Demi 9 Juta, Aku Jadi Istri Ke 2

"Dasar pelakor! keluar kau!" teriak seorang wanita dari depan pintu.

"Kenapa wanita itu bisa masuk kemari?" Giska merasa heran, pasalnya sudah ada pintu gerbangnya di depan.

Tanpa ragu, Giska pun langsung membuka pintu rumah nya. Ia ingin tau, kenapa wanita itu berteriak di depan rumah nya, dan bahkan sudah melemparkan batu, hingga kaca rumah nya sampai pecah.

Ceklek...

"Maaf, ada apa ya? kenapa anda berteriak di sini?"

"Anda juga sudah memecahkan kaca rumah ini." Ucap Giska, ia berdiri di ambang pintu.

"Dasar pelakor!" wanita itu maju dan langsung mendorong Giska, hingga tubuh Giska terpental, hingga terbentur gawang pintu.

Giska pun hanya diam, ia masih sedikit terkejut dengan kejadian yang menimpanya. Namun, ia pun dengan cepat kembali membenarkan posisi berdirinya.

"Jauhi suamiku!" seru wanita itu.

"Apa kau tak malu, menjadi kekasih dari pria yang sudah beristri!" wanita itu hendak menampar Giska, namun Giska lebih dulu menghindar.

"Bagaimana anda meminta saya, untuk menjauhi suami saya sendiri?" ucap Giska. Jujur saja, sampai saat ini dia masih merasa bingung. Siapakah wanita ini? apakah ini istri pertama Bobby? tapi bukankah istri pertama nya sudah memberikan restu? tapi kenapa sekarang malah marah-marah seperti ini. Pikir Giska.

Jujur saja, Giska masih belum pernah bertemu langsung dengan Tia. Jadi, Giska tak mengerti, rupa Tia itu seperti apa. Giska berpikir dengan ragu, mungkinkah wanita ini adalah Tia? jika benar ini Tia, tapi mengapa wanita ini menganggap Giska kekasih dari suami nya. Padahal kan Giska sudah menikah dengan Bobby. Giska pun terhanyut dalam pikiran nya sendiri, hingga suara wanita itu kembali menyadarkan nya.

"Apa kau bilang? suami?" tanya wanita itu.

Giska mengangguk, "Iya, kami sudah menikah." Jawab Giska dengan santai nya.

"Brengsek, kau!" umpat wanita itu, hampir saja tangannya melayang ke pipi Giska. Namun untungnya, Giska masih bisa menghindar.

"Tunggu sebentar! sejak tadi anda main pukul-pukul saja." Giska menyela.

"Kenapa anda marah kepada saya? harusnya, jika anda tak ingin suami anda menikahi saya, anda menolak nya dari awal. Jangan malah memberinya izin. Sekarang kalau sudah begini, mau bagaimana?" Giska bertanya.

Wanita itu semakin merasa geram dengan Giska. "Siapa yang memberinya izin! apa kau sudah gila!" seru wanita itu.

"Wanita mana yang mau di madu oleh suaminya sendiri!" wanita itu berteriak kesal.

Giska pun terdiam, memang benar ucapan wanita itu, mana ada wanita yang rela suami nya menikah lagi. "Apa jangan-jangan, Bli Bobby membohongi istrinya?" Giska masih bertanya-tanya.

"Maaf sebelumnya, jika memang anda tak pernah memberikan restu, mintalah Bli Bobby menceraikan saya sekarang juga. Saya juga tidak keberatan. Jujur saja, saya menikah dengan Bli Bobby, karena terpaksa. Jika saya bisa memilih, saya juga tidak akan mau menikah dengan suami anda." Ucap Giska. Biar sudah, jika memang ia hanya bisa menjadi istri Bobby selama 2 hari. Setidaknya, ia sudah mendapatkan uang 9 juta itu. Pikir nya.

"Tunggu dulu, siapa tadi kau bilang? Bobby?" wanita itu bertanya.

"Iya, Bli Bobby."

Wanita itu pun nampak berpikir, ia pun langsung mengambil ponsel di dalam tas nya. Kemudian ia menunjukkan sebuah foto pria, kepada Giska.

"Apakah ini orang nya?" tanya nya.

"Bukan." Giska menggeleng cepat.

"Bukan itu suami saya. Itu bukan Bli Bobby." Ucap Giska.

"Sorry, saya salah orang." Ucap wanita itu, dengan wajah datarnya.

"Haa?" Giska melongo tak percaya, sejak tadi ia hampir terkena pukul beberapa kali oleh wanita ini, dan ternyata wanita ini, salah melabrak orang.

"Tapi tetap saja, kau juga salah. Karena kau sudah menikah dengan suami orang!" ucap wanita itu, kemudian ia berlalu pergi dari sana.

Giska masih berdiri di depan rumah nya, sembari ia masih menatap punggung wanita yan kian lama kian menjauh dari pandangan nya itu.

"Hah, dia main pergi begitu saja, setelah merusak kaca rumah ini. Huftt, kenapa juga aku tak mengejarnya tadi, bodohnya aku. Bagaimana nanti, jika Bli Bobby mengamuk." Gumam Giska. Ia merutuki kebodohan nya sendiri, karena otaknya terlalu lambat berpikir.

***

Tokk.... Tok... Tok....

Seseorang kembali mengetuk pintu sesaat setelah Giska baru saja mendaratkan tubuhnya di sofa, ruang tamu.

"Cepat sekali, Bli Bobby datang." Pikir Giska. Ia mengira, seseorang yang datang adalah Bobby. Pasalnya, baru saja ia mengirimkan pesan kepada Bobby, untuk memberitahukan tentang kaca rumah nya yang pecah.

Giska pun beranjak bangun, dan segera berjalan ke depan untuk membuka pintu.

Ceklek...

Giska mengamati seseorang yang tengah berdiri di depan nya, yang ternyata bukanlah Bobby, melainkan seorang gadis muda, cantik nan sexy. Bagaimana tidak? gadis itu hanya mengenakan tanktop ketat, di padukan dengan celana hotpants.

"Mencari siapa?" tanya Giska kemudian, setelah ia puas menganati gadis itu.

"Kau Giska bukan?" gadis itu balik bertanya.

"Iya, kau siapa?"

"Giska... Kau melupakanku." Gadis itu berhambur memeluk Giska dengan eratnya, bahkan gadis itu juga mendaratkan banyak kecupan di pipi Giska.

"Ehh, sebentar-sebentar." Giska berusaha berontak, ia sungguh merasa risih diciumi seperti ini.

Giska menatap gadis itu, ia masih merasa bingung. "Kau siapa, sih? kok tau aku?" tanya nya kemudian.

"Hehh, sombong sekali kau, Gis. Aku Trias." Ucap gadis itu.

"Haa?" Giska melongo, "Trias teman kecilku?" Giska masih menatap Trias dengan bingung. Pasal nya ia tak yakin, jika dia adalah Trias teman kecil nya dulu.

"Iya... Duh kau ni, masa lupa sama teman sendiri." Trias mengerucutkan bibir nya.

"Astaga, kau benar Trias." Giska pun kembali berhambur memeluk teman nya itu.

"Maaf aku tak mengenalimu, Tri. Kau nampak berbeda, tidak seperti dulu." Ucap Giska, yang masih memeluk Trias dengan erat. Trias pun balas memeluk Giska.

Mereka pun melepas pelukan nya.

"Tambah cantik ya, aku. Sampai kau tak mengenaliku." Trias berucap penuh percaya diri.

"Iya, cantik." Giska mengamati seluruh tubuh Trias, hingga pandangan nya terhenti di lengan Trias.

Giska pun menarik lengan Trias, "Tri, sejak kapan kau memiliki tattoo seperti ini?" tanya Giska.

Trias hanya tersenyum, "Baru ini, Gis. Baru 3 bulan yang lalu." Jawab nya santai.

"Astaga, Tri. Biar apa sih, isi tattoo seperti ini? ini juga di kakimu ada tatto nya juga. Astaga Tri, banyak sekali tattoo mu." Giska menggelengkan kepala nya. Ia tak habis pikir dengan perubahan teman kecil nya ini. Bahkan penampilan nya saat ini tergolong cuek. Trias nampak terlihat sexy, ia memiliki tubuh yang ideal, dada nya juga tergolong besar. Apalagi saat ini Trias hanya mengenakan tanktop, di padukan dengan celana hotpants. Itu semakin membuat dirinya terlihat sexy.

"Seni ini, Gis." Jawab Trias. "Banyak aku membuat tattoo, hampir di seluruh badanku isi tattoo." Ucap Trias dengan bangganya.

Giska hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Gis, kau tak menyuruhku masuk." Ucap Trias.

"Oh iya, aku lupa," Giska tersenyum.

"Ayo masuk!" Giska berjalan mendahului Trias, "Duduklah!" Giska mempersilahkan Trias untuk duduk di sofa. Trias pun langsung duduk.

"Tri, aku senang sekali bisa bertemu kembali denganmu." Giska masih tak berhenti tersenyum.

"Aku juga, Gis."

"Eh, sejak kapan kau tinggal di sini?" tanya Trias

"Baru hari ini aku pindah kesini. Eh tunggu, jika kau tak tau aku tinggal di sini, lalu siapa yang kau cari di rumah ini?" tanya Giska.

"Aku sengaja datang kemari, untuk bertemu dengan penghuni rumah ini, Gis. Aku ingin meminta maaf." Ucap Trias.

"Maksud mu, kau mau minta maaf kepada penghuni rumah ini yang sebelum nya?" Giska masih tak memahami maksud Trias.

"Bukan, Gis. Karena kau yang tinggal di sini, berarti, aku harus meminta maaf kepadamu." Ucapan Trias semakin membuat Giska merasa bingung.

"Minta maaf kepadaku? memang kau salah apa? bukankah kita baru bertemu?"

"Jadi begini, Gis..."

.

.

.

Bersambung...