NovelToon NovelToon
Cinta Sendirian

Cinta Sendirian

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri / Romansa Fantasi / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:193
Nilai: 5
Nama Author: Tara Yulina

Aira Nayara seorang putri tunggal dharma Aryasatya iya ditugaskan oleh ayahnya kembali ke tahun 2011 untuk mencari Siluman Bayangan—tanpa pernah tahu bahwa ibunya mati karena siluman yang sama. OPSIL, organisasi rahasia yang dipimpin ayahnya, punya satu aturan mutlak:

Manusia tidak boleh jatuh cinta pada siluman.

Aira berpikir itu mudah…
sampai ia bertemu Aksa Dirgantara, pria pendiam yang misterius, selalu muncul tepat ketika ia butuh pertolongan.

Aksa baik, tapi dingin.
Dekat, tapi selalu menjaga jarak, hanya hal hal tertentu yang membuat mereka dekat.


Aira jatuh cinta pelan-pelan.
Dan Aksa… merasakan hal yang sama, tapi memilih diam.
Karena ia tahu batasnya. Ia tahu siapa dirinya.

Siluman tidak boleh mencintai manusia.
Dan manusia tidak seharusnya mencintai siluman.

Namun hati tidak pernah tunduk pada aturan.

Ini kisah seseorang yang mencintai… sendirian,
dan seseorang yang mencintai… dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tara Yulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Yang Tak Pernah Di minta

          

^^^    "PROLOG"                ^^^

Gelombang cahaya biru berputar seperti pusaran langit runtuh, menyambar dinding-dinding ruang bawah tanah OPSIL–Organisasi Pengendalian Siluman–tempat rahasia yang tak pernah disebutkan dalam buku sejarah mana pun.

Di tengah bayangan hologram dan layar-layar data yang berkedip, seorang pria berdiri dengan tatapan kosong yang telah lama kehilangan hangatnya: Dharma Aryasatya, ketua OPSIL.

Di balik sorot matanya yang tajam, tersimpan luka yang bahkan waktu tak sanggup menyembuhkan: kehilangan istrinya, Nayara Selaras, akibat serangan siluman tahun-tahun lalu.

Sebuah kebenaran kelam yang tak pernah ia berani ceritakan kepada putrinya.

Luka itu berubah menjadi tekad. Tekad menjadi obsesi.

Dan obsesi itu kini berdiri di hadapannya dalam wujud gadis berusia 19 tahun yang tak memahami betapa dunia menyembunyikan sisi gelap darinya.

BAB 1

MISI YANG TAK PERNAH DIMINTA

****************

        Aira Nayara, anak satu-satunya.

Ceroboh, keras kepala, cerdas… namun jauh lebih rapuh daripada yang ia sadari.

Aira melangkah masuk ke ruangan itu dengan napas yang tertahan. Ia belum pernah dipanggil ke fasilitas terdalam OPSIL seumur hidupnya. Di sampingnya, sahabat sekaligus rekan yang paling ia percaya, Zeno Atmadja, berjalan tanpa suara, matanya terus mengamati setiap sudut seperti sedang memindai ancaman tak terlihat.

“Ada apa, Ayah?” suara Aira pelan, namun tegas.

Dharma menatap putrinya lama—seolah sedang menimbang apakah dunia ini sudah cukup siap untuk menghancurkannya. Atau apakah ia siap menghancurkan putrinya sendiri demi kebenaran yang selama ini ia kubur dalam-dalam.

“Ayah butuh kamu untuk selesaikan sebuah misi,” kata Dharma, suaranya berat dan penuh beban.

“Ini bukan misi biasa. Ini… perjalanan ke titik masalah dimulai.”

Aira mengernyit, bingung. “Titik masalah?”

Dharma menekan layar hologram. Tampilan bergerak—lalu berhenti pada satu tanggal yang membuat Aira membeku.

—Tahun 2011.

“Ayah mau aku kembali ke… masa lalu?”

“Untuk menyelidiki keberadaan Siluman Bayangan,” jawab Dharma.

“Sesuatu… atau seseorang… yang telah mengubah jalan sejarah. Termasuk sejarah keluarga kita.”

Aira merasakan jantungnya berdetak tidak beraturan. Ia melirik Zeno, yang kini menatapnya balik dengan ekspresi tak terbaca, seolah ia sendiri menyimpan sesuatu.

“Aku… yang Ayah pilih?” gumam Aira, nyaris tak bersuara.

Dharma tidak berkedip.

“Karena kau satu-satunya yang bisa.”

Apa yang Aira tidak tahu—dan yang tidak pernah boleh ia ketahui—adalah bahwa misi ini bukan sekadar perburuan siluman.

Ini adalah perjalanan yang akan membuka kebenaran yang selama ini ditutup rapat oleh ayahnya: kebenaran tentang kematian ibunya.

Dan ketika Aira melangkah ke masa 2011, ia akan menyadari satu hal—

Tidak semua bayangan adalah musuh.

Dan tidak semua manusia adalah teman.

“Yah… kenapa Aira yang Ayah tunjuk?” tanya Aira sedikit heran. Kenapa harus dirinya? Aira memang aktif dalam organisasi itu dan sering berhasil menemukan para siluman, menjaga kedamaian antara siluman dan manusia. Dalam aturan OPSIL, siluman tidak boleh melukai, apalagi membunuh manusia.

OPSIL sudah berdiri sejak 2021 hingga 2025—lima tahun penuh pengalaman. Dharma, sang ketua OPSIL, hampir setiap hari membaca buku-buku tentang siluman hingga ia tahu banyak tentang berbagai jenis makhluk yang pernah ia temui.

Salah satu buku yang pernah dibacanya membahas tentang siluman bayangan, dan di dalamnya tertulis cara mengenali serta menemukan asal-usul siluman itu: kembali ke masa lalu.

Dharma sudah lama mengetahui hal itu, namun ia belum pernah menjalankan misinya sendiri. Ia menunggu hingga putri semata wayangnya itu berusia dua puluh tahun. Sejak awal OPSIL berdiri, Dharma perlahan melibatkan Aira ke organisasi pengendalian siluman. OPSIL adalah organisasi rahasia—bahkan saat Aira masih SMP, Dharma sudah mengajaknya ke dalam dunia hutan dan dunia siluman.

Saat itu Aira dijaga sangat ketat meskipun dia ikut dalam petualangan dunia siluman agar tetap aman. Hingga kini, saat Aira sudah kuliah, pengetahuannya tentang siluman semakin luas. Itulah alasan Dharma percaya bahwa Aira adalah orang yang tepat untuk menjalankan misi kembali ke masa lalu.

Zeno, sahabat Aira sejak SMA, juga merupakan kepercayaan Dharma untuk menjaga dan melindunginya.

“Ayah percaya kamu bisa. Banyak yang sudah kamu pelajari dari Ayah, Aira,” ucap Dharma.

“Lapor, Komandan. Apakah saya ikut menemani Aira kembali ke masa lalu?” tanya Zeno dengan sikap tegap.

“Tidak.” Tegas Dharma.

“Aira menjalankan misi ini sendirian. Jika Aira merasa tidak sanggup, barulah kamu boleh ikut.”

“Yah… Aira butuh Zeno di kehidupan lama,” ucap Aira pelan.

“Kamu harus mandiri, Aira. Ayah yakin kamu bisa.”

“Oke… kalau Ayah memang percaya misi ini sama Aira, Aira bakal lakuin,” ujar Aira akhirnya.

“Bagus. Itu jawaban yang Ayah ingin dengar,” jawab Dharma dengan nada puas.

“Iya, Yah… Aira mau pulang istirahat.”

“Ya sudah. Zeno, antar Aira pulang.”

“Siap, Komandan,” jawab Zeno tegas.

...****************...

Sesampainya di rumah Aira.

“Aira, boleh ngobrol sebentar?” tanya Zeno pelan.

“Boleh.”

Mereka duduk di kursi taman depan rumah Aira. Udara sore terasa tenang, hanya suara angin yang lewat di antara mereka.

“Mau ngobrol apa?” tanya Aira sambil menatap Zeno.

“Ra… kamu yakin dengan misi dari Ayah kamu?” Zeno menatap Aira dalam, seolah masih tidak percaya Aira akan berangkat sendirian, walaupun ia tahu Aira sudah sangat paham dunia OPSIL.

Aira menghembuskan napas pelan. “Gue nggak tahu, Zen. Yakin atau nggak… tapi yang pasti misi ini sudah gue iyain depan Ayah. Itu tandanya gue bakal jalanin.”

Zeno menggigit bibir bawahnya gelisah. “Aira… gimana kalau gue ikut tanpa sepengetahuan Ayah kamu?” tawarnya.

Menurut Aira, itu ide buruk. “Menurut gue… nggak usah.”

“Kenapa?”

“Karena kalau Ayah tahu kamu ikut tanpa izin, risikonya besar, Zen. Kamu tahu sendiri kan gimana Ayahku.” Aira tidak ingin Zeno kena hukuman hanya karena ingin melindunginya.

Zeno mengangguk pelan. “Iya… kalau ada apa-apa, kamu langsung kabari aku ya.”

“Siap, Zeno. Makasih ya… kamu memang sahabat terbaik aku.”

“Sama-sama, Aira. Kalau gitu gue balik dulu.” Zeno berdiri.

“Oke. Hati-hati ya.”

...****************...

Setelah Zeno pergi, Aira berdiri memandangi jalan yang mulai gelap. Angin malam menyentuh kulitnya, membawa perasaan aneh—antara takut dan berani. Misi kembali ke masa lalu bukan hal kecil, dan kini semuanya semakin nyata.

Ia masuk ke rumah, menyalakan lampu kamarnya, lalu membuka buku catatan tentang OPSIL yang diberi ayahnya sejak SMP. Di halaman terakhir, ada tulisan kecil: “Percaya pada dirimu, Aira.”

Aira menatap tulisan itu lama. “Ayah… semoga Aira bisa,” bisiknya. Malam itu ia bertekad—apa pun yang menunggu di masa lalu, ia akan hadapi.

Aira merebahkan diri di tempat tidur, namun matanya tak bisa terpejam. Bayangan tentang masa lalu yang belum pernah ia lihat terus menghantui pikirannya. Ia menggenggam liontin kecil pemberian ibunya, mencari ketenangan. “Besok akan berbeda…” gumamnya. Dengan napas panjang, Aira menyiapkan hatinya untuk awal perjalanan besar itu.

“Pasti bisa…” ujarnya pelan sebelum akhirnya matanya tertutup. Tak lama kemudian, Aira pun terlelap, tidur pulas dengan membawa seluruh kegelisahan, keberanian, dan harapan yang menunggu untuk ditemui esok hari.

1
Kama
Penuh emosi deh!
Elyn Bvz
Bener-bener bikin ketagihan.
Phone Oppo
Mantap!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!