NovelToon NovelToon
Admiral Of Bismarck: The Second War Rises In Another World

Admiral Of Bismarck: The Second War Rises In Another World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Summon / Barat
Popularitas:304
Nilai: 5
Nama Author: Akihisa Arishima

Bismarck telah tenggelam. Pertempuran di Laut Atlantik berakhir dengan kehancuran. Kapal perang kebanggaan Kriegsmarine itu karam, membawa seluruh kru dan sang laksamana ke dasar lautan. Di tengah kegelapan, suara misterius menggema. "Bangunlah… Tebuslah dosamu yang telah merenggut ribuan nyawa. Ini adalah hukumanmu." Ketika kesadarannya kembali, sang laksamana terbangun di tempat asing. Pintu kamar terbuka, dan seorang gadis kecil berdiri terpaku. Barang yang dibawanya terjatuh, lalu ia berlari dan memeluknya erat. "Ana! Ibu kira kau tidak akan bangun lagi!" Saat melihat bayangan di cermin, napasnya tertahan. Yang ia lihat bukan lagi seorang pria gagah yang pernah memimpin armada, melainkan seorang gadis kecil. Saat itulah ia menyadari bahwa dirinya telah bereinkarnasi. Namun kali ini, bukan sebagai seorang laksamana, melainkan sebagai seorang anak kecil di dunia yang sepenuhnya asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Akihisa Arishima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reinkarnasi Sang Admiral

Di tengah kehampaan antara kehidupan dan kematian, Laksamana Günther Lütjens berdiri dalam kekosongan tanpa batas. Tidak ada cahaya, tidak ada suara—hanya kehampaan yang menyelimuti seolah alam semesta menahan napas, menunggu keputusan yang akan mengubah segalanya.

Saat ia tenggelam dalam kegelapan, tiba-tiba sebuah cahaya lembut menyinari ruang hampa itu. Sosok bercahaya berdiri megah di atas lingkaran sihir berwarna emas. Tubuhnya bersinar seperti cahaya bulan, dengan rambut panjang mengalir bagai sutra perak, sesekali memancarkan semburat bintang. Matanya, bagaikan dua galaksi yang berputar perlahan, menyimpan kebijaksanaan yang melampaui waktu.

Jubah putih keemasan membalut tubuhnya, dihiasi pola runik yang terus bergerak seolah bernyawa. Di punggungnya, sepasang sayap transparan berkilauan dengan warna pelangi samar, seakan terbuat dari cahaya itu sendiri. Di atas kepalanya, sebuah mahkota bercahaya melayang, melambangkan keilahiannya.

"Laksamana Günther Lütjens, senang bertemu denganmu," suara sang dewi bergema di kehampaan. Nada suaranya lembut, tetapi penuh kewibawaan.

"Siapa kau?" tanya sang laksamana dengan waspada.

"Aku adalah Velthoria, dewi takdir yang menjaga keseimbangan dunia, salah satu dari dewi di dunia lain."

Lütjens mengerutkan kening. "Apa maksudmu? Bukankah aku sudah mati?"

"Kau belum sepenuhnya mati," jawab Velthoria tenang. "Jiwamu masih belum bisa beristirahat dengan damai. Kau telah menumpahkan begitu banyak nyawa ke lautan, tetapi aku akan memberimu kesempatan kedua untuk menebus semuanya."

Lütjens terdiam, hatinya dipenuhi keraguan. "Kesempatan kedua? Untuk apa? Aku sudah mati, dan aku menerima itu. Apa peduliku dengan dunia lain?"

Sang dewi tersenyum lembut. "Karena kau tidak akan pergi dengan tenang. Jiwamu masih dihantui oleh dosa-dosa dari kehidupan sebelumnya. Kau telah membuat keputusan yang mengorbankan banyak nyawa. Sebagai seorang laksamana, kau membawa kebanggaan sekaligus kehancuran. Jika kau ingin menebusnya, aku menawarkan jalan."

Lütjens mengepalkan tangannya. Ia ingin menolak. Ia ingin tetap mati, tenggelam bersama Bismarck, dan melupakan segalanya. Namun, ingatan akan masa lalunya mulai muncul satu per satu. Perintah-perintah yang ia berikan di medan perang, kapal-kapal yang tenggelam, para awak yang berjuang dan gugur atas namanya. Dosa-dosa yang tak terhitung jumlahnya.

Kemudian, ia menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Baiklah... Aku akan menerima tawaran ini. Tapi bagaimana caraku menyelamatkan dunia itu? Aku hanyalah seorang laksamana, bukan seorang pahlawan yang bertarung dengan pedang dan sihir."

Dewi Velthoria mengangkat tangannya, menciptakan lingkaran sihir bercahaya di udara. "Aku akan memberimu kemampuan yang sesuai dengan pengalaman dan keahlianmu. Namun, ada satu syarat lain yang harus kau terima."

Lütjens menyipitkan mata. "Syarat apa?"

Sang dewi tersenyum penuh arti. "Kau akan bereinkarnasi sebagai seorang gadis."

Sejenak, keheningan menyelimuti kehampaan. Lütjens terpaku, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar. "Kau pasti bercanda. Aku seorang pria. Seorang laksamana. Kenapa aku harus menjadi seorang gadis?"

"Aku tidak bisa mereinkarnasimu sebagai pria. Ada larangan yang mengatur segalanya. Menghidupkan kembali seseorang dengan jiwa, tubuh, dan jenis kelamin yang sama melanggar hukum ilahi," jawab Dewi Velthoria dengan tenang.

"Jadi, jika kau menghidupkanku kembali sebagai pria yang sama seperti kehidupan sebelumnya, maka kau akan menerima hukuman setimpal?" tanya Lütjens, mulai memahami situasinya.

"Itu benar," jawab Velthoria.

"Tapi yang kubutuhkan adalah seorang pemimpin yang bisa membawa harapan. Dalam wujud barumu, ini adalah kesempatan terakhir bagimu untuk menebus seluruh dosa yang telah kau perbuat," lanjutnya.

"Dapatkah kau menerima perubahan ini dan menebus kesalahanmu?"

Lütjens ingin menolak. Namun, sekali lagi, bayangan dosa masa lalunya melintas dalam pikirannya. Jika ini adalah harga yang harus ia bayar untuk menebus kesalahannya… maka ia harus menerimanya.

Kemudian, sebuah pemikiran penting terlintas dalam benaknya.

"Aku juga membutuhkan teman-temanku jika kau ingin aku bertempur kembali," ujar Laksamana Günther Lütjens.

"Jika hanya aku yang bereinkarnasi, perjuanganku ke depannya akan semakin sulit." Lanjutnya.

Sang Dewi Velthoria tersenyum lembut sebelum menjawab, "Aku sudah mengetahui hal itu."

"Semua temanmu yang bereinkarnasi telah kuberi tanda di pundak sebelah kiri mereka. Sementara itu, untuk para petinggi sepertimu, kau dapat mengenali mereka melalui tato di punggung—sama seperti yang akan kau miliki di tubuh barumu."

"Setelah kau bereinkarnasi, kau hanya perlu mencari mereka yang memiliki tato serupa."

"Dan satu hal lagi yang ingin kuberikan kepadamu," lanjut sang dewi. "Saat tato di punggungmu terasa sakit dan terbakar panas, ikutilah suara yang terdengar di dalam kepalamu."

Dengan tarikan napas berat, akhirnya ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan menerima reinkarnasi ini."

Dewi Velthoria tersenyum puas. "Bagus. Sebagai hadiah, aku akan memberimu beberapa keterampilan yang akan membantumu dalam kehidupan barumu."

Ia melambaikan tangannya, dan seberkas cahaya meluncur ke tubuh Lütjens. Seketika, informasi tentang kemampuan barunya mulai mengalir dalam benaknya:

Strategic Mind (Pikiran Strategis) – Kemampuan ini mempertajam naluri taktisnya. Dengan ini, ia bisa menganalisis situasi dan membuat keputusan dalam sekejap, layaknya di medan perang.

Naval Tactics Mastery (Penguasaan Taktik Angkatan Laut) – Meskipun dunia baru ini tidak memiliki kapal perang, pemahamannya tentang strategi tempur dapat diterapkan dalam berbagai situasi, termasuk perang antar kerajaan.

Commanding Presence (Kharisma Pemimpin) – Kemampuan ini memberinya aura kepemimpinan yang kuat, membuat orang lain lebih mudah menerima dan mengikuti perintahnya.

Adaptability (Fleksibilitas Supernatural) – Memungkinkannya beradaptasi dengan cepat terhadap dunia baru, baik dalam budaya, bahasa, maupun teknik bertarung.

Divine Blessing (Berkat Ilahi) – Perlindungan khusus dari Dewi Velthoria yang meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat pemulihan luka.

Gate Shifting (Pergeseran Gerbang) – Kemampuan tingkat tinggi yang memungkinkan pengguna membuka gerbang antar dimensi atau berpindah ke lokasi tertentu dalam dunia yang sama. Kemampuan ini memberinya kendali atas perjalanan ruang dan waktu, mulai dari teleportasi instan hingga perpindahan antar dunia.

Dewi Velthoria menatapnya dengan lembut. "Perjalananmu baru saja dimulai. Aku telah mengatur kebangkitanmu di dunia baru. Gunakan kehidupan keduamu dengan bijak, dan selamatkan dunia ini dari kehancuran."

Sebuah gerbang cahaya terbuka di belakang Lütjens. Ia menatap dewi itu untuk terakhir kalinya sebelum cahaya terang menyelimuti tubuhnya sepenuhnya.

Dalam sekejap, ia menghilang dari kehampaan.

Dewi Velthoria tersenyum kecil sebelum mengalihkan pandangannya ke kejauhan. "Semoga takdir membawamu menuju penebusan yang sejati…" bisiknya lembut.

Kesadaran perlahan kembali. Pandangannya masih buram, kepalanya terasa berat, seolah baru saja melewati perjalanan panjang yang tak berujung. Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi yang ia rasakan adalah tubuh yang asing—kecil, lemah, dan jauh berbeda dari tubuhnya yang dulu.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan seorang gadis kecil berdiri terpaku di ambang pintu. Mata gadis itu membulat, ekspresinya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Barang yang dibawanya terjatuh dari genggamannya, suara dentingan terdengar saat benda itu menyentuh lantai kayu.

Dengan tangis yang pecah, gadis kecil itu berlari dan memeluknya erat.

"Ana!!! Akhirnya kamu bangun! Ibu kira kamu akan pergi meninggalkan ibu sendirian..."

Sang Laksamana hanya bisa terdiam. Pelukan hangat itu begitu nyata, begitu erat hingga ia bisa merasakan getaran tubuh gadis kecil yang menangis tersedu-sedu. Namun, yang lebih mengejutkan adalah kata-kata yang baru saja ia dengar. "Ibu?"

Bingung, ia menoleh ke kiri dan kanan. Matanya menangkap bayangan di cermin di sudut ruangan. Dua gadis kecil terlihat di sana. Salah satunya memeluk yang lain dengan erat, air mata mengalir di pipinya.

Pikirannya berputar liar, mencoba memahami situasi ini. Ia mengangkat tangannya—tangan kecil, mungil, jauh berbeda dari tangan kekar yang dulu sering menggenggam kemudi kapal dan memberi perintah kepada ribuan prajurit. Ia menyentuh wajahnya sendiri, kulitnya halus tanpa bekas luka pertempuran.

“Tunggu sebentar…” gumamnya dalam hati. “Kalau gadis ini seorang ibu… Maka gadis kecil yang dipeluknya itu…?!?”

Jantungnya berdegup kencang.

Saat itulah kesadaran menghantamnya seperti gelombang besar. Ia telah bereinkarnasi.

Bukan sebagai seorang pria gagah yang pernah memimpin armada perang, bukan sebagai sosok yang ditakuti di medan tempur, tetapi sebagai seorang gadis kecil.

Anastasia von Siegfried, seorang anak yang baru saja membuka matanya kembali di dunia ini, dengan jiwa seorang laksamana yang terperangkap di dalamnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!