihat cahaya di kamarnya. kalung permatanya pun sudah kembali dalam kondisi normal. namun saat melihat ke atas meja, ia kembali dikejutkan dengan buku baru yang berikilau di sana. ia mengambil buku tersebut dengan wajah penuh kebingungan. "Bukannya ini buku usang itu? kenapa tiba-tiba buku ini menjadi baru?" matanya terfokus kembali pada judul buku tersebut yang menarik perhatiannya.
"The strongest hidden magic..."