Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Axell semakin maju selaras dengan jantung Hira yang terpompa dengan cepat hingga seperti ingin lompat dari tempat nya. Dengan tenaga yang tersisanya ia mendorong tubuh kekar Axell supaya menjauh sejenak kalau tidak ia tak selesai-selesai cuci piring.
Karena merasa sudah puas menjahili Hira ia pun melepaskan dekapan dan berjalan menuju salah satu kursi di meja makan. Duduk sambil memandangi Hira yang dengan cekatan membersihkan piring.
Tak berselang lama Hira sudah menyelesaikan urusan di dapur dan memanggil Axell untuk ke kamar ia ingin menanyakan sesuatu. Axell mengikuti langkah istrinya dari belakang hingga mereka tiba di kamar.
Axell duduk di tepi ranjang sedangkan Hira meraih Tote bag yang tadi Delin kasih.
“Ini obat apa?”
“Obat buat kembalikan ingatan kamu. Jika kamu mau ,minum lah namun jika tidak aku juga tidak akan memaksa.” Dengan senyuman manis sambil memandang wajah Hira penuh harapan.
Hira menghela nafas pelan, “Aku menghargai usaha kamu dan akan meminum nya.” Lalu Hira meminum beberapa kapsul yang lumayan besar ukuran nya.
Axell tersenyum tipis, “Jika itu sangat menyakitkan , maaf kan aku. Karena secara tidak langsung ingin kamu mengingat semua ingatan yang telah lalu. Karena. Aku butuh kamu untuk bersaksi di pengadilan nanti.”
Hira mengusap bahu suaminya yang senantiasa menundukkan wajah untuk menutupi tangis yang kini mulai terdengar.
“Jangan merasa bersalah dan menangis, toh obat ini gak terlalu menyakitkan untukku kan tapi ___”
Entah mengapa kepala nya terasa berputar-putar serta telinganya mendengar bisikan-bisikan seperti sesuatu hal yang telah terjadi. Berputar dalam ingatan yang semakin lama membuat Hira semakin tersiksa.
Ia terduduk di hadapan Axell dan membuat nya langsung meraih tubuh Sang istri , mencoba menenangkan nya namun Hira malah berteriak. Hira seperti kehilangan kendali atas pikirannya ia sudah mencoba untuk sadar namun entah mengapa rasanya sangat sulit.
“Hira sadar sayang, istighfar! Astaghfirullah hal ‘adzim. Ayo ikuti aku!”
Hira mencoba mendengarkan bisikan Axell namun ia terus saja kehilangan kendali. Ia merintih ke sakitan membuat Axell semakin merasa bersalah, seharusnya kalau dia tidak memberikan obat itu Hira mungkin tidak seperti sekarang.
“Hira sadar ya, ayo baca istighfar lagi!”
“Astaghfirullah hal adzim! ” Ucap keduanya bersamaan, Hira terus mencoba tenang walaupun rintihan tangis nya terus saja terdengar serta bulir bening luruh membasahi pipinya.
Axell menghapus air mata itu dan membawa Hira yang masih histeris ke dalam dekapan hangat nya.
“Maafin aku ya Zaujati, maaf! Kamu jadi kesakitan seperti ini gara-gara aku …” Tuturnya lirih, tanpa terasa bulir bening membasahi kedua pipi Axell.
Sayup-sayup Hira mendengar ucapan Axell namun saat ini ia benar-benar dalam ambang kesadaran nya yang seakan menghilang. Penglihatan nya gelap serta seperti melihat kunang-kunang , bumi seakan berputar begitu cepat hingga semakin membuat kepala Hira pusing dan perut nya terasa mual.
Tangisan histeris nya pun tak kunjung melirih ia tetap terisak di dalam dada Bing Axell.
Axell yang memeluk istrinya menepuk-nepuk punggung dengan lembut. Sesekali mengecup pucuk kepala Hira, dan tanpa sengaja bulir bening Axell luruh hingga membasahi hijab yang dipakai Hira.
“Kamu harus kuat, bertahan lah! Jika memang efek obat ini menyakitimu maka setelah ini kamu tidak perlu minum lagi. Aku lebih takut kehilangan mu Hira…”
Hira sudah setengah sadar ia mendengar ucapan Axell mencoba menjawab nya.
“Nggak kok, ini juga demi kebaikanmu dan juga keadilan untuk Ning Rea . Maaf karena aku selalu merepotkan mu dan membuatmu kesusahan.” Lalu pandangan nya terasa gelap ia tak sadarkan diri di pangkuan Axell.
Axell berteriak memanggil Vincent dan otomatis suaranya mengundang seluruh keluarga nya datang ke kamar. Vincent tiba terlebih dulu lalu langsung memeriksa kondisi Hira. Sedangkan Umma dan Agar datang sedikit terlambat.
“Ada apa ini nak?”
“Hira Umma…” Axel tak bisa melanjutkan ucapan nya, ia terisak kala mengingat kejadian tadi dan sekarang ia benar-benar takut kehilangan Hira.
Vincent selesai memeriksa menghela nafas lelah nya. “Kakak kasih obat apa ke Hira?”
“Obat dari profesor Huang untuk bantu ingatan Hira.”
Vincent kembali menghela nafas panjang, “Untuk apa? Aku tahu obat dari dia memang manjur tapi kakak juga harus tau bahwa obat dia keras semua. Dan juga ini Hira alergi dengan salah satu kandungan didalamnya.”
“Tidak mungkin, kakak udah kasih tau kok alergi kandungan apa saja. Tapi…”
“Coba mana kertas catatan nya.”
Vincent langsung mengecek dan memang tidak ada yang salah , namun mengapa saat diperiksa ada kandungan yang membuat Hira alergi.
Lalu ia mengecek per kapsul obat dan memang sama seperti yang ada di foto. Cuma ini sedikit lebih besar saja.
“Aku rasa ada yang menukar obat nya lagi!”
Axell terkejut, siapa yang berani menukar obat sedangkan Mela sudah di penjara dan tak mungkin dia punya akses untuk keluar ataupun bekerja sama dengan orang.
“Tidak mungkin, ini aku dapat langsung dari Dirga dan diantar Delin.”
Vincent mengernyitkan dahinya mendengar nama Delin, ia seperti mengenal nama itu namun ia pikir hanya sama saja.
“Sejak kapan kakak punya bawahan namanya Delin?”
“Baru beberapa bulan saja, tapi dia cekatan dalam mengurus pekerjaan.”
“Benarkah, kakak harus hati-hati sama siapapun karena ini menyangkut nyawa seseorang.”
Axell mengangguk paham namun pikiran nya masih tertuju siapa yang menukar obat lagi. Rasanya ia sudah lelah menghadapi obat yang ditukar, orang misterius yang membunuh Ning Rea. Ditambah lagi Hira hilang ingatan karena ditabrak seseorang yang disuruh. Tambah lagi Nayla yang terus menerus mengejarnya bahkan sampai sempat berfikir untuk menjadi istri kedua.
Axell menghela nafas lesu, Vincent yang merasa kakak nya butuh waktu sendiri . Ia mengajak Umma dan Aira keluar dari kamar supaya Axell mematangkan langkah selanjutnya.
Axell duduk di sofa sambil memegangi dagu dan sesekali memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. Dan tiba-tiba ada notif chat masuk dari Nayla.
Ia melirik isi chat tersebut, Nayla ingin menemui nya untuk meminta maaf karena atas perbuatan nya yang membuat Hira bersedih hingga sampai Hira tak mau disentuh oleh nya.
Rahang Axell mengeras, giginya terdengar bergemeletuk serta tatapan garang seakan ingin memakan mangsa nya. Namun ia coba tahan dan mau menemui nya besok pagi di kantor perkumpulan pengawas, pengajar serta beberapa abdi pesantren lainnya.
“Kamu berani membuat istriku menangis maka kamu juga harus mendapatkan ganjaran yang setimpal pula.”
Gumam Axell sembari mengepalkan tangan dan memukul tembok.
Sesekali ia lirik wajah damai Hira, dia masih setia menutup kedua bola matanya.
Eh gais, spill silsilah keluarga Axell kira" pada penasaran gak ya🤔 coba komen di bawah👇