Incaran Bos Sendiri

Incaran Bos Sendiri

Ada yang memerhatikan

Laudya Bahira, seorang gadis cantik dengan tinggi badan lumayan tinggal yakni sekitar 165 cm, hidung sedikit mancung dan kulit putih.

  Dia merupakan Anak pertama dari Dua bersaudara, masa kecilnya begitu bahagia namun tidak bertahan lama. dimana saat usianya menginjak tahun ke 15, Laudya harus mendapatkan kenyataan pahit dimana Ayah nya meninggal karena kecelakaan. 

 Semenjak kepergian Ayahnya, Ibu nya lah yang mencari nafkah untuk Mereka. namun hanya bisa sampai Laudya berkuliah saja, Ibu nya sudah mulai sakit-sakitan, dan berlatih membuka usaha Catering di rumahnya.

 Saat masih Menjadi Seorang Mahasiswi, Laudya sudah bekerja part time di salah satu cafe dekat kampusnya. sehingga bisa membantu perekonomian keluarga nya sedikit demi sedikit. 

 Sampai lulus kuliah, Laudya Akhirnya diterima bekerja di salah satu perusahaan besar yang ada di kota tersebut. 

 Tidak ada yang menarik dalam hidupnya, setiap waktunya ia hanya menghabiskan nya dengan bekerja. 

 Di saat teman-teman nya sibuk pacaran dan pergi ke tempat wisata saat libur kerja, Laudya memilih untuk membantu Ibunya membuat pesanan orang lain. 

  *

  Laudya merenggangkan kedua otot-otot tangannya yang sudah terasa kaku. ia menghela nafasnya lega karena kerjaan yang diberikan atasannya sudah ia selesaikan tepat jam makan siang tiba. 

  “Akhirnya selesai juga.” Gumam Laudya. 

 Dua Orang perempuan menghampiri Meja kerja nya Laudya. Mereka adalah teman dekatnya dari mereka masih kuliah. 

  “Yuk kantin, Hari ini Lo gak bawa bekalkan?” Tanya Safa. 

 Hampir setiap hari Laudya akan membawa bekal dari rumah, katanya sih agar lebih menghemat pengeluaran nya. 

  “Yuk.” Balas Laudya. 

 Mereka bertiga berjalan menuju kantin yang ada di perusahaan tersebut, saat masuk ke area kantin, ternyata sudah lumayan ramai. 

 Safa bertugas memesan makanannya, Laudya membeli Minum dan Dea mencari tempat yang kosong. 

 Dan kini ketiganya sudah berada di salah satu tempat berada di kantin dan yang paling pojok, menurut mereka Makan itu kalau di tempat rame enaknya di pojokan.

  “Tumben banget Lo gak bawa bekal, kesiangan?” Tanya Dea pada Laudya. 

  “Iya, semalam Bantu Ibu bikin Kue selesai di jam dua belas malam. eh subuhnya malah bablas kesiangan.” Jawab Laudya. 

  “Hari ini Kitakan pulang jam tiga Sore, Gimana kalau nonton dulu.” Ajak Safa. 

  “Gue gak bisa, soalnya masih ada pesanan catering buat Besok. jadi harus mulai nyicil bikin bumbu.” Ucap Laudya. 

  “Gue juga sama, ada janji sama Mas pacar.” Ucap Dea.

  “Yaudah lain kali aja.” Ucap Safa lemas. 

 Setiap hari Sabtu memang Mereka akan pulang di jam Tiga Sore, sementara di hari biasanya akan Pulang pada jam Enam Sore. 

 Suasana Kantin tiba-tiba menjadi hening yang tadinya sangat berisik, Mereka bertiga tidak begitu penasaran kenapa menjadi kening. 

 Karena setiap kali suasana kantin tiba-tiba berubah, berarti Ceo perusahaan nya ada di sana. 

  Laudya Merasa dirinya seperti sedang yang memperhatikan, ingin mencari kebenaran tersebut tapi tidak Berani menengok.

 Laudya melirik jam tangannya, ternyata waktu Istirahat nya sekitar lima belas menit lagi. Ia mempercepat Makannya karena ingin segera ke tempat kerjanya lagi, berlama-lama di sana semakin perasaannya tidak nyaman. 

  “Gue Sudah selesai, kalau gitu Gue duluan ya.” Pamit Laudya. 

  “Eh cepat banget Lo makannya, mau kemana sih memangnya?” Tanya Dea. 

  “Toilet.” Jawab Laudya.

 Tanpa menghiraukan kedua temannya, Laudya Pergi begitu saja meninggalkan Area kantin. 

  “Kok Gue ngerasa ada yang terus merhatiin ya? tapi kira-kira siapa?” Gumam Laudya. 

Laudya mempercepat langkah kakinya agar segera sampai di toilet.

  .

  Laudya baru saja keluar dari dalam Toilet, namun ia dikejutkan saat melihat Bos nya berada di sana. 

Tadinya ia ingin bercermin dulu, namun tidak jadi karena atasannya sedang bercermin. 

 Laudya hanya menundukkan kepalanya hormat sebelum pergi dari sana, baru beberapa langkah terdengar atasannya tersebut memanggil dirinya.

  “Hei, tunggu dulu.” Ucapnya, dengan suara beratnya. 

 Laudya sempat terdiam, karena ia tidak tahu Atasannya itu memanggil dirinya Atau bukan. 

 “Kamu yang pakai kemeja Biru muda.” ucapnya lagi. 

 Laudya menatap pakaiannya, ternyata dirinya memakai kemeja warna biru muda. Laudya membalikan tubuhnya dan menunjuk pada dirinya sendiri, “Saya, Pak?” Tanya Laudya adaj sedikit Gugup.

  “Menurut kamu disini ada siapa lagi selain saya dan kamu?” 

 Laudya mendekat tapi tidak sampai dekat banget, ia harus menjaga jarak agar atasannya merasa nyaman. 

  “Ini bukan musimnya Corona lagi ya, lebih deketan. Lagian saya tidak akan memakanmu.“

 Laudya memberanikan diri untuk lebih dekat. “Ada yang bisa saya Bantu, Pak?” Tanya Laudia. 

  “Kamu bisa pakai Dasi?” tanya nya.

  “Bisa, Pak.” jawab Laudya.

 Atasannya yang bernama Maxim Alexander tersebut menyodorkan Dasinya pada Laudya. 

  “Tolong bantu sama pakaikan, Saya tidak bisa.” Ucap Maxim datar. 

 Dengan perasaan sedikit Ragu Laudya mengambil Dasi tersebut dan mulai memakaikan nya pada Maxim.

Agak heran Menurut nya, kalau tidak bisa terus satiap harinya siapa yang Memakaikan dasi.

 Perasaannya sedang tidak karuan, karena sekarang posisinya sangat dekat bahkan Laudya takut ada karyawan lain datang. 

 Yang membuatnya semakin Gugup bukan hanya jarak mereka sangat dekat saja, tapi dari tadi Maxim terus memandang wajah Laudia dengan intens bahkan sepertinya sampai tidak berkedip.

 Laudya merasa lega setelah selesai. “Sudah selesai Pak, kalau begitu saya pamit.” 

  “Nama?” tanya Maxim.

  “Hah-” Laudya agak sedikit loading. 

  “Nama kamu siapa?” Tanya Maxim kembali.

  “Nama saya Laudya, Pak.” 

  “Panjang nya?” 

  “Bahira, nama saya Laudya Bahira.” jawab laudya.

 Terlihat Maxim mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu ia mengangkat tangannya memberikan pertanda menyuruh Laudya pergi dari sana. 

 karena sudah semakin Gugup, dengan cepat Laudya pergi bahkan sepertinya ia lupa untuk berpamitan. 

  “Cantik.” Gumam Maxim dengan senyuman tipisnya.

  *

  Sudah jam Tiga Sore, semua karyawan sudah pada merapikan tempat kerjanya bersiap-siap untuk Pulang, begitu juga dengan Laudya.

 “Di luar ternyata lagi Hujan, Lau bawa jas hujan gak?” Tanya Dea. 

 “Bawa,gak mungkin lupa.” Jawab Laudya. 

 “Bawa berapa?” Tanya Dea. 

 “Ya satu lah, ngapain bawa banyak-banyak.” 

 Seketika Dea menjadi lesu. “Yah Gue kira bawa dua, tadinya mau Minjem.”

 “Lain kali deh Gue bawa dua, buat jaga-jaga kalau Lo mau nebeng.” Ucap Laudya. 

 Saat mereka Keluar dan sudah berada di lobi perusahaan, ternyata disana banyak karyawan yang sedang menunggu Hujannya reda dan ada juga yang menunggu jemputan. 

  “Gue duluan ya.” Pamit Laudya pada kedua temannya. 

 Lagi-lagi ia merasa seperti ada yang sedang memerhatikan, membuat bulu kuduk nya merinding dan cepat-cepat berjalan menuju parkiran Motor. 

“Sebenarnya siapa sih yang merhatiin Gue?” Gumam Laudya dalam hatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!