NovelToon NovelToon
Dia Datang Dari Langit

Dia Datang Dari Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Duniahiburan / Romansa Fantasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Identitas Tersembunyi
Popularitas:365
Nilai: 5
Nama Author: MZI

Sinopsis "Alien Dari Langit"

Zack adalah makhluk luar angkasa yang telah hidup selama ratusan tahun. Ia telah berkali-kali mengganti identitasnya untuk beradaptasi dengan dunia manusia. Kini, ia menjalani kehidupan sebagai seorang dokter muda berbakat berusia 28 tahun di sebuah rumah sakit ternama.

Namun, kehidupannya yang tenang berubah ketika ia bertemu dengan seorang pasien—seorang gadis kelas 3 SMA yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Gadis itu, yang awalnya hanya pasien biasa, mulai tertarik pada Zack. Dengan caranya sendiri, ia berusaha mendekati dokter misterius itu, tanpa mengetahui rahasia besar yang tersembunyi di balik sosok pria tampan tersebut.

Sementara itu, Zack mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—ketertarikan yang berbeda terhadap manusia. Di antara batas identitasnya sebagai makhluk luar angkasa dan kehidupan fana di bumi, Zack dihadapkan pada pilihan sulit: tetap menjalani perannya sebagai manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: Kehilangan Separuh Kehidupan

Malam itu begitu sunyi. Angin malam berembus pelan, hanya ada suara langkah kaki Elly yang terdengar di trotoar. Ia berjalan tanpa arah, menggenggam botol minuman keras di tangannya. Bukan kebiasaannya untuk minum, tapi malam ini, ia ingin melupakan segalanya.

Zack telah melupakannya. Bukan Elly yang sekarang, tapi Elly yang dulu—gadis kecil yang pernah mengaguminya, yang selalu mengikutinya ke mana pun. Baginya, itu menyakitkan. Ia tidak ingin berpikir lebih jauh. Tidak ingin bertanya-tanya apakah selama ini dirinya hanya sekadar bayangan yang tak berarti.

Ia meneguk sedikit isi botolnya, tapi rasa pahitnya tidak cukup untuk mengusir kepedihan di hatinya.

Jalan itu sepi. Tak ada seorang pun. Hanya ada dirinya dan suara langkah kakinya sendiri.

Namun, di saat pikirannya melayang, sebuah cahaya terang tiba-tiba menyilaukan matanya.

Klakson panjang membelah keheningan.

Tubuhnya menegang. Tapi semuanya terjadi begitu cepat.

BRAK!

Tubuhnya terpental ke jalan. Botol di tangannya jatuh, pecah berkeping-keping. Darah mulai merembes di aspal.

Ia tidak bisa bergerak. Tidak bisa merasakan apapun selain dingin yang merayap ke seluruh tubuhnya. Pandangannya mulai kabur, pikirannya melayang.

Langit di atasnya tampak begitu gelap. Sunyi.

Lalu, langkah kaki mendekat.

Seseorang berlutut di sampingnya.

“Elly…”

Suaranya terdengar jauh, tapi juga familiar.

Elly mencoba membuka matanya, meski hanya sedikit. Sosok itu… Zack?

Kenapa dia ada di sini?

“Elly, bertahanlah,” suara itu kembali terdengar. Kali ini lebih tegas, tapi ada nada khawatir di dalamnya.

Zack menyentuh wajahnya, merasakan dinginnya kulit Elly. Detak jantungnya melemah. Tidak ada waktu.

Membawanya ke rumah sakit akan sia-sia. Elly tidak akan bertahan.

Hanya ada satu cara.

Zack menghela napas panjang.

Ia meraih tangan Elly, menutup matanya, lalu membiarkan kekuatan dalam dirinya mengalir.

Cahaya lembut menyelimuti tubuh mereka. Hangat. Berdenyut perlahan seperti detak jantung yang mencoba kembali hidup.

Dalam kegelapan pikirannya, Elly merasakan sesuatu. Seperti sentuhan yang menghangatkan. Seperti seseorang yang menggenggamnya erat, menolak membiarkannya pergi.

Dan tiba-tiba—

Ingatan masa kecil Zack yang telah lama terlupakan mulai muncul kembali.

Seorang gadis kecil yang selalu mengikutinya, yang memandangnya dengan mata penuh kekaguman. Gadis yang dulu selalu ceria, yang selalu ingin tahu segalanya tentang dirinya.

“Elly…”

Suara itu keluar dari bibirnya, kali ini penuh dengan kesadaran.

Fajar mulai menyingsing di langit.

Dan saat Zack membuka matanya, ia menyadari satu hal.

Ia telah mengingat semuanya.

---

Fajar perlahan menerobos jendela rumah sakit, menyinari ruangan dengan cahaya lembut keemasan. Udara pagi terasa dingin, namun ruangan itu dipenuhi dengan kehangatan yang samar. Mesin monitor detak jantung berbunyi pelan, menandakan kehidupan yang masih bertahan.

Zack duduk di samping tempat tidur, tatapannya tidak beranjak dari wajah Elly. Gadis itu masih terbaring lemah, namun nafasnya sudah jauh lebih stabil dibanding tadi malam. Tubuhnya tidak lagi terasa sedingin es, dan warna pucat di wajahnya perlahan mulai kembali.

Zack tidak mengatakan apa pun, tapi pikirannya penuh dengan segala yang baru saja ia alami.

Ingatan yang semula terhapus kini mengalir kembali seolah pintu yang telah lama terkunci akhirnya terbuka. Elly kecil yang selalu mengikutinya. Gadis berusia tujuh tahun yang dulu sering mengeluh ingin menjadi dokter hanya agar bisa selalu berada di sisinya.

Dan kini, gadis itu sudah tumbuh menjadi seorang remaja yang keras kepala, ceroboh, namun tetap sama seperti dulu.

Zack menyandarkan kepalanya di dinding, menarik napas panjang.

Separuh hidupnya telah diberikan untuk menyelamatkan Elly. Bukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan dengan sembarangan. Tapi saat melihat Elly terbaring di jalan dengan tubuh berlumuran darah, ia tidak berpikir dua kali.

Mengapa?

Zack mengalihkan pandangannya ke jari-jarinya. Ada sedikit perubahan, sesuatu yang hanya bisa ia rasakan sendiri. Sebagian dari dirinya telah menyatu dengan Elly. Ia tidak tahu bagaimana konsekuensinya nanti, tapi ia tidak menyesalinya.

Saat itu, pintu kamar rumah sakit terbuka pelan.

Seseorang masuk dengan langkah tergesa.

“Elly!”

Seorang wanita paruh baya mendekat, wajahnya dipenuhi kecemasan. Ia berhenti tepat di samping tempat tidur, matanya menatap Elly yang masih terlelap.

“Dia baik-baik saja,” suara Zack terdengar tenang, namun ada sedikit kelelahan di dalamnya.

Wanita itu menoleh ke arahnya. “Apa yang terjadi?” tanyanya dengan suara bergetar. “Kenapa dia bisa seperti ini?”

Zack terdiam sejenak. Ia tidak bisa menjelaskan semuanya. Tidak sekarang.

“Kecelakaan,” jawabnya singkat. “Tapi dia sudah melewati masa kritisnya.”

Wanita itu menghela napas, lalu menggenggam tangan Elly dengan erat. Matanya sedikit berkaca-kaca, seolah tidak percaya bahwa putrinya masih hidup.

Zack kembali menatap Elly. Perlahan, jari gadis itu bergerak.

Kelopak matanya sedikit berkedut, lalu dengan pelan, ia mulai membuka matanya.

Cahaya pagi menyilaukan, membuatnya mengerjap beberapa kali sebelum pandangannya mulai fokus.

Hal pertama yang ia lihat adalah wajah ibunya yang tersenyum lega.

“Elly, sayang… kau sadar?”

Elly berkedip, masih mencoba memahami apa yang terjadi. Tubuhnya terasa berat, seolah ada sesuatu yang berbeda dengannya.

Kemudian, tatapannya beralih ke arah Zack.

Mata mereka bertemu.

Zack tidak mengatakan apa-apa, tapi sorot matanya lebih dalam dari sebelumnya. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sampaikan, sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata.

Dan saat itu, Elly menyadari satu hal.

Zack kini melihatnya bukan hanya sebagai anak kecil yang dulu selalu mengikutinya.

Tapi sebagai seseorang yang nyata.

---

Langkah cepat terdengar di koridor rumah sakit. Suara sepatu yang berat, menandakan seseorang yang datang dengan penuh kekhawatiran.

Pintu kamar rumah sakit terbuka lagi. Kali ini, seorang pria dengan jas resmi masuk. Rambutnya sedikit berantakan, dasinya longgar, dan wajahnya menunjukkan ekspresi campuran antara amarah dan kecemasan.

“Elly!”

Suara berat itu memenuhi ruangan. Pria itu berjalan cepat ke arah tempat tidur, menatap putrinya yang masih tampak lemah dengan mata yang berkaca-kaca.

Elly mengerjap pelan. “Ayah…” suaranya hampir seperti bisikan.

Ayahnya duduk di tepi tempat tidur, menggenggam tangan Elly dengan erat. “Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi? Kenapa bisa begini?”

Ibu Elly menepuk lembut punggung suaminya, mencoba menenangkan. “Yang penting dia selamat.”

Zack tetap berdiri di sudut ruangan, memperhatikan tanpa berkata apa-apa. Ia bisa merasakan gelombang emosi yang bercampur di ruangan itu—kecemasan, ketakutan, dan rasa syukur.

Elly berusaha menguatkan suaranya. “Aku… aku tidak ingat dengan jelas, Ayah. Yang kuingat… aku sedang berjalan pulang, lalu tiba-tiba…”

Ia berhenti. Ingatan itu masih samar. Cahaya lampu mobil, suara rem yang berdecit… kemudian kegelapan.

Ayahnya menghela napas dalam-dalam, lalu menoleh tajam ke arah Zack. “Dokter Zack, apakah ini benar-benar kecelakaan?”

Zack menatap pria itu, ekspresinya tetap tenang. “Sejauh yang bisa saya pastikan, iya. Tapi kami masih harus menunggu laporan resmi.”

Ayah Elly mengepalkan tangan. “Ini tidak bisa dibiarkan. Aku akan memastikan pihak berwajib menangani ini.”

“Yang penting sekarang Elly sudah selamat,” ibu Elly menimpali, suaranya lembut namun penuh makna. “Jangan terlalu membebaninya dengan pembicaraan seperti ini.”

Elly menatap ayahnya dengan mata lelah. “Ayah, aku baik-baik saja… jangan marah…”

Pria itu menghela napas panjang, lalu mengusap kepala putrinya dengan lembut. “Kau membuat kami sangat khawatir, Nak.”

Elly tersenyum tipis, meski tubuhnya masih terasa lemah. “Maaf…”

Ayahnya kembali menggenggam tangannya dengan erat. Zack tetap diam, memperhatikan interaksi keluarga itu. Ia merasa seharusnya memberikan mereka sedikit ruang.

Saat Zack hendak melangkah keluar, suara Elly menghentikannya.

“Zack…”

Ia menoleh.

Elly menatapnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. “Terima kasih…”

Zack hanya menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk. Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah keluar, membiarkan keluarga itu menikmati kebersamaan mereka setelah malam yang panjang.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!