Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngomong dulu sama Juli, Om.
Suasana di dalam mobil terasa canggung bagi Jeni, karena walaupun dia tidak menyukai Josua, tetapi tetap saja dia merasa canggung jika mengingat apa yang sudah dia lakukan tadi malam.
Berbeda dengan Josua, pria itu hanya terdiam seraya fokus dalam mengemudi. Tidak sekalipun dia menolehkan wajahnya ke arah Jeni, hingga tidak lama kemudian Josua memberhentikan mobilnya tepat di depan Resto.
"Eh? Kok berhenti di sini? Om mau apa?" tanya Jeni.
Josua sempat menolehkan wajahnya ke arah Jeni, lalu dia menghela napas berat dan berkata. "Aku mau numpang mandi," ujar Josua.
"Eh? Masa ke Resto mau numpang mandi sih?"
Jeni nampak mengerutkan dahinya, sedangkan Josua malah menggelengkan kepalanya mendengar apa yang ditanyakan oleh Jeni.
"Kamu itu baru bangun tidur, kamu belum sarapan. Jadi, saya ngajak kamu ke Resto terlebih dahulu. Karena kamu harus mengisi perut kamu," jawab Josua.
"Oh!" ujar Jeni.
"Ayo turun, kok malah diem aja?" tanya Josua yang melihat Jeni malah terlihat seperti orang bingung.
Jeni nampak berpikir, jika dia turun dan makan di Resto, itu artinya dia akan bersama dengan Josua dalam waktu yang lumayan lama. Padahal, kalau bisa dia ingin sekali menghindari pria itu.
"Ehm! Anu, Om. Saya makan di rumah aja," ujar Jeni.
"Ck! Makan apa? Makan mie instan?" tanya Josua.
Jeni nampak kaget, karena makanan andalannya adalah mie instan. Apalagi dia memang tidak memiliki banyak uang, dia akan menghemat uang yang akan dia keluarkan.
"Loh, kok Om tahu?"
Tanpa Jeni tahu, Josua sudah meminta tolong kepada John untuk mencari tahu tentang Jeni. Dari mulai data dirinya, kesehariannya, sampai apa yang Jeni suka dan yang tidak Jeni suka.
Josua sempat kaget luar biasa, karena ternyata apa yang disukai oleh Jeni sama persis dengan apa yang disukai oleh mendiang istrinya. Begitupun dengan apa yang tidak disukai oleh Jeni, sama seperti yang tidak disukai oleh mendiang istrinya
"Cepat turun dan kita akan makan di resto ini," ujar Josua seraya melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.
Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, itu artinya bukan hanya sekedar sarapan, tetapi sebentar lagi sudah masuk jam makan siang.
"Iya, Om." Jeni nampak pasrah, dia langsung turun dari mobil itu dan masuk ke dalam Resto bersama dengan Josua.
Saat mereka masuk, Josua langsung memesan beberapa menu makanan dan mengajak Jeni menuju ruang private. Karena Josua ingin makan bersama Jeni tanpa ada gangguan, lebih tepatnya dia ingin berusaha untuk mendekati Jeni dan mengambil hati gadis itu.
Josua sudah memikirkan apa yang dikatakan oleh Jeni, sepertinya pria itu memang harus mendekati Jeni secara perlahan dan mencoba untuk menaklukkan hati wanita itu.
"Makanlah yang banyak," ujar Josua setelah pesanannya datang.
Jeni sempat tertegun saat pesanan makanannya tiba, karena ternyata Josua memesan semua makanan yang dia suka. Ada ayam geprek, tumis capcay dan juga tumis udang saus tiram.
Josua juga memesankan Jeni segelas air putih hangat dan jus lemon, tentu saja hal itu membuat lidah Jeni terasa berliur.
"Iya, Om."
Jeni memang sangat lapar, terlebih lagi makanan yang ada di hadapannya adalah semua makanan kesukaannya. Wanita itu tanpa ragu menyendok nasi dan juga lauknya, lalu dia memakan makanan itu tanpa menggunakan sendok.
Josua hanya menghela napas panjang melihat kelakuan dari Jeni, karena wanita itu kini makan dengan cepat. Jeni terlihat seperti sudah dua hari tidak makan.
Cara makan Jeni juga terlihat begitu bar bar, tentunya hal ini berbanding terbalik dengan mendiang istrinya. Karena Juni selalu makan dengan perlahan.
"Makanannya sangat enak, Om. Jeni suka," ujar Jeni. Lalu, wanita itu nampak menutup mulutnya karena tanpa sengaja dia bersendawa di hadapan Josua.
"Ya ampun! Sudah kenyang?"
"Sudah, Om. Jeni mau pulang," ujar Jeni dengan tidak enak hati. Lalu, wanita itu nampak mengambil air hangat dan meminumnya.
"Jeni, bukankah kamu bilang jika kamu ingin dinikahi oleh pria yang mencintai kamu. Bagaimana kalau kita memulainya dari awal, siapa tahu dengan seperti itu aku bisa jatuh cinta sama kamu," ujar Josua.
"Ck! Sekarang Jeni tanya dulu sama Om? Kenapa Om begitu bersikeras ingin menikahi Jeni?"
Josua terdiam, karena alasannya tetap sama. Dia tidak mau kehilangan Jeni, karena wanita itu begitu mirip dengan mendiang istrinya. Melihat Josua yang terdiam, Jeni menjadi paham.
"Jeni ngga mau jadi bayang-bayang mantan, Om. Mending Om cari wanita lain saja," ujar Jeni.
"Maka dari itu kasih Om kesempatan untuk mendekati kamu, agar Om bisa mengenal kamu lebih dalam. Agar Om bisa mencintai kamu tanpa melihat kamu dari sisi mendiang Juni," ujar Josua dengan jujur.
"Oke! Jeni sih oke aja, tapi... untuk saat ini Om mendingan ngomong dulu deh sama Juli. Dia siap ngga kalau punya ibu tiri seusianya dan ibu tirinya itu adalah sahabatnya sendiri, karena Juli itu adalah sahabat terbaik aku. Aku nggak mau kehilangan Juli hanya karena Om," ujar Jeni.
Josua merasa terharu mendengar apa yang dikatakan oleh Jeni, karena ternyata Jeni begitu tulus bersahabat dengan putrinya. Namun, dia juga merasa bingung harus bagaimana cara menyampaikan keinginannya untuk menikahi Jeni kepada Juliette.
"Memangnya tidak bisa kalau kita mencoba untuk menjalaninya terlebih dahulu?" tanya Josua.
"No!" ujar Jeni seraya menggelengkan kepalanya. "Jeni maunya Om ngomong dulu sama Juli, baru Jeni mau memulai semuanya dengan Om."
Sengaja Jeni mengatakan hal seperti itu, karena Jeni yakin jika Juli pasti tidak akan setuju kalau Jeni menikah dengan Josua.
"Baiklah, Om akan bicarakan nanti dengan Juli. Sekarang, Om antar kamu pulang dulu."
"Oke, Om. Yuk," ajak Jeni bersemangat.
Karena setelah Josua berbicara dengan Juliette, Jeni yakin Juliette pasti akan menolak. Jeni yakin jika Juliette sudah nyaman hidup tanpa adanya ibu tiri.