21+
Laura Anastasia, seorang gadis yatim piatu berusia 21 tahun, pemilik sebuah panti asuhan. Suatu hari ia dihadapkan dengan kenyataan bahwa mendiang sang ibu yang telah meminjam uang sebanyak 300 juta kepada seorang rentenir. Dengan menggadaikan sertifikat tanah panti asuhannya.
Mampukah Laura mendapatkan uang itu dalam waktu 2 hari? Atau ia harus rela kehilangan panti asuhan milik orang tuanya?
Edward Alexander Hugo, seorang pria mapan berusia 35 tahun. Seorang pewaris tunggal dari keluarga Hugo. Sampai saat ini, tidak ada yang tau tentang status hubungannya. Tidak pernah terdengar memiliki kekasih, mungkinkah dia seorang pria lajang atau mungkin sudah beristri?
Hingga suatu ketika, sang gadis yatim piatu dan sang pewaris di pertemukan oleh sebuah TAKDIR.
“Aku hanya membutuhkanmu saat aku tidur, jadi kembali lah sebelum aku tidur”. Edward Alexander Hugo.
.
.
.
.
Hai, aku baru belajar menulis. Mohon kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Terima Gaji 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24. Makan Malam.
Malam harinya sesuai yang di ucapkan Edward tadi siang, ia mengajak Laura pergi berjalan-jalan ke luar villa. Tidak jauh dari villa mewah yang mereka tempati. Hanya berjalan di pinggir pantai. Menikmati indahnya pemandangan air laut yang berhiaskan cahaya rembulan.
Laura berjalan sambil menjinjing sepatunya. Ia menggunakan kemeja lengan panjang berbahan rayon, berwarna putih di padukan dengan hot pant berwarna hitam.
Laura tidak tau harus mengenakan pakaian apa. Ia juga tak mempunyai gaun malam. Tetapi gadis itu tak kehabisan ide, ia meminta bantuan ponsel pintarnya. Dan inilah hasil yang dia dapatkan, lumayan. Tidak terlalu buruk.
Laura berlari kecil ke bibir pantai, saat ombak datang ia akan berlari menjauh. Seperti anak kecil yang baru pertama kali bermain di pantai.
Pria dewasa yang berada tak jauh darinya, menyunggingkan sebuah senyuman. Melihat gadisnya begitu bahagia, ia juga merasa bahagia.
“Apa kamu tidak pernah ke pantai sebelumnya?” Tanya Edward saat mereka kembali berjalan beriringan.
“Kenapa?” Bukannya menjawab, tetapi Laura kembali bertanya.
“Kamu seperti anak kecil yang baru pertama kali ke pantai”. Jawab pria itu.
Laura menghembuskan nafasnya kasar. Bukannya ia tak pernah ke pantai, hanya saja sudah sangat lama ia tidak pernah menginjakkan kakinya di air yang memiliki rasa asin alami itu. Terakhir kali saat ibunya masih sehat. Mungkin saat ia berusia 13 tahunan, dia sendiri sudah lupa.
“Kenapa melamun? Ayo kita sudah sampai.” Edward meraih dan menggenggam tangan Laura yang tidak menjinjing sepatu.
*****
“Aku mau makan malam dengan makanan khas Korea, sayang.” Monica memberitahu pada Johan yang sibuk mengemudi.
“Makanan Korea ya?” Gumam Johan. Jujur ia tak begitu menyukai makanan khas negara yang terkenal dengan Boys & Girls band itu.
“Kenapa? Kamu mau menolak lagi?” Monica sudah tau kekasihnya tidak suka.
“Bagaimana kalau kita makan, makanan khas Bali saja? Ada ayam betutu, sate lilit, bebek goreng dengan sambal matah, ada juga bebek-
“No, sayang”. Belum selesai Johan berbicara sudah di potong oleh Monica. “Terakhir kali aku ngajakin kamu makan makanan Korea kamu juga menolak. Sekarang tidak ada penolakan lagi!” Tegas gadis itu.
“Tapi sayang, aku-
“Menolakku berarti mengurangi jatahmu menyentuh ku!” Monica mengacungkan telunjuk tangan kanannya ke arah Johan lalu menunjuk depan dadanya sendiri.
“Astaga, sayang. Oke..baiklah cintaku. Malam ini kita makan makanan Korea sepuas mu”. Johan terpaksa mengalah demi kelangsungan hidupnya.
“Begitu dong sayang, kalau kamu tidak mau, juga tidak masalah untukku. Jadi aku tidak repot-repot untuk-”. Kata Monica.
“Tentu aku mau sayang.” Sela Johan dengan cepat.
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di salah satu restoran Korea kesukaannya Monica. Gadis itu bersenandung ria, karena kekasihnya menuruti keinginannya.
“Sayang, apa bos tidak ada kabarnya?” Tanya gadis itu sambil memilih-milih menu apa yang akan di makan.
“Kenapa? Bukannya bagus untuk kita jika dia tidak ada berkabar?” Johan menutup buku menunya, ia tak punya pilihan untuk makanan yang satu ini.
“Bukan begitu sayang, hanya saja terasa aneh jika sehari tak mendapat gangguan dari orang itu”.
“Mungkin dia sedang sibuk dengan nona Laura”. Johan mengedikan bahunya.
*****
“Kamu suka tempat ini?” Tanya Edward pada Laura. Kini mereka duduk di sebuah restoran di pinggir pantai, untuk makan malam.
“Jika aku bilang suka, apa kamu akan membeli restoran ini untuk ku?” Kembali lagi, pertanyaan Edward di jawab dengan sebuah pertanyaan oleh Laura.
“Jika kamu menginginkannya, aku akan membeli restoran ini untukmu”.
‘Wah.. pria ini begitu sombong’ cibir batin Laura.
Seorang pramusaji datang menyela obrolan mereka. Aneka hidangan dari olahan Seafood tertata rapi di atas meja.
Mata Laura berbinar melihat banyaknya makanan dan minuman yang tersaji di hadapannya. Ada ikan gurame bakar, udang bakar, soup kepala ikan, kepiting asam manis, tumis kangkung, cumi goreng tepung, nasi putih, buah segar, jus buah dan air mineral.
Jika dilihat kembali, makanan itu cukup untuk di makan empat orang. Laura tak yakin ia dan Edward bisa menghabisi makanan sebanyak itu.
“Ed, apa kita hanya makan ini berdua saja?” Tanya Laura sambil menunjuk makanan di atas meja.
“Kamu mau aku memanggil Johan kemari? Dia sangat suka makan Seafood.”
“Ah, tidak. Kamu tidak cocok membuat lelucon, Ed”. Laura mengambil piring yang tersedia di hadapan Edward lalu mengisi dengan satu sendok nasi.
“Itu saja dulu, Ra.” Pria itu mencegah Laura yang ingin mengisi piringnya lagi.
Laura meletakan piring itu dihadapan Edward, ia lalu mendekatkan piring-piring yang hidangan yang lainnya.
“Sudah biarkan saja ditempatnya, nanti kita ambil satu persatu.”
“Hmm, selamat makan, Ed.”
*****
“Ma, kenapa papa tidak datang hari ini, ma?” Devan bertanya pada sang mama. Kini mereka sedang bersantai di atas tempat tidur setelah makan malam.
“Hah” Felisha menghela nafasnya, “sayang, tadi siang papa menghubungi mama, katanya papa sedang ada pekerjaan keluar kota.”
“Kenapa papa tidak mengajak kita, ma? Biasanya papa akan mengajak kita, kalau pergi ke Bali.”
“Papa bilang, dia ada pekerjaan lain setelah kunjungan kerjanya, sayang. Jadi papa tidak bisa mengajak kita”. Jawab Felisha.
“Ma, apa nanti Devan juga akan bekerja di tempat papa?” Tanya bocah 8 tahun itu.
“Tentu sayang, suatu hari nanti kamu akan menggantikan papa kamu bekerja di perusahaan.” Felisha mengelus kepala putranya dengan lembut.
“Maka dari itu, Devan harus rajin belajar. Supaya Devan bisa sehebat papanya Devan.” Imbuhnya lagi.
“Iya ma, Devan akan rajin belajar.”
“Nah sekarang ayo kita tidur, ini sudah malam”. Felisha mengecup kening Devan, lalu menyelimuti putra kesayangannya itu.
“Good night, mama”.
“Good night, too. Baby”
‘Terimakasih telah memberiku putra yang sangat tampan dan pintar seperti dirimu, sayang’
.
.
.
To be continue
bab nya jdi sama ceritanya
lanjutkeun... 👍👍👍