Anila mencoba meraba disekitarnya hingga dia merasakan ada dinding di sebelah kirinya. Dia berjalan melangkah ke depan.
Tapi dia tersandung oleh sesuatu membuat dia jatuh ke tanah.”Ini dimana sih kenapa semua gelap. Seharusnya ini masih siang. Kenapa gelap sekali,”ucap Anila dengan wajah binggung. Tapi dimana saat itu Anila berada akan dia bisa keluar dari kegelapan itu dan kembali ke tempat asalnya. Anila akan bisa menemukan teka-teki yang dia dapatkan?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
“Apa dengan tanda yang kamu berikan mereka akan tahu,”ucap Babon.
“Tenang saja ini akan aman. Ayo masuk ke dalam. Tapi sebelum itu aku ingin kamu melakukan apa yang aku suruh jangan menyentuh barang di dalam sana. Kamu pahan bukan Babon,”kata Anila.
“Aku paham. Aku juga ingin hidup,”kata Babon. Segera mereka masuk ke dalam gua. Kelompok Belisama dan Baki yang sudah berputar-putar mencari gua berhenti di gua yang mereka lihat sebelum bertemu Belisama.
“Apa ini pintu masuknya,”kata Belisama.
“Aku tidak tahu. Kita bisa mengeceknya dulu kalau kamu merasa ragu dengan pencarian ini,”kata Baki. Harits yang melihat batu yang dia belah tampak berbeda. Batu yang seharus dia lihat ada satu tebasan saja. Tapi ini ada beberapa tebasan. Harits yang sedang berpikir melihat tebasan di batu itu.
“Ada apa Harits apa ada masalah di batu itu?,”ucap Belisama yang datang mendekat dan melihat.
“Tidak ada,”ucap Baki yang datang karena ada yang salah dengan sikap Belisama.
“Kalian cepat masuk dan mencar tahu apa benar lokasi makam ada disini,”kata Belisama dengan anak buahnya. Baki yang mendekat ke Harits berbisik,”Apa ada yang salah dengan lokasinya?.”
Harits hanya menggelengkan kepalanya saja.”Tapi kenapa banyak tebasan di sini,”kata Baki yang tampak sadar dengan ke anehan ini.
“Sebaiknya kita masuk ke dalam,”ucap Harits masuk untuk melihat situasinya. Sementara Baki masih berpikir dengan tebasan di batu itu berpikir satu nama,”Anila apa dia sudah ada di dalam sana.”
Baki melihat ke arah Harits yang tampak santai dan tidak terjadi apa-apa. Melihat sikap Harits yang santai Baki tahu siapa yang sudah ada didalam dengan pikiran yang sudah dia tebak. Baki tersenyum dan datang ke sisi Harits. Hanan dan Bani di belakang mereka melihat senyum Baki membuat penasaran.
“Hai Bani kenapa aku merasa kalau Baki suka dengan Harits ya lihat saja senyum itu,”ucap Hanan yang dengan jujur.
“Kamu sebaiknya tutup mulut kamu Hanan. Jika kamu ingin hidup,”kata Bani.
“Baiklah, tapi kemana Anila dan Babon berada kenapa sampai sekarang masih belum terlihat,”bisik Hanan.
“Kau juga tidak tahu sebaiknya kamu tidak menyembut nama dia. Aku tebak dia aman untuk saat ini,”kata Bani yang membalas dengan bisikan. Hanan awalnya sedikit cemburu dan iri dengan Anila. Tapi setelah dia tahu kalau Anila sama sekali tidak tertarik dengan Baki sedikit mengendur hatinya.
“Kenapa kalian diam saja. Cepat masuk,”ucap tentara milik Belisama. Bani dan Hanan segera berjalan menyusul Baki dan Harits yang sudah masuk ke dalam gua.
“Hai kalian berdua tampak senang tadi. Apa yang kalian rencanakan sebenarnya?,”ucap Bani mendekat ke sisi Harits dan Baki yang berjalan bersama.
“Tidak ada,”ucap Harits dengan singkat. Hanan merasa ragu dengan jawaban dari Harits mendekat ke sisi Baki.
“Baki kamu menyembunyikan sesuatu ya dari kami berdua,”ucap Hanan.
“Kenapa kamu berpikir seperti itu Hanan. Mana mungkin aku menyembunyikan sesuatu,”ucap Baki menjawab dengan santai.
“Aku rasa teman wanita kamu takut Baki,”ucap Belisama yang masuk ke pembicaraan itu.
Hanan mendengar kata dari Belisama hanya memalingkan muka saja karena merasa kesal. Tapi sikap Belisama hanya biasa saja dengan wajah tersenyum. Di gua yang mereka telusuri tampak gelap karena hari juga mulai berganti hari.
Anila dan Babon yang sudah masuk sudah jauh dari mereka kelompok Baki yang ada di belaang.”Apa kamu yakin kalau mereka ada di belakang kita,”ucap Babon untuk mengisi kesunyian yang gelap.
“Mereka ada di belakang. Aku bisa merasakan langkah kaki mereka yang ada di belakang. Tapi dari pada itu lihat saja didepan sana ada jalan yang bercabang,”ucap Anila melihat kedepan.
“Itu benar jadi mana yang harus kita lalu,”kata Babon yang tidak tahu harus jalan lewat mana. Anila mengeluarkan peta yang dia buat sebelumnya.
“Kita lewat jalan kanan saja,”ucap Anila yang memilih aman dari pada jalan kiri. Tapi sebelum itu dia memberikan tanda yang berbeda dengan tenda Harits buat untuk Baki.
“Untu apa kamu membuat tanda itu. Kalau kamu tidak ingin tertangkap?,”kata Babon.
“Hanya tanda untuk seseorang saja. Ayo berjalan ke sini,”ucap Anila.
“Apa kamu yakin ini aman untuk kita lewati,”ucap Babon sedikit takut dan ragu.
“Aman,”ucap Anila dengan santai.
Babon hanya bisa mengikuti Anila dari belakang. Babon melihat Anila yang berjalan santai tanpa ragu hanya bisa diam saja. Di saat mereka terus berjalan tidak ada masalah yang terjadi termasuk montser atau serangga di gua. “Ini sangat aneh. Kenapa kita tidak bertemu bahaya ya,”ucap Babon dengan wajah bingung.
“Apa kamu tidak senang. Kalau begitu nanti aku akan lewat jalan yang berbahya bagaimana?,”kata Anila dengan santai.
“Tidak, ini bagus kalau kita tidak bertemu dengan musuh. Hanya saja bagaimana jalur yang kamu pilih aman dan benar,”kata Babon.
Anila tersenyum kepada Babon yang membuat dia merasa kalau semua ini aneh.”Aku tahu apa yang kamu pikirkan Babon. Tapi ini sudah aku prediksi. Aku juga sudah mencari informasi dari berbagai buku tentang makam ini dan lingkungan disini juga suda membantu aku memperjelas lokasi amannya,”kata Anila dengan percaya diri.
“Jadi maksud kamu Anila. Sudah mencari informasi dari makam yang kita datangi ini. Tapi bagaimana?,”ucap Babon sedikit kagum.
“Bagaimana ya aku mengatakannya aku hanya mendapatkan dari buku, informasi peninggalkan yang didapatkan dari makam ini saja sambil melihat lingkungan hutan dan sekitar saja, tidak ada yang lain,”ucap Anila sambil menyentuh dagunya dengan wajah berpikir serius.
“Anila kamu hebat sekali bisa tahu dari sedikit informasi,”kata Babon menganjungkan jempolnya. Mereka kembali melangkah ke depan yang damai tanpa musuh dijalur mereka lalui bersama.
“Nona Belisama ada dua jalur mana yang harus kita lewati,”bawahan yang ada didepan. Belisama melihat ke arah Baki. Harits berjalan melihat sekitar jalur. Mata dia melihat ke jalur kanan tampak biasa saja. Tapi anehnya Harits melihat tanda yang tampak asik.
“Kita lewat sana saja bagaimana,”ucap Harits berjalan ke sisi kiri. Baki melihat Harits memilih sisi Kiri hanya bisa mengikutinya. Sementara Baki, Hanan dan Bani merasa ada yang aneh dengan sikap Harits mereka segera mendekat. Harits merasakan tatapan mereka bertiga berkata dengan suara kecil.
“Anila lewat jalan kanan,”ucap Harits.
“Apa, jadi Anila ada di gua ini juga. Kenapa dia tidak membantu kita,”ucap Hanan terkejut. Tapi dia bisa menahan suaranya agar musuh tidak ketahuan.
“Mungkin dia tidak bisa membantu kita karena jumlah musuh,”ucap Baki.
“Hai Baki, aku lihat kamu tidak terkejut sama sekali. Apa sudah tahu kalau Anila ada di gua ini juga,”ucap Bani.
“Aku hanya menebak saja kok dari batu yang terbelah menjadi beberapa bagian tadi,”kata Baki.
“Harits kamu juga tahu tentang ini juga,”ucap Bani. Harits hanya bisa diam dengan wajah datarnya. Bani menghela nafas dan memalingkan wajahnya sambil berkata,”Jadi hanya aku yang tidak tahu ini.”
“Kenapa kamu tampak sedih. Dia baik saja,”kata Baki.
“Au tahu dia akan baik saja,”ucap Bani.
“Tunggu dulu, kenapa kita tidak lewat kanan kalau Anila lewat sana, bukan kita akan bertemu dengan dia,”ucap Hanan. Tapi apa yang akan didapatkan oleh jawaban ketiganya nantinya?.