Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.
Rachel...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lihat Pacar Saya Ngga?
Pria tampan yang ditinggalkannga tertidur nyaman itu, akhirnya bangun dan menemukan banyak pesan di ponselnya, baik dari Grup Chat Umum, sampai ke pada grup chat khusus internal Numbers.
"Cewe gua kenapa? ", bingungnya sambil men scroll ponselnya, mencari tahu apa yang terjadi. Kenapa semua orang memuji Rachel? Apa yang sudah dilakukan kesayangannya itu? Apakah menyelamatkan dunia dari serangan Tirex yang come back apa bagaimana.
Jdarrr...
Semua kebingungannya di jawab Mikhaela yang mengirimkan foto Rachel ke room chat pribadi Vano, bukan room chat Numbers.
Vano terdiam, membeku, mematung, menyublim, kakinya juga sulit digerakkan. Ia melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi, apa yang sudah ia lewatkan karen tidur nyenyaknya itu. Ada kesayangannya yang berjuang mati-matian menyelamatkan dirinya, menyelamatkan harga-dirinya.
"Rachel... ", lirihnya.
Ternyata kekasihnya itu sudah mengirimkan teks pagi ini.
"Kenapa gua tidur segala anj!n9... Kenapa gua biarin dia pergi gitu aja... Akh.... ". Isaknya sendirian.
Lalu ia pun mengatur napasnya, menetralkan degup jantungnya, jika ia menyusul kesana sekarang justru akan sangat aneh dan kesannya menyombongkan diri karena Rachel, jadi ia akan menunggu, menunggu kesayangannya pulang.
Keningnya berkerut sambil terus menatap layar ponselnya yang masih terhubung telepon Video dengan Mikhaela. Perdebatan di aula Numbers masih terus berlanjut.
"Apa ada tujuan lain dari proyek ini Ms Capistran?", tanya seorang dari decision maker hari itu.
"Memberi bantuan kepada orang tua yang sibuk pak. Selain tempat belajar, bisa berfungsi ganda menjadi tempat penitipan yang lebih baik dibanding tempat penitipan pada umumnya. Semua staff Numbers sudah diseleksi ketat terlebih dahulu backgroundnya, dan belum pernah ada tindak kriminal anak atau hal sensitif lainnya yang membahayakan anak-anak yang menjadi objek utama program ini. Jadi orang tua pasti akan lebih yakin pada kita, dari pada penitipan anak biasa yang belum tentu menyeleksi karyawan mereka sampai ke akar-akarnya dan saya juga yakin orang tua dari siswa Numbers yang punya batita atau balita akan mendukung program ini", jelas Rachel.
Moment of thruth pun tiba, Rachel tidak bisa lagi menyembunyikan wajah tegangnya dan gemetar tangannya. Untuk memanas-manasi situasi Mikhaela sampai men zoom Rachel, karena ia yakin Vano juga kalang kabut disana.
"Baik Ms. Capistran. Terima kasih untuk ide hebat ini. Kami akan merundingkan terlebih dahulu. Ibu Margareth yang akan memberikan hasilnya kepada kamu. Tapi saya pribadi mendukung program ini. Saya suka."
"Terima kasih pak... Terima kasih... ", Rachel dengan girang membungkuk beberapa kali.
"Kalau begitu boleh beritahu kami nama program ini Ms Capistran?".
Rachel menjeda sejenak, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dan menarik napasnya panjang.
"NUMBERS KIDS BY REVANO".
Deg
Vano sudah gelisah sendiri melihat layar ponselnya, bagaimana kagetnya ia. Pantas saja kekasihnya itu selalu kelelahan, emosian bahkan sampai sakit. Ini kah yang ia kerjakan selama ini? Apa Vano pantas menerimanya? Kenapa malah namanya yang disebutkan disana? Kenapa HANYA namanya sendiri? Kenapa tidak ada nama Rachel.
"Ide ini berasal dari tim?", tanya petinggi yang lain.
"Ide ini digagas dan dibuat oleh direktur sendiri, dan beliau mengarahkan saya untuk menyampaikannya di rapat terbuka, dan Bu Margareth yang mengatur waktu untuk saya tampil. Saya harap pemaparan saya dan ide Kak Revano bisa menarik minat para petinggi Numbers Institute dan menerima maksud baik dan terobosan baru direktur kita dalam menangani krisis Numbers. Saya Rachel Capistran, Terima kasih."
Wanita itu maju kedepan dan membungkukkan badannya, menerima riuh tepuk tangan untuk terakhir kalinya, lalu ia turun dari podium, begitu juga panggilan telepon video yang dilakukan Vano, ia matikan sepihak. Ia tidak sanggup. Entah ia terharu atau sedih, ia juga bingung.
Hatinya berbunga-bunga, sedih dan haru bercampur jadi satu. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Rachel lah baginya yang pertama itu. Orang pertama dan satu-satunya yang selalu ada untuknya disaat terburuk sekalipun. Ia tidak meninggalkan dirinya meski dirinya sudah di copot, dan dibuang, ia bahkan mengembalikan Vano ke posisinya semula tanpa berisik, tanpa kata apapun.
"Oh Rachel...... ", teriaknya sudah menangis di lantai.
🍀🍀
"Rachel... Kamu melakukannya dengan baik. Tunggu disini. Pemegang saham akan berunding dulu."
"Iya, Bu."
Seperti baru saja diterpa badai, Rachel diam mematung di kursi tunggu didepan aula.
Bihh... Mikhaela menghampirinya dan menepuk baju Rachel agak keras.
"Savage amat... "
"Beneran? Ngga keliatan gugup?".
"Ngga, garang banget malah. Kak Vano pasti bangga banget. Tadi dia sampai speechless."
Deg
"Ternyata dia udah tahu."
"Kalo gua jadi salah satu CEOnya gua pertahanin lu mati-matian."
"Aohhh semoga aja deh Mikh. Gua tremor bener anjir... ".
"Gua pergi sebentar ya, kayaknya pak Samuel mau ngomong tuh. ", seru Mikha mengarahkan kepalanya kepada Samuel yang melangkah ke arah Rachel.
Seperginya Mikha, Samuel langsung menyodorkan sebuah kopi kalengan pada Rachel dan menerimanya dengan senyum. Samuel berdebar. Senyum yang sudah lama hilang itu kembali, dan entah apa artinya. Membuatnya berdebar dan sedih disaat bersamaan. Rachelnya benar-benar tidak lagi untuknya.
"Itu semua dari kamu kan? Itu semua stylenya kamu."
"M-maksudnya?".
"Numbers Kids by Revano. Bukan. Numbers Kids by Rachel. Jangan bilang engga. Aku kenal kamu jauh sebelum Vano, aku boleh sombong dikit, aku lebih tahu pikiran kamu ketimbang dia."
Skakmat
Rachel diam, Samuel benar. Seribu persen benar.
"Kamu bisa nipu Vano dengan mudah, tapi itu ngga berlaku di aku, dan aku yakin Vano juga pasti ngg tahu soal ini kan. Kalo dia tahu, ngga mungkin dia biarin kamu berjuang sendirian kayak tadi. Mau se darurat apapun keadaannya dia ngga akan lepas tangan. Jangan bilang ngga Rachel."
Skakmat part 2
"Iya, pak Samuel.... Kamu benar. Si paling benar." Desah Rachel lelah.
"Kenapa sebegitunya Ra? Kenapa kamu mati-matian banget buat dia... Ap.. "
"Iya, dia orang yang berarti banget buat aku. Aku mampu ngelindungin dia, kenapa engga."
"Mmm kalian? "
"Kami pacaran, Sam. Udah hampir setahun. Aku harap kamu juga ngga bocorin kemana-mana."
"Raa... "
"Aku ngga ngarepin apa-apa dalam hubungan ini, aku ngga ekspek akan sejauh apa hubungan ini. Aku ngga naruh tujuan apa-apa."
"Kalo ngga ada tujuan buat apa diterusin begitu?", tanya Samuel tajam.
Rachel hanya terkekeh pelan, spontan menghentikan percakapan mereka berdua karena Margareth muncul dengan amplop putih ditangannya.
"Ini keputusan seluruh petinggi. Kamu bisa lihat hasilnya berdua dengan Vano. Kamu tahu dia dimana?", tanya Margareth.
"Di apartemennya kan Bu?", Rachel dengan wajah polosnya.
"Ngga ada Hel, Bella bilang ngga ada orang disana."
Deg
Samuel dan Rachel saling lihat.
"Ahhh... Terserah lah, dia juga sudah dewasa, harusnya sudah menikah. Pokonya ini hasilnya kalian lihat bersama ya. Dan kamu... Kamu juga udah bisa nikah, udah tua kamu." Seru Margareth pada keponakannya Samuel.
"Calonnya masih mau keluyuran tante. Masih betah kabur, mana cuek banget lagi." Seru Samuel sambil mempermainkan matanya ke arah Rachel.
"Hah? Ohhh.... Hmmm waahhh.... Kurang apa keponakan saya ini Hel? Udah tampan, mapan... ", frontal Margareth pada Rachel.
"Hah??? Gimana maksdunya bu? ", Rachel bingung.
"Antar dia pulang, Sam. Kamu, Rachel, kamu keren."
Lalu pergi.
Wajah Samuel berubah datar. Sepertinya ia paham kemana arah tujuan kalimat Rachel yang tidak mengharapkan apapun dalam hubungannya dengan Vano.
"Ra, kalo cuma untuk bagian sedih-sedihnya aja, mending kamu tinggalin dia dari sekarang. Aku pernah jahat ke kamu, dan aku nyesal se nyesalnya. Tolong jangan ulangi lagi kesalahan kamu percaya sama cowo breng sy*ek, cukup sekali Ra. Jangan lagi. Aku ngga terima."
"Kamu bisa anter ini ke Kak Vano ngga?".
"Aku? Kenapa aku?".
"Kak Vano harus tahu hasilnya, aku ada urusan lagi, udah telat nih. Tolong ya pak Samuel... ".
"Kamu pucet banget Rachel. Ayo aku antar, baru aku anterin suratnya ke Vano."
"Aku baik-baik aja. Makasih ya, maaf udah ngerepotin kamu. Makasih kopinya.... ", melambai-lambaikan kopi itu dan berlalu dari hadapan Samuel.
🍀🍀
Vano mondar mandir di dalam rumah. Berkali ia melihat jam dinding, detik, menit, jam ia lewati dengan sabar. Bahkan sudah berulang kali ia keluar pagar untuk memeriksa apakah kesayangannya sudah kelihatan barang hidungnya. Tapi berulang kali itu juga ia kecewa. Bahkan hingga jam 9 malam, Rachel tak kunjung kembali.
Tok tok tok...
Pupil matanya seketika melebar.
"Aayang.... ", teriaknya semangat membuka pintu.
Senyum lebar itu langsung hilang, melihat presensi manusia jahat yang terus berusaha merebut wanitanya.
"Lu ngapain kesini?". Tanya Vano sangat tidak ramah.
"Nganterin kepentingan lu, soalnya kepentingan di atas segalanya." Sambil menyodorkan amplop putih.
"Dimana Rachel? ".
"Kenapa lu malah nanya gua? Harusnya kan elu lebih tahu ketimbang gua."
"Ponselnya ngga diangkat, gua udah ulang telepon, chat dari jam 1 siang sampe sekarang. Siapa tahu lu liat, lu dari Numbers kan."
"Gua ngga tahu dia kemana. Dia bilang ada urusan lagi langsung pergi setelah ngasih amplop yang dikasih tante Margareth ke dia."
"Lu jujur kan? Lu ngga bohong kan?".
"Buat apa gua bohong? Lu udah menang banyak kan? Bersyukur lu banyak-banyak diperjuangin perempuan baik-baik kayak gitu, jangan sampai ngga tahu diri kayak gua. Van, gua ingetin ke elu. Kalo sekiranya lu ngga punya tujuan apa-apa bareng dia, mending lu berhenti." Jelas Samuel.
"Maksud lu apaan? ", pertanyaan Vano tidak lagi di jawab Samuel. Pria tampan itu pergi begitu saja memacu mobilnya.
📞Vano : Halo Mikha, tahu Rachel dimana ngga?
📞Mikha : Terakhir aku tinggal bareng pak Samuel kak.
📞 Vano : Samuel juga ngga tahu. Aduh kemana ya kira-kira? Ngga biasanya dia kayak gini.
.
.
.
Rachel kemana ya yeorobun... 🥺
TBC... 💜