NovelToon NovelToon
Generasi Gagal Paham

Generasi Gagal Paham

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Teen School/College
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Generasi sekarang katanya terlalu baper. Terlalu sensitif. Terlalu online. Tapi mereka justru merasa... terlalu sering disalahpahami.

Raka, seorang siswa SMA yang dikenal nyeleneh tapi cerdas, mulai mempertanyakan semua hal, kenapa sekolah terasa kayak penjara? Kenapa orang tua sibuk menuntut, tapi nggak pernah benar-benar mendengarkan? Kenapa cinta zaman sekarang lebih sering bikin luka daripada bahagia?

Bersama tiga sahabatnya Nala si aktivis medsos, Juno si tukang tidur tapi puitis, dan Dita si cewek pintar yang ogah jadi kutu buku mereka berusaha memahami dunia orang dewasa yang katanya "lebih tahu segalanya". Tapi makin dicari jawabannya, makin bingung mereka dibuatnya.

Ini cerita tentang generasi yang dibilang gagal... padahal mereka cuma sedang belajar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 25 Nala yang Kelelahan

Langit sore menggantung kelabu saat Nala berjalan pulang dari sekolah. Hujan tidak turun, tapi awan seperti menahan tangis yang tak kunjung dilepaskan mirip dengan perasaannya. Ia melewati gang sempit menuju rumah, tanpa menyapa siapa pun, bahkan anak-anak kecil yang biasa bermain layang-layang di pinggir lapangan.

Kepalanya terasa berat, bukan karena tugas atau ujian, tapi karena dunia yang seolah-olah terus menuntutnya jadi kuat. Sejak Podcast Gagal Paham viral, hidup Nala berubah drastis. Dari murid biasa yang hanya menyimpan keresahan dalam jurnal harian, kini ia menjadi pusat perhatian. Banyak yang memujinya, tapi tidak sedikit pula yang mencibir, termasuk guru-guru dan beberapa orang tua murid.

Setibanya di rumah, ia langsung menghempaskan diri di atas kasur. Handphone-nya bergetar berkali-kali, notifikasi dari grup kelas, komentar Instagram, hingga mention Twitter. Tapi Nala membiarkannya. Ia hanya ingin tidur, atau setidaknya memejamkan mata, berharap waktu berhenti sebentar.

“Capek banget, ya Tuhan,” gumamnya pelan.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. “Nala, makan dulu, Nak,” panggil ibunya dari luar kamar.

“Aku kenyang, Bu,” jawabnya cepat.

Ibu tahu itu bohong. Tapi seperti biasa, ia memilih untuk tidak memaksa. Mungkin ia juga lelah menjadi ibu dari seorang anak yang terlalu ‘berisik’ bagi sistem.

Malam harinya, Nala duduk di pojok kamarnya. Ia menyalakan laptop dan membuka folder berisi draf-draf konten untuk podcast. Semuanya belum selesai. Ia menggerakkan mouse, membuka satu file berjudul “Aku Ingin Menjadi Biasa”, namun hanya menatapnya kosong. Kata-kata yang biasa mengalir deras kini macet di ujung pikiran.

“Gue nggak kuat,” bisiknya. Mata Nala mulai berkaca-kaca.

Ponselnya kembali bergetar. Kali ini dari Dita.

> Dita: ‘Nala, lo nggak apa-apa? Gue lihat story lo kemarin. Jangan terlalu dibawa sendiri ya.’

Nala mengetik balasan. Tapi ia hapus lagi. Lalu mengetik. Hapus lagi.

Akhirnya ia menulis:

> Nala: ‘Gue capek, Dit. Capek banget.’

Balasan datang cepat:

> Dita: ‘Mau ketemu? Gue bisa ke rumah lo sekarang.’

> Nala: ‘Enggak usah. Gue cuma mau sendiri dulu.’

Setelah mematikan layar ponsel, Nala memeluk lutut. Kamar yang biasanya menjadi tempatnya merasa aman kini terasa seperti ruangan isolasi.

Keesokan harinya di sekolah, wajah Nala pucat. Rambutnya tidak disisir rapi seperti biasanya. Matanya sembab. Saat berjalan di lorong, beberapa siswa berbisik-bisik. Mungkin mereka membicarakan isi podcast terakhir, atau wajah lelah Nala. Tapi ia tidak peduli.

Di kelas, Juno dan Raka sudah duduk. Juno mengangkat alis melihat Nala masuk tanpa menyapa.

“Nal, lo kenapa?” tanya Juno pelan.

Nala hanya mengangkat bahu, lalu duduk dan meletakkan kepalanya di meja.

Bu Rina masuk, membawa tumpukan kertas ulangan. Tapi sebelum memulai pelajaran, ia memanggil Nala ke depan kelas.

“Nala, bisa ke ruang BK sebentar?”

Mata seisi kelas menatap Nala. Ia menelan ludah, lalu berdiri dan berjalan tanpa berkata apa-apa.

Di ruang BK, Pak Anton sudah menunggu. Pria bertubuh tambun dengan suara lembut itu tersenyum, tapi ada ketegangan di wajahnya.

“Kamu kenapa nggak aktif lagi di podcast?” tanya Pak Anton langsung.

Nala diam.

“Kami dengar dari beberapa guru, kamu terlihat murung belakangan ini.”

Masih diam.

“Kamu boleh cerita, Nala. Ini ruang aman.”

Nala mengangkat wajahnya. Matanya memerah.

“Kalau saya bilang saya capek, bakal dimengerti nggak, Pak?”

Pak Anton terdiam.

“Saya ngerasa semua orang nuntut saya ngomong terus, ngelawan terus, peka terus. Padahal saya juga cuma anak sekolah yang pengen tenang.”

Pak Anton menarik napas. “Kamu manusia, Nala. Bukan alat perjuangan.”

Mendengar itu, Nala terisak. Akhirnya air matanya tumpah juga. Ia menghapusnya cepat-cepat.

“Saya cuma pengen… diem sebentar,” katanya pelan.

Pak Anton mengangguk. “Silakan. Tapi jangan menanggung semuanya sendirian.”

Setelah sesi itu, Nala izin pulang lebih awal. Tapi bukannya ke rumah, ia malah ke taman dekat sekolah. Duduk di bangku kosong, melihat anak-anak kecil bermain. Ia merasa asing di tengah kebahagiaan itu.

Sore harinya, Dita datang menghampiri. Mereka tidak banyak bicara. Dita hanya duduk di sebelahnya, membiarkan Nala bersandar di pundaknya. Kadang, yang dibutuhkan bukan nasihat, tapi kehadiran.

“Lo boleh istirahat, Nal,” kata Dita. “Tapi jangan nyerah. Dunia butuh suara lo. Gue juga.”

Nala menutup mata. Untuk pertama kalinya dalam seminggu, ia merasa sedikit lega.

Dan hari itu, di bawah langit yang mulai cerah, Nala tidak lagi merasa sendirian.

1
Ridhi Fadil
keren banget serasa dibawa kedunia suara pelajar beneran😖😖😖
Ridhi Fadil
keren pak lanjutkan😭😭😭
Irhamul Fikri: siap, udah di lanjutin tuh🙏😁
total 1 replies
ISTRINYA GANTARA
Ceritanya related banget sama generasi muda jaman now... Pak, Bapak author guru yaaa...?
Irhamul Fikri: siap, boleh kak
ISTRINYA GANTARA: Bahasanya rapi bgt.... terkesan mengalir dan mudah dipahami pun.... izin ngikutin gaya bahasanya saja.... soalnya cerita Pasha juga kebanyakan remaja....
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!