Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wiira berencana mengisi liburan setelah ujian akhir sekolah,mereka berencana pergi ke naik ke gunung ciremai.
Fadilah dan Farhan teman teman Dani yang mendengarnya ikut bergabung,mereka adalah seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi dikota Jakarta sedang liburan ditempatnya Dani.
Mereka tak menyangka liburan mereka jadi bencada dan mengakibatkan kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterlibatan kepala sekolah
Dinda tidur dengan gelisah,dalam tidurnya ia seperti berada dihutan larangan,ia berlari bersembunyi dikejar oleh sekelompok orang berpakaian hitam.
Dinda berlari bersembunyi dibalik sebuah pohon besar,tubuhnya terasa lemas,ia bersandar dibatang pohon.
"Siapa mereka?Kenapa aku bisa berada disini Ya Allah tolong hambamu ini,kenapa aku ada disini lagi,kek tolong Dinda tolong selamakan Dinda,"Dinda yang ketakutan meneteskan airmata nya,ia berdoa minta pertolongan dan memangil Kakeknya.
Terdengar suara langkah-langkah kaki mendekat,Dinda menahan nafas mengintip dari balik pohon,terlihat orang-orang dengan berjubah hitam-hitam menyebar mencarinya.
"Aku harus bagaimana?bagaimana kalau mereka menemukanku,"ungkapnya,tubuh Dinda mengigil,keringat dingin bercucuran.
"Dinda...Dinda,aku tahu kamu ada disini,keluarlah sayang,aku tidak akan menyakitimu,"suara Fadilah terdengar memanggil namanya.
"Ya Allah,aku harus bagaimana?Mereka banyak sekali,"Dinda kembali mengintip terlihat Fadilah dan beberapa orang sudah berada didekat pohon besar itu.
"Apa aku akan berakhir disini,ya Allah apa ini akhir hidupku,"ujar Dinda antara takut dan pasrah.
"Kena kau,"tiba-tiba tangan Dinda sudah ditarik Fadilah.
"Lepaskan,lepaskan aku,"Dinda memberontak.
"Hahahaha....."
"Kali ini kamu tidak akan bisa kemana-mana,kamu sudah terkurung,"Fadilah tertawa diikuti beberapa orang yang mengejarnya,kini mereka sudah mengepung Dinda dan tertawa.
"Bawa...."
"Bawa..."
"Bawa...."
Terdengar suara orang-orang yang yang mengelilinginya,kemudian Fadilah menghempaskan tubuh Dinda ditengah-tengah mereka.
"Bughhh...."
Dinda jatuh ketanah,ia beringsut ketakutan menatap sekelilingnya.
"Tolong lepaskan aku,kasihanilah aku,biarkan aku pergi,"Dinda menangkupkan tangannya memohon menatap semua orang yang mengelilinginya.
"Hahahaha...."
"Teruslah memohon,aku menyukainya,ayo bawa dia,"Fadilah tertawa senang,kemudian menyuruh orang banyak mengotong tubuh Dinda.
"Jangan...jangan....,biadab kalian," Dinda terus meronta.
Tapi mereka tidak perduli,mereka tetap membawa Dinda dan kemudian meletakkan diatas altar.
Tak berapa lama,munculnya beberapa orang dan didepan mereka dan ada Dimas yang tersenyum mendekatinya.
"Kamu tidak akan bisa bersembunyi dimanapun,kami pasti bisa menemukanmu,"ujar salah seorang dari mereka yang ternyata kepala sekolah Dinda.
"Bu Ratna!!tolong lepaskan aku bu,tolong jangan lakukan ini,"Dinda menangis memohon pada bu Ratna.
Tapi Bu Ratna hanya tersenyum,senyum penuh kemenangan
Dinda semakin ketakutan,ia meronta berusaha melepaskan ikatannya.
"Jangan takut Dinda,setelah ini kamu tidak akan merasakan apa-apa,kamu akan menuju keabadian,"Terlihat Dimas mengacungkan pisau belati sambil membaca mantra,tak berapa lama ada sosok besar bertanduk dengan kepala kambing mendengar,menatap Dinda,air liurnya mengalir.
"Tuan sudah datang,terimalah persembahan kami,"Dimas mengayunkan pisau belatinya kearah jantung Dinda.
"Akhhhh....."
"Jangan....."
"Tolong......"
"Dinda!!Dinda bangun nak,"tiba-tiba Dinda tersentak matanya terbuka,ia melihat ibu dan Kakeknya duduk ditepi tempat tidurnya.
Dinda terbangun dengan nafas memburu,ia menangis begitu melihat ibu dan Kakeknya disamping tempat tidurnya,Dinda memeluk sambil menangis ketakutan.
"Kamu bermimpi nak?"Ibunya memeluk dan mengelus rambut Dinda menenangkan.
"Mereka menangkapku bu,mereka ingin membunuhku,aku takut,"tubuh Dinda gemetar.
"Sudah itu hanya mimpi,kamu aman ada ibu dan kakek yang menjagamu,"ibunya melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Dinda.
Setelah diberikan minum dan mulai tenang,Dinda menceritakan mimpinya.
"Itu hanya mimpi dan rasa traumamu saja,sekarang tidurlah ibu dan kakek akan menjagamu disini,"ujar ibunya lagi.
Dinda merebahkan tubuhnya,ia kemudian menatap Kakeknya dan ibunya.
"Bu Dinda tidak mau sekolah,Dinda mau keluar saja,"ungkap Dinda sambil memeluk tangan ibunya.
Ibu dan Kakeknya terkejut mendengar permintaan Dinda.
"Loh,kan sekolahmu paling sebentar lagi,nanti bagaimana?"ungkap ibunya.
"Iya Dinda,kalau kamu khawatir kakek akan mengantar dan menjemputmu kesekolah,"ujar Kakeknya.
"Dinda pindah sekolah saja ya bu,Dinda takut,"ucap Dinda menatap wajah ibunya.
"Ya nanti,kita cari jalan terbaik,kalau memang pindah sekolah bisa membuatmu tenang,"sahut ibunya.
Ketika Dinda sudah tertidur Kakeknya mengajak ibunya Dinda bicara diruang tamu.
"Bagaimana pak,aku tahu Dinda trauma,tapi sekolah Dinda kan sebentar lagi,apa bisa sekolah lain menerimanya,"ungkap bu Yanti,ibunya Dinda.
"Aku rasa,aku juga setuju dengan keinginan Dinda,lebih baik dia pindah sekolah,kalau perlu kita pindah dari kota ini,kita jual saja rumah ini,kita pergi dari sini,"ujar Kakeknya Dinda.
"Iya pak,tapi enggak semudah itu untuk menjual rumah,itu butuh waktu,lagian dari mana biaya buat kita pindah,biaya kepindahan sekolah Dinda,"ungkap ibunya Dinda.
Pak Santoso terdiam,ia menyadari kesulitan yang dialami anaknya,ia tahu semenjak kepergian ayahnya Dinda,kehidupan Dinda dan ibunya bergantung pada warung kecil disamping rumahnya.
Kita masih punya rumah peninggalan kakekmu dikuningan, disana mudah-mudahan mereka tidak akan mengejarnya lagi,Dinda bisa memulai hidup baru disana,besok aku akan membicarakan ini dengan pihak sekolah,"ujar Kakeknya.
Paginya Dinda duduk didepan wali kelas bu Nimah,ia mengutarakan keinginannya untuk pindah sekolah.
Bu Nimah terdiam sesaat,ia menghela nafas panjang lalu menatap Dinda prihatin,ia tahu apa yang sudah dialami Dinda pasti membuatnya trauma,iapun akan sama bila mengalaminya.
"Gimana ya pak,yang saya khawatirkan kalau Dinda pindah sekarang,sekolah lain tidak bisa menerimanya,beberapa bulan lagi ujian ketulusan,apa tidak sebaiknya dipikirkan dulu,"ungkap bu Nimah.
"Aku takut disini bu,aku takut mereka akan menangkapku,"ujar Dinda.
"Iya Bu tolong bantu kami,aku tidak bisa membiarkan Dinda terus menerus ketakutan,"ucap Kakeknya.
Bu Nimah menganguk,"Baiklah saya akan coba bicara pada kepala sekolah,aku akan coba membatu,"ujar Bu Nimah.
"Tapi Bu,apa tidak bisa kepindahan saya tidak diketahui bu Ratna!!"Dinda ketakutan mendengar bu Nimah akan berbicara pada kepala sekolah.
"Loh kenapa?Kan memang prosedurnya seperti itu,kamu harus mendapatkan persetujuan dari kepala sekolah dulu baru bisa pindah,apa ada sesuatu bicaralah,siapa tahu ibu bisa bantu,"ujar Bu Nimah,dia terkejut melihat reaksi Dinda dan perubahan wajah Dinda.
Dinda terdiam,ia ingin bercerita tapi takut dibilang bohong,"apa ibu akan percaya kalau apa yang akan saya ceritakan menyangkut kepala sekolah dan saya tidak ingin bercerita disini,"sahut Dinda.
Bu Nimah semakin bingung dengan ucapan Dinda.
Pak Saiful yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka,menghampiri,"Dinda apa kamu tahu sesuatu tentang kepala sekolah?"
"Pak Saiful,apa maksudnya?"Bu Nimah menatap pak Saiful bingung,"ada apa sebenarnya?"
"Dinda apakah orang yang kemarin mereka cari adalah kamu?tanya pak Saiful sambil menatap Dinda,tidak mengindahkan pertanyaan bu Nimah.
Dinda terdiam,ia bingung mau berterus terang atau tidak,kemudian Dinda balik menatap pak Saiful dan menganguk.
"Astagfirullah al adzim,coba kamu ceritakan,ada apa sebenarnya dibelakang sana?"
"Ada apa ini pak Saiful?"Bu Nimah semakin bingung.
"Kemarin aku mau mengecek dan membobol gudang belakang sekolah,aku ingin mengaktifkan bangunan tersebut buat ruangan kegiatan siswa,tapi aku dan pak Sudi melihat bu Ratna dan tiga orang tak dikenal seperti mencari sesuatu,dan ketika aku tanyakan pada bu Ratna,ia seperti terkejut dan memberikan jawaban yang tak masuk akal?"ujar pak Saiful.
"Masa sih pak,coba Dinda ceritakan pada ibu,apa yang sebenarnya kamu lihat,"ucap bu Nimah penasaran.
"Iya Dinda,ada apa,kenapa kemarin kamu tidak cerita kekakek,apakah ini ada kaitannya dengan kamu pulang sekolah lebih awal dan bilang kamu sakit,"tanya Kakeknya.
"Iya kek,maaf Dinda bingung,Dinda takut."
"Sudah jangan takut siapa tahu kami bisa bantu,"ujar Bu Nimah lagi.
"Iya Dinda ceritakan saja,jangan takut,kami akan merahasiakan ini dari kepala sekolah,"pak Saiful berusaha membuat Dinda mau bicara.
Dinda menghela nafas panjang,ia kemudian menceritakan semua yang dilihatnya dan apa yang terjadi dihutan dan ternyata semuanya berkaitan dengan kepala sekolah.
Bu Nimah,pak Saiful dan Kakeknya terkejut mendengar cerita Dinda,semua orang saling padang.
Tanpa mereka ketahui sedari tadi bu Ratna mendengarkan semuanya dari balik pintu.
"Kurang ajar,mereka harus mati sebelum mereka melaporkan pada polisi dan menyebarkan berita ini,"diam-diam bu Ratna pergi meninggalkan tempat itu.
mana berkuasa pula kepala sekolah
ruwet
supaya aman di pesantren kan saja
pergilah ke alam baka buat makhluk tekutuk di hutan itu
jangan sembarang ke tempat orang.. semua tempat ada peraturannya masing-masing. saling menghargai...
kembali jadi ke aslinya kakek peot
dr awal aku juga udah curiga sama Dimas...
tengah malam puncak ritual
Dinda di buat telanjang
di depan pemuja setan ?
kabur ketangkep mulu