Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I Love You More, Little Sweety
"Sst... ahh... Ken..."
"Kenapa?" Pria itu sesekali mengusap peluh di sekitar wajah kecil kekasihnya. Disela-sela kegiatana panas mereka saat ini, dan untuk pertama kalinya Naninna melakukan hal itu-bukan bersama suaminya, melainkan bersama sahabatnya sendiri. Hatinya memang takut saat melakukannya, takut saat sebuah rasa sakit itu membuatnya berteriak hingga membuat Raken kecewa. Nyatanya ketika dua insan saling mencintai sudah menyatu dengan 2 tubuh masing-masing, bahasayang seharusnya terlintas di benak dan fikiran Naninna saat ini adalah... Kenikmatan yang tiada tara. Apalagi melihat ketulusan dan juga kelembutan pada wajah pria di atasnya, Naninna mulai menyerahkan seluruh jiwa dan juga raganya untuk sang kekasih. "Mau berhenti? Jika iya, aku menurutinya."
Sedikit ada rasa tidak terima karena Raken mengatakannya saat dirinya sudah benar-benar berada di ambang kenikmatan yang memuncak. Dimana puncak itu saat milik pria itu masuk secara lembut hingga ritmenya berubah sedikit cepat di dalam sana. Awalnya Naninna berfikir jika Raken melalukannya dengan gerakkan cepat akan menimbulkan rasa sakit, meskipun hanya sementara. Hingga saat puncak itu benar-benar berterbangan di dalam perut ratanya, seketika tubuhnya pun ikut bergembira dengan makna yang berbeda. Jelas Naninna tidak ingin berhenti. Bagaimana bisa pria ini ingin menghentikan aktivitas panas mereka saat keduanya benar-benar berada di puncak kenikmatan yang hakiki? Tidak! Naninna ingin lebih, dirinya menginginkan lebih dari ini.
Raken di atasnya terkekeh geli. Jelas ia tahu apa arti dari ekspresi kesal karena sebenarnya kekasihnya ini tidak ingin berhenti. Jika di katakan Raken adalah pria yang sangat dingin dan irit bicara, tentu saja itu bukanlah kebohongan. Namun jika berdua dengan wanita yang di cintainya, apalagi saat ini dirinya tengah melakukan hubungan yang lebih serius dengannya, maka Raken akan menjadi pria yang paling lembut dan hangat. "Baiklah... karena kau tidak mau berhenti, maka aku akan menurutinya...," Pria itu memajukan kepalanya lalu mengecup penuh puja nan damba bibir dan wajah merah merona kekasihnya. Naninna tersipu, "Tapi... Kau harus memohon padaku, sweety..."
Apa maksudnya?
Raut wajahnya berubah bingung. Maksud dari perkataan Raken adalah dirinya harus memohon untuk tidak berhenti atau memohon untuk tetap lanjut? Bukannya dua hal itu sama saja? Pria itu menggeleng pelan di iringi tawa renyah disana.
"Tidak, sweety, maksud dari perkataanku adalah... aku akan membuatmu memohon padaku agar aku tidak menghentikan aktivitas kita. Jadi... kau cukup diam saja dan biarkan aku yang memegang kendali, mengerti?"
Naninna menelan ludah. Rasa khawatir mulai menyelimutinya. Namun pria itu berusaha menenangkannya dengan mengecup lembut kening wanita itu. Retina kelamnya berubah lembut dan menghangat. Membuat rasa khawatir yang Naninna rasakan berangsur surut sekaligus merasa lega. "Aku... akan membiarkanmu melakukannya."
Ujar Naninna pasrah. Sepenuhnya ia mempercayai pria itu. Namun entah kenapa fikirannya di penuhi oleh bayangan-bayangan hitam dimasa lalu. Tubuh Naninna mendadak bergetar. Bukan bergetar karena efek dari kegiatan mereka, melainkan saat mengingat bagaimana kulit Raken sudah terkelupas dari tubuhnya. Rasa takut mulai menjalar dan menghantuinya. Suara isak tangis pun terdengar. Begitu pilu dan sakit secara bersamaan. Raken tidak tahu kenapa-bahkan disaat mereka berdua dengan keadaan romantis pun, wanita di bawahnya kembali menangis penuh kesakitan. Raken bukanlah pria yang hanya memikirkan diri sendiri. Menyadari ada yang tidak beres dengan kekasihnya, tanpa melepaskan miliknya pria itu hanya bisa memeluk wanita itu lalu mengucapkan kata-kata menenangkan.
Naninna sontak memeluk erat punggung tegap itu. Menyalurkan segala keresahan dan kegundahan di hatinya di tubuh pria di atasnya. Ucapan lirih terdengar jelas namun tersirat kengerian dan juga kesedihan disana.
"Maafkan aku... Maafkan aku..." Raken masih diam. Bahkan dirinya membiarkan keringat mengalir secara perlahan di tubuhnya dan juga kekasihnya. Saat ini yang wanita itu inginkan adalah tempat untuk bersandar. "Ken... semua ini salahku, kau menderita karenaku, kau terluka karenaku... semuanya karenaku..."
Raken melihat wajah sembab itu, "Berhenti mengucapkan kalimat yang akan membuatmu sakit dan merasa bersalah, Naninna. Aku tidak tahu mengapa kau selalu menyalahkan diri sendiri karena penderitaan yang aku alami," Telapak tangannya mengusap air mata itu, mengecupnya singkat lalu kembali berkata, "Bukankah selama ini aku bahagia dan baik-baik saja? Selama kau aman maka aku pun juga aman dan baik-baik saja. Berhenti mengatakan hal itu disaat kita berdua seperti ini, sweety... aku tidam terima jika air mata yang kau keluarkan itu bukan karena kerja kerasku malam ini, melainkan karena rasa sakit yang amat dalam di hatimu."
Naninna juga tidak menginginkan hal itu. Hanya saja... bayangan-bayangan mereka saat tertawa karena menyaksikan kekalahan yang ia alami, muncul begitu saja di kepalanya. Entah ini kehendak Tuhan atau hanya fikirannya saja, namun hatinya tidak pernah merasa tenang. Seakan ada bahaya yang datang setelahnya. "Aku... tidak akan membicarakan itu lagi, aku janji."
"Hm..."
Disaat kekasihnya mulai tenang, Raken mulai kembali untuk melanjutkan aksinya yang sempat tertunda. Meskipun sudah cukup lama hampir 3 jam mereka melalukannya, nyatanya pria itu tidak pernah merasa puas dengan wanita itu hanya dengan sekali kegiatannya. Raken sangat menginginkannya lagi dan lagi. Wajah lelah nan sayu namun menyiratkan keinginan untuk melakukan lebih dalam lagi, di tambah temaramnya lampu di kamar, wajah Naninna benar-benar mempesona. Raken merasakan debaran jantungnya berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya.
"Memohonlah, sweety...," Naninna memejamkan kedua matanya merasakan nikmat yang dua kali lebih bisar dari biasanya. Kali ini Raken benar-benar akan menyuruhnya untuk memohon. "Biarkan aku mendengar suara indahmu..."
Sorot retina emas itu berubah sayu. Menatap lekat retina kelam miliknya, Naninna mengulurkan kedua tangannya ke arah kekasihnya, lalu tersenyum penuh makna, "Aku mohon... jangan berhenti... buat aku terbang karenamu, dan buatlah diriku melayang karenamu, Ken..."
Raken terpana. Apa yang di lakukan oleh Naninna saat ini benar-benar sangat seksi dan... menggoda? Siapa yang akan menolaknya? Raken dengan senang hati menerima semua apa yang dikatakan oleh wanita itu. menggapai telapak tangan mungil itu lalu mengecupnya pelan. Kali ini, dirinya tidak akan berhenti. Tidak peduli bagaimana wanita di bawahnya memohon untuk tidak melanjutkannya, Raken tetap tidak akan berhenti.
"Kau yang memintanya...," Pria itu sudah di penuhi oleh kabut gairah. Retina kelamnya nampak seksi dimata Naninna. "I love you more, little sweety..."
#####
Tubuh kecil itu nampak menggeliat hingga selimutnya sedikit tersingkap, menampilkan punggung mulus dan putih seperti bayi. Jelas Raken sangat mengingat bagaimana tekstur dan bentuk lekuk tubuh kekasihnya. Tangan nakalnya secara liar bergerak menggerayangi setiap inci kulit tubuh milik Naninna. Seakan ingin menyimpannya di kepala layaknya sebuah memory. Ya... Raken sangat menikmatinya tadi malam. Bukan hanya dirinya saja, Naninna pun juga ikut menikmatinya bahkan mengeluarkan desahan sambil memanggil namanya.
Raken merasa menang dan bahagia. Seperti tengah mendapatkan hadiah yang tak ternilai harganya. Pria itu mendengus geli, saat membayangkan bagaimana kegiatan panas mereka di jadiakan sebuah lukisan lalu di kirimkan langsung kepada Matthew? Pasti pria itu akan meronta kesetanan. Raken tidak tahan untuk tidak membayangkannya.
"Ngh..." Naninna terbangun. Wanita itu duduk lemas karena merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Kedua matanya mengerjap guna mengembalikan kesadarannya secara penuh. Retina emasnya bergerak liar seolah tengah mencari keberadaan seseorang. Hingga saat dimana matanya menangkap sosok yang saat ini ia cari, tanpa memakai busana apapun wanita itu turun dari ranjang dan berjalan menghampiri Raken yang tengah duduk di kursi sambil memandanganya intens.
Pria itu menaikkan sebelah alisnya. Sedikit terkejut karena Naninna seolah tidak menyadari apa yang telah dia lakukan saat ini. Entah karena efek dari bangun tidur atau sengaja, Naninna berjalan menghampirinya tanpa mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya. Saat tubuh kecil itu sudah ada di depan mata, fokus Raken tertuju pada sebuah tanda kissmark yang ia buat semalam. Tatapan yang sulit di artikan itu menyorot penuh nafsu saat tubuh telanjang kekasihnya terpampang jelas di matanya.
"Sayang...." Naninna tiba-tiba saja duduk di atas pangkuannya. Dapat Raken rasakan betapa hangatnya kulit Naninna saat bersentuhan dengan kulitnya. Karena Raken saat ini juga tidak mengenakan atasan. "Kenapa kau tidak membangunkanku..."
Suara manja ini entah kenapa sangat enak didengar di telinganya? Meskipun seringkali Naninna melakukannya, hanya saja kali ini berbeda karena mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Kalimat sayang di lontarkan Naninna begitu syahdu di pendengarannya.
"Kau tidak memakai baju, sweety... berhenti menggodaku." Raken berusaha menahan sesuatu yang sangat aneh didadanya. Rasa gejolak terus menari saat lengan kekasihnya bergelayut dan beralih membelai lembut rahangnya. "Jangan membuatku untuk melakukannya lagi di pagi hari ini, Naninna... kalau kau tidak ingin merasakan sakit lagi di sekujur tubuhmu."
Wanita itu merengut sebal. Memukul pelan dada bidang yang nampak keras di tangannya. Pria itu meraih lengan kekasihnya, lagi Raken mengecupnya sangat lama. Menikmati setiap inci dari wajah wanita yang amat ia cintai di setiap kenangan manisnya. Raken bersumpah, tidak akan membiarkan pria manapun termasuk suami dari wanita itu untuk menyentuh ataupun melihat tubuh milik kekasihnya. Tidak akan ia biarkan hal itu terjadi.
"Ayo kita menikah?"
Bukannya jawaban yang dirinya dapat, melainkan pukulan lagi kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"Jangan bercanda, Ken... Kau tahu aku sudah bersuami."
"Tapi pria bajingan itu tidak mencintaimu, sweety... pria itu tidak bisa di percaya. Dia benar-benar tidak pernah mencintaimu dengan tulus."
Naninna terdiam sesaat. Dirinya juga menyadarinya dari awal. Sampai kapanpun Matthew memang tidak akan pernah mencintai dirinya. Naninna tidak akan mengharapkan apapun dari pria tersebut.
"Jangan dulu, cukup kita seperti ini sudah membuatku bahagia dan senang. Kau adalah tempat ternyamanku, Ken...,"
Pria itu nampak menghela nafas panjang. Mustahil dirinya menolak keinginan dan peringah dari kekasihnya. Bertahun-tahun bersamanya, membuat pria itu paham maksud dari keinginan wanita itu. Ia pun mengangguk meskipun sedikit tidak terima.
"Ken... Kalau misalnya aku benar-benar menghilang dari dunia ini... apa yang akan kau lakukan?"
Karena dimasa lalu saja, Raken bahkan berusaha menyelamatkannya disaat pria itu juga tengah sekarat, entah apa yang akan di lakukan oleh dia saat menyadari bahwa ia menghilang. Mendengar pertanyaan tak mengenakkan, kedua alis pria itu nampak berkerut dalam. Raut wajahnya berubah masam dan marah.
"Aku akan mati dan mencarimu. Kalau misalnya kau menghilang dari dunia ini dan ternyata kau berada di masa depan ataupun masa lalu, aku tidak akan ragu membunuh diriku sendiri lalu berenkarnasi lagi untuk bisa menemukanmu."
Naninna tidak bisa berkata-kata lagi.
Sorot matanya berubah nanar saat melihat keyakinan pada wajah pria itu. Jelas Raken akan melakukannya, tidak mungkin tidak. Tapi yang membuat Naninna tidak menyangka, bahwa pria itu akan mengatakannya langsung tepat di depannya. Siapa yang tidak tersipu dan tersentuh? Naninna hanya bisa menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang kekasih. Air matanya lolos dari pelupuknya. Isak ingis mulai terdengar di telinga pria itu.
"Aku sudah pernah mengatakannya padamu untuk tidak berkorban demi diriku, kenapa kau keras kepala?! Tidak kah kau memikirkan dirimu sendiri dan lebih mementingkan keadaanmu?! Jangan membuatku semakin merasa bersalah padamu, Ken...,"
"Naninna....," Raken menyorot sendu wajah kekasihnya. Dirinya tidak bisa. Meskipun tubuhnya mengatakan iya nyatanya hatinya tidak sama. Pria itu hanya terlalu mencintai dirinya saja, maka dari itu Raken selalu mementingkan dirinya di banding nyawanya sendiri. Tapi untuk kali ini saja... Naninna ingin mati dengan tenang setelah semuanya selesai. Dan ingin melihat wajah kekasihnya untuk yang terakhir kali. "Aku tidak bisa, aku benar-benar tidak bisa. Kau... segalanya bagiku. Kau satu-satunya wanita yang sangat berarti bagiku, jadi aku mohon, berhentilah menyuruhku untuk mementingkan diriku sendiri karena bagaimana pun kau tetaplah prioritasku."
Tubuh kecil itu