NovelToon NovelToon
MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

Status: tamat
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Angst / Penyesalan Suami / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:475.7k
Nilai: 5
Nama Author: moon

Marina, wanita dewasa yang usianya menjelang 50 tahun. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Demi kesuksesan suami serta kedua anaknya, Marina rela mengorbankan impiannya menjadi penulis, dan fokus menjadi ibu rumah tangga selama lebih dari 27 tahun pernikahannya dengan Johan.

Tapi ternyata, pengorbanannya tak cukup berarti di mata suami dan anak-anaknya. Marina hanya dianggap wanita tak berguna, karena ia tak pernah menjadi wanita karir.

Anak-anaknya hanya menganggap dirinya sebagai tempat untuk mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma.

Suatu waktu, Marina tanpa sengaja memergoki Johan bersama seorang wanita di dalam mobilnya, belakangan Marina menyadari bahwa wanita itu bukanlah teman biasa, melainkan madunya sendiri!

Akankah Marina mempertahankan pernikahannya dengan Johan?

Ini adalah waktunya Marina untuk bangkit dan mengejar kembali mimpinya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#21

#21

Siang hari itu Diana baru sadar jika ada panggilan masuk dari yang tak terjawab, sejak pagi pikirannya tersita karena mengurus Gwen seorang diri, menelpon suaminya pun tak mendapat solusi meyakinkan. Mereka justru bertengkar, karena Diana ngotot tak mau berhenti kerja padahal sudah lama Fadly memintanya. 

Hari sebelumnya, Diana harus diam tak berkutik ketika atasan memarahinya habis-habisan karena sudah gagal memenangkan sidang hanya karena Diana lebih memilih menjemput Gwen di sekolahnya. 

Benar saja, kini Diana seperti kembali dianggap sebelah mata oleh atasannya, bahkan jatah promosinya pun masih di tangguhkan, karena evaluasi harus kembali diulang dari awal. 

Kini Diana bisa merasa sedikit tenang, karena sementara sampai ada pengasuh baru, Gwen bisa dititipkan pada ibu gurunya hingga jam pulang kantor. 

Ponsel yang berdering membuyarkan lamunan Diana, tanpa melihat siapa peneleponnya, Diana mengangkatnya. “Halo.”

“Kamu sibuk?” 

Diana menjauhkan ponsel dari telinganya, untuk memastikan siapa yang kini menelponnya. “Sedikit, ada apa, Pa?” 

“Bantu Papa memenangkan sidang.” Tanpa basa-basi Johan mengutarakan maksudnya. 

Diana meletakkan pensilnya, “Sidang apa?”

“Perceraian,” jawab Johan singkat. 

“Siapa yang akan bercerai?” 

“Mamamu menggugat cerai,” jawab Johan tanpa mengatakan alasannya. Dan bodohnya Diana ia pun tak bertanya apa alasan dibalik perceraian orang tuanya. 

“Mama benar-benar berubah, Dia aneh, bahkan sekarang tak lagi tinggal di rumah. Papa tahu Mama dimana?” tanya Diana. 

“Tidak, Mamamu marah pada Papa karena Papa tak pernah mengajaknya datang ke acara yang diadakan oleh perusahaan.” 

Diana tertawa, bukannya mendamaikan orang tuanya yang berseteru, wanita itu justru menertawakan sikap Marina, ia berpikir bahwa Mamanya sungguh kekanak-kanakan. “Aku tak menyangka, ternyata Mama sungguh egois dan kekanak-kanakan,” geram Diana. 

“Baiklah, kapan sidang perdananya?” 

“Tiga hari dari sekarang.”  

“Apa yang Papa harapkan?”

“Kabulkan saja keinginan Mamamu, tapi gagalkan pembagian gono-gini, papa ingin lihat apa jadinya Mamamu tanpa uang dari Papa.” 

“Itu tidak mungkin, Pa. Pembagian gono-gini itu harus ada, kecuali jika salah satu pihak tak mempermasalahkan, bahkan sama sekali tak meminta. Mungkin kita bisa mengatur besarannya.” Kembali Diana mengutarakan siasatnya. 

“Baiklah, Kamu atur saja, pastikan Mamamu dapat bagian sesedikit mungkin. 

Sungguh licik, karena keduanya membuat mufakat yang sangat jahat, tanpa memikirkan perasaan dan rasa sakit yang Marina alami. 

“Tenang saja, Pa. Aku yakin, paling lama 5 bulan, Mama pasti akan merengek ingin rujuk kembali dengan Papa.” 

“Dan bilamana saat itu tiba, jangan harap Aku akan mengabulkan keinginan Mamamu.” Johan tersenyum sinis, keegoisan telah membuat mata hatinya buta, hingga tak lagi melihat Marina sebagai wanita baik yang selama 30 tahun menemani dan melayaninya sebagai istri. 

•••

Krek! 

Krek! 

Krek! 

Suara lakban saling bersahutan, sambal-sambal yang sudah di kemas berserakan diatas meja, semua sudah diklasifikasi berdasarkan pemesannya. 

“Bu Ratna, yang di dapur sudah di aduk?” Marina mengingatkan salah satu asisten yang bekerja membantunya dan Farida. 

“Oh iya, hampir saja lupa.” Bi Ratna berjalan cepat kembali ke dapur, guna mengaduk sambal yang sedang dalam proses pematangan. 

Sambal dimasak dengan suhu yang pas jadi jika sampai gosong atau lengket di dasar penggorengan, maka rasa dan aromanya akan berubah. 

Sementara itu, Farida sibuk menulis nama dan alamat pemesan, ia cukup kesulitan mengoperasikan laptop karena belum terbiasa. Jadi sementara ia menggunakan tulisan tangan, tapi wanita itu sudah bertekad akan belajar dari anaknya. 

“Mana alamat yang Aku minta untuk ke Rumah Sakit?” tanya Marina. Wanita itu benar-benar berniat memperkenalkan produk buatannya. 

Hari itu, sebelum pamit pulang dari Rumah Sakit, Marina  sempat meminta nomor telepon salah seorang resepsionis di sana. Saat itu Marina berpikir bahwa setelah bercerai ia tak memiliki tempat tujuan, maka Rumah Sakit tersebut bisa menjadi pilihan, sekalian Marina melakukan kerja sosial. Asal dapat makan 3 kali sehari sepertinya tak jadi masalah. 

Tapi kini keadaan telah jauh berbeda, dan sebagai ucapan terima kasih, Marina ingin berbagi, sekalian ajang promosi produk jualannya. 

Setelah dirasa siap, semua bungkusan tersebut akan dibawa ke pihak ekspedisi agar segera meluncur ke tempat tujuannya masing-masing. 

•••

Sonia datang mengunjungi Cafe miliknya, Cafe yang ia dirikan bersama Joice kawannya sesama para sosialita. Senyum di wajah Sonia mengembang karena Cafenya semakin ramai dari hari ke hari, banyak menu makanan dengan harga murah, namun terlihat mewah, hingga cafe tersebut banyak didatangi para pelajar dan mahasiswa. 

“Hai, baru datang?” sapa Joice yang sudah berjaga di meja kasir. 

“Iya, bosan juga di rumah, jadi iseng-iseng ke sini sambil mengawasi para pegawai yang sibuk kerja.” Sonia melihat-lihat buku besar yang ditulis secara manual oleh Joice. 

Wajah Sonia tersenyum lebar manakala melihat angka omset harian mereka yang terus bertambah besar, dan beberapa bulan terakhir ini Sonia sudah menikmati hasil Cafe mereka, yakni pembagian keuntungan yang masuk ke rekeningnya. 

Joice memberi usulan memilih lokasi mereka saat ini karena dekat dengan beberapa sekolah dan ada kampus swasta, di samping itu belum banyak pesaing yang memiliki usaha seperti mereka, jadi perputaran modal masih dalam batas aman terkendali. 

“Ibu Bos pulang saja, biarkan kami para bawahan yang menghandle pekerjaan di sini,” cetus Joice. 

Mendengar panggilan bos yang ditujukan padanya, Sonia merasa sedikit melambung, angan-angannya sangat besar bahwa suatu saat Cafe akan terus berkembang dengan cabang baru di beberapa lokasi strategis. 

“Ibu Bos kan juga harus tahu seluk beluk Cafe,” jawab Sonia, seraya membuka-buka buku menu, padahal ia sama sekali tak ahli dalam hal memasak. 

Karena Joice yang merekrut tukang masak, dan semua pegawai yang bekerja di sana, sementara Sonia cukup menyumbangkan modal, tanpa tahu seluk beluk perputarannya. 

Joice mengambil buku menu yang kini sedang Sonia lihat, “Sudah, Kamu duduk saja,” titah Joice dengan senyum manisnya, “Aku akan minta pelayang menyuguhkan juice dan salad segar.” 

“Ah, Kamu memang paling tahu seleraku, supaya tetap glowing dan awet muda.” Sonia pun duduk di tempat paling strategis, sambil mengkhayalkan apa yang akan ia lakukan nanti jika Cafe telah maju pesat. 

Joice tersenyum misterius melihat tingkah Sonia, tapi tak lama kemudian wanita itu mendatangi dapur guna memasan Juice dan salad untuk Sonia. 

1
Nur Janah
yg lalu biarlah berlalu Burhan,ada Amara masa depanmu
Rahmawati
bagus burhan cukup tahu aja, jgn trll peduli karna ada istri km yg lebih berhak mendapatkan perhatianmu
Nar Sih
makasih kak moonn,bonus nya🥰🥰🥰🥰
3sna
ditambah
3sna
harus mengalah
Siti Siti Saadah
sweet terus tuan ulat bulu
Aditya hp/ bunda Lia
yang seharusnya dapat karma udah othor kasih ....
Uba Muhammad Al-varo
hadeuh nggak suami nggak anak2nya Bu Marina menjadi cobaan terberat dalam hidup nya, kakak Author satu ini pintar membawa hati raidesnya jedag jedug👍👍👌
Uba Muhammad Al-varo
belum menyadari aja si Johan pekerjaan ibu rumah tangga itu nggak bisa di ganti dengan uang apalagi kasih sayang dan pengabdian yang tulus ada di dalam,pasti suatu saat kau akan menyesali setiap perbuatan yang berikan ke ibu Marina,Johan....../Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/
Uba Muhammad Al-varo
si Johan seorang suami yang banyak maunya ke istrinya tapi tidak menghargainya, Johan...../Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/
Uba Muhammad Al-varo
pengorbanan seorang ibu yang bernama Marina demi keluarganya menjadi ibu rumah tangga yang baik tapi anak2 dan suaminya 👿👿👿
Uba Muhammad Al-varo
bagus dan luar biasa
Uba Muhammad Al-varo
Nemu cerita bagus ,lanjut baca
maaf kakak Author 🙏🙏💪💪💪
Astrid valleria.s.
tambah ya thor. boncap nya
vote meluncur
Astrid valleria.s.
🤣🤣🤣😂😂😂
Hendri Yani
Luar biasa
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ
mwoya/Facepalm/, terima kasih sudah dipromosikan bude moon.
moon: bonus kecil, Kapt! 🙏
total 1 replies
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ
wah, tamat juga. congrat bude.
Anda sangat luar biasa👍🏻👍🏻
moon: /Smile//Smile//Smile/
total 1 replies
Hendri Yani
klo AQ...kutampar Diana bikin dia jera krna keseringan didiamkn jdnya kurang ajar
Rahmawati
wkwkwwk, marina km usil jg ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!